Chapter Event (Part 2)

855 51 0
                                    

(Jane)

Aku merapatkan jaketku lalu berlari ke arah Jack, Bella, dan Nathan yang menungguku di depan pintu pesawat jet. Bella memelukku dan melihatku dengan tatapan menyelidiknya. "Bagaimana dengan Dane?"

Aku tersenyum kecil mengingat wajahnya yang ceria dibandingkan wajah sedihnya yang selalu ia gunakan saat melihatku pergi. "Dia mendukungku."

Nathan mengacak rambutku dan menyentil keningku. "Kita bisa melakukannya tanpa kau."

"Tapi aku tidak bisa membiarkan kalian melakukan kesenangan tanpaku." Kataku dengan senyum usil.

Jack tertawa dan mendorongku masuk ke dalam pesawat jet. Ia menyuruh kami duduk di tengah-tengah pesawat lalu berdiri menyalakan LCD saat pesawat sudah berada di udara. Ia berdeham untuk menarik perhatian kami dan menampilkan sesuatu di LCD.

"Target kita kali ini adalah menyelamatkan Team Delta dan Team Omega. Berdasarkan gambar location satellite yang berhasil disadap Nathan, mereka berada di lokasi ini." Jack menunjuk sebuah tempat yang ia lingkari dengan warna merah. "Tempat itu adalah sebuah gedung pemerintahan lama yang dulu sempat hancur karena perang. Setelah kita mencoba menyelidiki berdasarkan data yang kita punya.." Jack menekan mousenya dan muncul sebuah gambar blueprint gedung tersebut. "Mereka memiliki ruang bawah tanah yang terbuat dari beton yang masih utuh sampai sekarang."

"Jadi dugaan kuat mereka ditahan di sana?" Tanya Bella.

Jack menggeleng dan menekan mousenya lagi untuk menunjukkan sebuah gambar CCTV yang terlihat rusak namun ternyata masih bisa terlihat. "Itu adalah tempat target bersembunyi." Ia menekan play dan memperlihatkan gambar CCTV yang bergerak. Target kepala peredaran illegal ini nampak berbicara dengan menteri yang berkhianat.

"Team Delta dan Team Omega di pastikan berada di gedung ini, namun lokasinya kemungkinan di atas, bukan di ruang bawah tanah. Karena di ruang bawah tanah itu terdapat lemari besi untuk penyimpanan uang gelap mereka." Jelas Jack lagi.

Ia membuka sebuah tas berisi microphone yang selalu kita gunakan. "Microphone ini sudah di update dengan tambahan GPS. Handphone dan benda-benda pribadi tidak bisa dibawa dan akan di tinggalkan di locker pesawat ini. Kalian bisa bersiap-siap di lantai atas. Steve sudah mempersiapkan berbagai peralatan yang dapat kita gunakan. Dan Jane.."

Aku mengangkat kepalaku melihatnya dengan bingung. Ia menyerahkan jam tangan ke arahku, "Gunakan ini. Ini sudah product terbaru ciptaanku dan Nathan. Pelurunya tidak membius melainkan beracun jadi hati-hati. Isinya hanya 30 jarum tipis namun mematikan. Kau hanya perlu menekan bagian ini untuk menembak. Suara tembakannya hampir tidak terdengar karena kami merancangnya seperti suara lebah. Jika kau ingin menggunakan tembakannya putar frame-nya ke arah kiri maka kaca nya akan menaik menjadi sebuah lingkaran bidikan. Selain fitur tembakan ia bisa menjadi senter untuk penerangan saat kau memutar frame-nya ke kanan dan jam itu waterproof. Lebihnya ia hanya jam biasa."

Aku tersenyum dan memakainya langsung. "Thanks."

"Untuk misi ini kita tidak membagi tugas. Hanya bekerjasama dan tidak berpencar." Tambah Jack sekali lagi.

Kami bertiga mengangguk dan mengambil mic untuk kami masing-masing. Kami berempat lalu berjalan ke atas untuk mencapai locker kami masing-masing. Aku membuka antingku dan cincin yang kugunakan lalu meletakannya bersamaan dengan barang-barang pribadiku lainnya di dalam locker. Aku mengirimkan pesan singkat ke Dean kalau aku sudah akan menjalankan misiku dan akan menghubunginya nanti kalau semuanya sudah selesai  lalu mematikan handphoneku seperti biasanya. Aku mengganti pakaianku menjadi pakaian yang lebih nyaman untuk bergerak yang selalu kugunakan saat menjalankan misi. Aku merapikan rambutku dan mengikatnya lebih kencang lalu menggunakan mic di telingaku. Aku meraih handgun cadanganku dan meletakannya di punggungku, tepatnya di celana jeansku lalu memasukkan beberapa pack refill-nya di saku dalam jaketku. Aku mengambil pisau lipat untuk berjaga-jaga dan menyelipkannya di tali pinggang yang kugunakan. Setelah memastikan segalanya sudah, aku mengambil handgun favoriteku dan memasukkannya ke saku jaketku. "Aku siap berperang." Gumamku pelan. 

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang