Maura terduduk di sebuah bangku yang tak jauh dari gedung tempatnya bekerja, setelah sebelumnya ia menolak diantar Rey pulang.Maura tengah bermonolog sambil menatap langit yang tidak adil. Memancarkan cahaya rembulan yang sangat terang di saat suasana hatinya buruk.
"Nenek, Maura kangen ..." ujarnya lirih sambil menatap langit.
"Nenek, kenapa semuanya pergi? Mama, Ayah, dan Nenek pergi tinggalin Maura untuk selamanya. Bahkan sahabat sampai orang yang Maura suka pergi juga. Kenapa, Nek?" Maura mengambil napas dalam.
"Tuhan, aku nggak boleh ya bahagia? Padahal bahagiaku sederhana, cukup bisa hidup sedikit lebih lama bersama orang-orang yang aku sayang. Tapi semuanya pergi."
"Maura!" panggil Samuel dari arah belakang. Maura menoleh.
"Samuel? Lo kok bisa di sini?" tanya Maura. Samuel melihat mata Maura yang sembab.
Sebelumnya Maura memang mengabari Samuel kalau ia pulang larut, tetapi tak menyangka Samuel ternyata menjemputnya.
"Lo nggak sendirian kok. Masih ada gue. Lo nggak nganggap gue?"
Maura menangis. Tersisa Samuel satu-satunya yang masih setia menemaninya. Namun rasanya tetap saja menyakitkan, berharap orang yang ia sayangi terus berada di sisinya, akan tetapi Maura terpaksa harus kecewa karena harapan yang dibuatnya.
"Jangan pandang gue Samuel anaknya Rey Narawijaya, atau Samuel yang kemarin sore nyatain perasaannya. Cukup lihat gue sebagai Samuel, temen lo, sahabat lo. Karena alasan itulah gue ada di sini, buat lo."
Maura tersisak. Sesak yang ditahan sejak tadi akhirnya ia keluarkan. Maura menyandarkan kepala di bahunya Samuel. Samuel mengelus bahu Maura, berharap itu bisa membuatnya merasa lebih baik. Melihat gadis yang disukainya terluka ternyata lebih menyakitkan daripada saat mengetahui gadis itu menyukai orang lain. Air mata Maura yang biasanya ceria benar-benar membuatnya merasa tersiksa.
💨💨💨
Samuel tiba di rumahnya. Ia berlari menemui Rey. Samuel melihat Rey sedang mengemas baju-bajunya ke dalam koper. Samuel lalu merebut koper itu dan mengeluarkan isinya.
"El, maksud kamu ini apa?!" tanya Rey tegas.
"Harusnya El yang tanya. Maksud Daddy apa?! Kenapa Daddy bikin kak Maura nangis?!" tanya Samuel tegas. Rey bisa melihat napas Samuel yang memburu sebab dadanya naik turun.
"El, kamu sabar dulu. Daddy nggak maksud begitu."
"Nggak maksud? Daddy pikir El nggak tau apa yang Daddy ucapin ke Maura tadi?!" Samuel tertawa. "Apa? Ha-ha ... Daddy mau nikah sama Aunty Leona? Daddy pikir El setuju? Sampai kapanpun El nggak akan setuju Daddy menikah sama Aunty Leona!"
"Samuel, kamu sayang kan sama Maura?"
Samuel terdiam. Dari mana Rey tahu perasaannya pada Maura?
"Mana bisa Daddy dekat sama perempuan yang disukai anaknya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
DATING APP (END) ✔
Teen Fiction[Ih, dasar Om-om nyebelin!] [Hah? Maksud kamu, kamu ngatain saya Om-om nyebelin?] ____ Maura Putri, gadis SMA semester terakhir yang begitu menggilai drama korea. Merasa hidupnya hampa, Maura memutuskan mencari pacar lewat aplikasi pencari jodoh ber...