Chapter 15

809 63 0
                                    

(Jane)

"Kau memang Agent bodoh Jane Carter Berrlyne."

Mataku terbuka lebar mendengar ucapannya. Karena ucapannya aku juga melupakan rasa sakit di seluruh tubuhku. Tubuhku berubah menjadi kaku. Nafasku tercekat dan jatungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Tanganku menggenggam tangan Dean dengan gemetar. K-kenapa dia bisa tahu?  

Aku merasakan tenggorokkanku kering. Mataku terus melihat Daniel dengan kaku. "B-bagaimana kau..." 

"Aku dapat dengan mudah mencari berbagai informasi." Ia meraih dua borgol dari saku jaket bagian dalamnya. "Kau ditahan untuk sementara waktu bersama pacarmu." Katanya sambil memasangkan borgol itu pada kedua tangan Dean.

"Wait what?!" Protes Dean.

Otakku masih beku. Aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Ia menatapku sejenak lalu memborgol kedua tanganku di depan dengan sangat hati-hati. Aku dapat merasakan dinginnya borgol yang mengenai kulitku hampir sama dengan dinginnya otakku yang sekarang kurang berguna. Pikiran otakku sudah melambung jauh untuk memikirkan segalanya mulai dari aku percaya Jack akan marah besar padaku begitu juga kedua orangtuaku. Aku yakin sekali aku akan benar-benar  menghadapi hukuman berat yang diberikan oleh kedua orangtuaku nanti. Aku memang sering bolak balik masuk penjara karena misi pekerjaanku, tapi tidak pernah masuk karena masalahku sendiri. Aku melihat beberapa petugas menggiring kami bertiga menuju mobil polisi dengan beberapa penduduk sekitar yang melintas melihat kami dari kejauhan dengan pandangan kasihan. 

Aku, Dean , dan Daniel masuk ke mobil yang sama dengan kawalan satu orang personel polisi. Sedangkan orang misterius yang tadi ingin sekali mencabut nyawaku itu masuk ke dalam mobil yang berbeda dengan 4 orang personel polisi. Daniel mengarahkan polisi di sebelahnya untuk mengendarai hingga rumah sakit terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan kami berdua sebelum masuk ke dalam ruang tahanan sementara. Beberapa menit kemudian kami semua sampai di depan rumah sakit. 

"Ayo turun." Daniel melihat ke arah kami berdua. 

Aku melihat borgolku dan memberi kode ke pada Daniel untuk melepas borgol di tangan kami berdua. Daniel menatapku datar dan menggeleng.

"Kami akan dikira kriminal yang extreme jika menggunakan brogol ke dalam." Protesku padanya.

"Aku tidak peduli." Balas Daniel lebih datar.

Aku mengerutkan keningku. Game on. "Status kami masih informan. Kalau kau memperlakukan infroman tidak sepantasnya kami bisa menuntutmu kembali." Ancamku.

"Kau mencoba mengancam polisi?"

"Secara garis besar kau yang melanggar bukan kami. Aku hanya memperingatkan soal peraturan yang berlaku. Terlebih lagi kami warga negara asing. Kami tidak bisa ditahan tanpa bukti yang mendukung." 

"Kau--"

"Dan sekedar informasi untukmu. Kau adalah seorang polisi peneliti kasus bukan polisi pemegang hukum." lanjutku dengan tatapan tajam.

Polisi di sebelah Daniel menghela nafas panjang dan bersandar dengan bosan. "Stop okay? Kalian berisik. Lepaskan saja borgolnya. Aku yakin mereka tidak akan kabur."  

Daniel menggerutu namun menuruti perkataan rekannya. Ia membuka borgol di tanganku dan Dean secara bergantian lalu menyimpan kembali borgol tersebut ke dalam saku jasnya. Daniel menatap kami ragu dan aku menatapnya tajam untuk menantangnya. "Keluar." katanya.  

Aku tersenyum dan berjalan keluar dari mobil menuju lobby rumah sakit. Kepalaku berputar untuk memandang sekitar yang cukup sepi. Daniel menyuruh kami mengikutinya menuju lantai 3 dengan lift. Kami semua menurutinya dan menunggu dengan sabar di depan sebuah ruangan. Aku dan Dean duduk selagi Daniel masuk ke dalam ruangan itu dan berbicara sesuatu dengan suster yang menunggu di depan ruangan itu.

Secret HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang