Chapter 22

869 68 0
                                    

(Dean)

Aku menarik nafasku panjang dan kembali memperhatikan Mrs. Bells  yang sedang memberikan pidato singkatnya pada kami semua  yang siap melepas masa-masa SMA kami dan siap melangkah ke jalan kami masing-masing. Aku meremas telapak tangan Jane pelan dan membuatnya melihatku dengan bingung. "Nervous?"tanyanya dengan nada khawatir.

Aku menggeleng dan mendekatkan kepalaku padanya agar bisa berbisik pelan. "Tidak juga."

Ia mengerutkan keningnya dan melihatku dengan menyelidik. "Aku bersedia mendengarkan pemikiranmu sekarang walau sebentar lagi kau harus berdiri di sana." Katanya sambil menunjuk pondium besar berwarna coklat gelap di atas panggung yang telah didekorasi dengan berbagai hiasan seperti pita dan  tirai  berwarna gold dengan balloon-gate besar dengan variasi balon  berwarna gold, white, and silver.

"Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu Dean.."

Aku menatapnya kedua bola matanya yang bulat selama beberapa detik... 

Sejak kapan ia hafal sifatku?

Aku menghela nafas menyerah dan kembali menimbang sesuatu di dalam kepalaku. Aku memang memikirkan sesuatu sejak kami semua di California, tapi aku belum memberitahukan kepada Jane rencana awalku mengajaknya ke sana. "Aku--"

"Sebagai penutup untuk acara Graduation ini, saya selaku kepala sekolah ingin memberikan sebuah kesempatan untuk salah satu siswa kami yang memiliki prestasi cemerlang untuk memberikan pidatonya untuk kita semua yang ada di tempat ini.. Mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk Dean Joseph Curtis!" Panggil Mrs.Bells dengan semangat dan senyumnya yang cerah. Senyumnya bahkan sama dengan senyum milik Jane yang selalu berhasil membuatku lupa akan masalahku sendiri.

Aku menarik nafas singkat lalu berdiri dan melihat Jane yang tersenyum lebar untukku. "Good luck". Katanya sambil memberikanku sebuah gerakan ringan dari tangannya.

Aku mengangguk dan menunduk untuk mengecup pipinya dengan cepat. Semua orang yang melihatnya mulai melakukan awie  dan sebagian dari mereka  memandang kami berdua secara bergantian bahkan banyak dari mereka yang mengikuti aku yang sedang berjalan dengan tegap menuju tangga pondium dengan pandangan mata mereka. 

Aku menaiki tangga kecil yang berada di pinggir kanan panggung dan melihat Mrs.Bells menungguku dengan bangga. Ia mengulurkan tangannya untuk memberikanku ucapan selamat secara formal sebagai formalitas walau aku yakin nanti ia akan memberikanku ucapan selamat lagi secara non-formal saat sesi foto bersama. Aku tersenyum dan berdiri menghadap semua orang di tempat yang cukup besar ini. Well sejujurnya tempat ini adalah lapangan basket indoor kami namun berkat kekuatan para EO selaku designer event acara ini, lapangan indoor ini bisa berubah menjadi sebuah aula yang terlihat cukup luas dengan kapasitas kursi sekitar 500 orang.

Aku melempar senyum untuk semua orang di ruangan ini selagi mataku mencari-cari sosok yang ingin kulihat walau sebentar. Sepertinya pemikiranku berhasil ditebak olehnya karena sekarang orang yang kucari itu melambaikan tangannya dari kursi tengah, tepat di sebelah kiri Mr.Bells.

Aku menarik nafasku dan mendekatkan mic ke arahku. "Selamat siang untuk Mrs.Bells, guru-guru sekalian, dan anggota keluarga yang hadir di tempat ini. Selamat siang juga untuk teman-teman sekalian yang telah hadir di acara ini..."

Aku tersenyum dan kembali melihat mereka semua yang ada di depanku. "Sejujurnya saya sudah lupa naskah pidato yang saya hafalkan kemarin bersama Jane. But well, acara ini harus tetap berjalan."

Aku mendengar sebagian orang , hampir semuanya, tertawa mendengar perkataanku. Aku tersenyum kecil dan kembali melanjutkan. "Kita berkumpul di sini mungkin karena terpaksa, atau mungkin hanya sekedar mengisi waktu luang, atau mungkin untuk formalitas. Tapi saya yakin kalau di dalam hati kita, kita ingin kembali mengenang seperti apa masa-masa SMA yang sebentar lagi akan kita lewati."

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang