Part 29 - Jarak yang disengaja

288 35 4
                                    

"Kita break dulu ya" ucap Suhyeok membuat Namra terkejut.

Jantung Namra seakan berhenti berdetak setelah mendengar perkataan Suhyeok tersebut.

"Apa maksudmu?" tanya Namra dengan wajah yang khawatir.

"Kita break dulu..."
"Setidaknya sampai ujian masuk universitas. Aku tidak ingin membuat peringkatmu turun lagi dan mengganggu waktu belajarmu yang sudah terjadwal sejak awal" ucap Suhyeok menjelaskan.

"Masalah peringkat dan waktu belajar adalah salahku. Kau tidak perlu merasa bersalah Suhyeok!" seru Namra berusaha menyadarkan Suhyeok bahwa ia tak bersalah.

"Kita break saja. Demi kebaikanmu"

"Aku tidak mau" seru Namra bersikeras menolak ajakan Suhyeok untuk break, ia bahkan menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk memperkuat penolakannya.

"Ini yang terbaik" seru Suhyeok sambil mengenggam tangan Namra dan mengusap punggung tangannya.

Namra tak menjawab apapun. Ia hanya menatap mata Suhyeok tanpa berkedip. Raut wajahnya berubah menjadi sedih.

"Cepatlah masuk! Aku harus pulang" seru Suhyeok menyuruh Namra untuk segera masuk ke rumah. Namun Namra hanya terdiam dan tetap mematung di tempatnya semula.

"Ayolah!" seru Suhyeok mengusap pundak Namra. Ia akhirnya turun dari motor lalu menarik tangan Namra untuk berjalan menuju pintu gerbang. Namra hanya menurutinya meski dengan langkah yang berat.

"Masuklah!" seru Suhyeok menyuruh Namra untuk segera masuk ke dalam rumah. Ia menatap wajah kekasihnya yang terlihat kecewa.

Namra menatap mata Suhyeok dengan lekat. Ia langsung memeluk Suhyeok tanpa berkata apapun. Namra mempererat pelukannya seakan tak ingin melepaskan. Sedangkan Suhyeok membalas pelukan tersebut dengan sekilas sambil mengusap punggung Namra secara perlahan. Beberapa menit kemudian, Suhyeok melepaskan pelukan tersebut.

"Aku harus pulang" ujar Suhyeok lalu pergi meninggalkan Namra. Ia segera naik ke motor lalu mengenakan helm. Tak peduli pada Namra yang masih berdiri di depan pintu gerbang, Suhyeok justru langsung melajukan motornya.

Air mata Namra telah menggenangi pelupuk matanya. Ia tak bisa menahannya lagi. Namra menatap kepergian Suhyeok sambil meneteskan air matanya.

***

Ibu Namra menyiapkan sarapan pagi dengan dibantu para asisten rumah tangganya. Ia tersenyum dengan ramah menerima beberapa piring berisi roti dan buah-buahan yang dibawa seorang asisten rumah tangga dari dapur.

Dari lantai dua, Namra berjalan menuruni satu per satu anak tangga. Matanya terlihat sembab karna menangis semalam. Ia berjalan dengan lesu menuju meja makan, lalu duduk di salah satu bangku sambil mengambil selembar roti panggang.

"Namra-yaa.. Semalam kau pergi kemana saja? Kenapa sampai bolos les? Kenapa tak mengangkat telepon ibu?" seru ibu dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

Semalam setelah sampai di rumah, Namra tidak bertemu dengan ibunya. Namra langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu. Ia menangis di dalam selimut. Sedangkan saat ibu hendak mengecek Namra di dalam kamar, Namra tak memperdulikan ketukan pintu ataupun suara ibunya. Ia sengaja mengabaikannya karna tak ingin tangisannya dilihat oleh sang ibu.

"Aku mengerjakan tugas kelompok di rumah temanku. Ponselku menggunakan mode diam, aku tak tahu jika ada panggilan masuk" ucap Namra berbohong dengan santai. Ia tak berani menatap mata ibunya. Ia hanya terus mengoleskan selai coklat pada selembar roti panggang yang telah ia ambil.

"Lain kali kabari ibu dulu sebelum melakukan kegiatan. Jangan buat ibu khawatir" seru ibu memberi nasihat. Sedangkan Namra hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia akan menuruti perkataan sang ibu.

Smart GF and Cool BFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang