Maura meminta turun di halte. Ia lirik jamnya yang masih menunjukkan pukul sepuluh.
"Kenapa? Biar saya antar sampai rumah."
Maura menggeleng.
"Nggak mau pulang.""Maunya?"
"Maunya ya turun di sini, ish kenapa sih," ketus Maura. Rey malah menatap Maura tak percaya karena gadis itu berbicara seolah dirinya seumuran.
Rey menyuruh sopirnya menghentikan mobil. Ia tak ingin peduli lagi pada gadis SMA songong di sampingnya.
"Silakan keluar dari mobil saya," ucap Rey lantang. Terdengar seperti mengusir.
Maura mendelikkan matanya.
"Om-om kayak abege labil," gumam Maura sebelum turun. Rey mendengar itu. Ia ikut turun bersama Maura."Apa kamu bilang tadi?" tanyanya sambil menahan tangan Maura.
"Hah? Enggak. Aku mau pulang. Lepasin ini," Maura melihat tangannya yang ditahan Rey. Rey sadar dan langsung menepis tangan Maura.
"Dasar cowok kasar!" gumam Maura lagi.Rey mulai emosi. Ia melangkah mendekati Maura di depannya.
"Ke -kenapa?" tanya Maura terbata-bata saat melihat tatapan Rey sudah berubah menjadi tatapan yang mengerikan, seolah ada pisau di matanya yang bersiap menusuk Maura dalam-dalam."Kamu ini ada masalah apa sih sama saya, dari tadi ngatain saya terus. Udah bilang om, om nyebelin, abege labil, cowok kasar, nanti apa lagi?"
"Y -ya ... itu kan emang fak -"Maura menutup mulutnya. Ia mendapat tatapan tajam lagi dari Rey. "Iya iya maaf, ih gitu aja sensi," cibir Maura.
"Kamu itu harusnya berterima kasih karena udah saya tolong, tau nggak."
"Kamu niat nolong atau enggak, sih, masa menuntut terima kasih terus meneru. Itu tandanya nggak ikhlas," ucap Maura.
Rey sedikit membenarkan perkataan Maura, kenapa dirinya terus menuntut gadis itu berterima kasih?
"Terserah kamu saja lah. Saya mau pulang," pungkas Rey sebelum ia berbalik menuju mobilnya. Maura melirik Rey sinis.
"Benar-benar Om-om nyebelin," cibirnya sekali lagi. Ia lalu hendak berbalik untuk menuju halte dan duduk di sana. Namun ia tak melihat pembatas trotoar dan tersandung begitu saja.
Bukk
"Aduh!" rintihnya.
Suara jatuhnya cukup keras sehingga Rey membalikkan tubuhnya dan melihat Maura sudah tersungkur di aspal dengan lututnya yang berdarah.
Rey kembali menghampiri Maura. Ia berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan Maura.
Maura memeluk lututnya yang terasa perih.
"Ck, anak kecil, jalan aja nggak bener," decak Rey. Maura hanya mengerucutkan bibirnya.
Rey membantunya berdiri. Maura berjalan terpincang-pincang sebab lututnya yang perih cukup terasa ngilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DATING APP (END) ✔
Teen Fiction[Ih, dasar Om-om nyebelin!] [Hah? Maksud kamu, kamu ngatain saya Om-om nyebelin?] ____ Maura Putri, gadis SMA semester terakhir yang begitu menggilai drama korea. Merasa hidupnya hampa, Maura memutuskan mencari pacar lewat aplikasi pencari jodoh ber...