BAB 18. REY LAGI, REY LAGI

503 94 27
                                    

Sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya ...

"Nenek sejak kapan sih kenal sama si Om-om nyebelin satu ini?" tanya Maura yang langsung mendapat tatapan tajam Rey dan sentilan nenek di dahinya.

"Shhht, gak boleh gitu loh sama nak Rey. Nak Rey ini udah Nenek anggap cucu sendiri, jadi kamu nggak boleh panggil Om Om begitu. Panggil Mas Rey yang sopan gitu lho," saran Nenek. Maura memutar bola matanya. Maura yakin Rey kini besar kepala.

"Maafin Maura ya, Nak Rey, dia anaknya memang judes, nggak ramah."

"Nggak apa-apa, Nek, namanya juga bocil," kata Rey sambil melirik Maura dan tersenyum.

Maura setengah tersenyum sambil menyipitkan matanya dan melipat kedua tangannya.

•••

Kembali ke masa kini.

Ingatan tentang kejadian di bakery bersama neneknya membuat Maura bergidik.

Mas Rey? Udah bener Om-om nyebelin.
Maura bergumam dalam batinnya sambil melihat punggung Rey bersama David yang berada beberapa langkah di depannya.

Maura bersama David memasuki suite milik Rey. Sebelumnya Rey memang berniat ke sana sebab ada yang perlu ia urus bersama David, sekretarisnya.

"Vid, kamu coba cari berkasnya di ruangan saya. Mungkin ada di sana," perintah Rey. David mengiyakan dan segera pergi untuk menyelesaikan urusannya. Mencari berkas-berkas lama yang Rey simpan di sana.

"Makasih ya, tapi sebenernya nggak perlu ajak aku ke sini," kata Maura sambil tiada hentinya matanya menyapu seluruh ruangan. Terpukau.

Rey keluar dari kamarnya dan memberikan handuk serta hoodie pink milik Maura.

"Nih, keringkan dulu badan kamu."

"Hah, ini kan hoodie aku? Dapat dari mana?"

"Ketinggalan waktu kamu di rumah sakit."

Maura mengingat kembali ke belakang. Ternyata ia kehilangan hoodie-nya hari itu. Tapi, bagaimana bisa tertinggal?

"Bentar! Gimana bisa hoodie aku ketinggalan?"

"Ya ... karena kamu lupa bawa."

"Nggak! Maksud aku ... kenapa bisa aku tinggal? Kenapa bisa aku lepas? Jangan jangan kamu ..." Maura menyilangkan tangan di dadanya, melindungi tubuhnya. Ia menatap Rey curiga.

Rey melangkah mendekati Maura. Gadis itu memejamkan mata. Pikirannya sudah ketakutan.

Rey menyentil dahi Maura.
"Jangan kemana-mana pikirannya. Emang kamu pikir saya cowok apaan? Itu karena kamu habis diperiksa dokter. Baju ini tebal, jadi ya harus dilepas kalau enggak dokter susah periksa kamu."

Rey menyentil dahi Maura sekali lagi.
"Bukannya terima kasih malah mikir yang enggak-enggak."

Maura nyengir. "He-he ... bukan gitu, aku ... iya aku mau bilang makasih karena kamu udah tolong ak - hatchu!" Maura menggesek-gesek hidungnya yang gatal. "Aku -Hatchu! Hatchu!"

DATING APP (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang