CHAPTER-4

1.8K 109 1
                                    

⚠️MENGANDUNG KEKERASAN⚠️
.
.
.
.

♥︎HAPPY READING♥︎

"Lepaskan tanganku,aku akan membunuhmu." Ucap Khanza saat tangannya di tahan oleh pria itu,dengan sekuat tenaga Khanza berusaha melepaskan tangannya.

"Kamu tidak akan bisa membunuhku sayang, gerakanmu sangatlah lambat. Hahaha," ucapnya dengan gelak tawa mengejek Khanza.

"Lepaskan pisau itu dari tanganmu,karena itu bisa saja melukai tanganmu."

"Aku tidak peduli, lebih baik aku terluka daripada kau membunuh orang-orang terdekatku." Teriak Khanza tepat di depan wajah pria itu. "Dasar laki-laki brengsek,"

"Apa kau marah karena aku telah membunuh bosmu itu? Aku membunuhnya karena dia berani menyentuhmu,Gadisku." Ucapnya dengan penekanan di akhir kata.

Khanza terus memberontak,tapi tidak bisa karena tenaganya tidak sebanding dengan pria itu. Khanza mulai menjatuhkan pisaunya, dan saat itulah dengan lancangnya pria itu memeluk Khanza. Walau Khanza memberontak pria itu tidak peduli,pukulan kecil dari tangan Khanza sama sekali tidak terasa sakit baginya. Dia tersenyum bangga saat Khanza sudah tidak memberontak lagi ternyata dia tertidur,mungkin karena kelelahan memberontak hingga dia bisa tertidur di pelukan pria itu.

Pria itu menggendong Khanza ala bridel style, dia menuju kamar Khanza dan meletakan Khanza di kasur dengan sangat hati-hati. Pria itu menyingkirkan helai rambut Khanza ke belakang telinga sehingga dia bisa melihat wajah Khanza yang sedang tertidur.

"Kau sangat cantik ketika tidur,aku tidak salah sudah memilihmu menjadi gadisku." Pria itu tersenyum lalu ikut membaringkan tubuhnya di samping Khanza.

Malam berganti pagi,Khanza sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Saat dia bangun seperti biasa pria itu sudah tidak ada lagi di rumahnya,Khanza segera berangkat sekolah setelah selesai bersiap. Dalam perjalanan Khanza hanya termenung saja mengingat Farel yang tewas hanya karnanya,dia sungguh merasa bersalah dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Khanza segera turun dari bus begitu sampai di sekolah,dia berjalan menuju kelasnya dengan terus menundukan kepala tidak ingin menatap siapapun karena dia takut kejadian Farel akan terulang kembali.

Pelajaran berjalan seperti biasa tanpa ada kendala sama sekali, kenyamanan dan ketenangan yang saat ini Khanza rasakan. Apakah ketenangan ini akan terus berlanjut? Sepertinya tidak karena pria yang selama ini selalu mengawasi Khanza masih ada.

Khanza berusaha memikirkan cara agar bisa bebas dari pria itu,tapi semakin dia berfikir kepalanya semakin sakit karena cukup sulit menyingkirkan pria itu.
Jam sekolah telah usai,waktunya dia pergi untuk menemui adiknya untuk melihat bagaimana perkembangan adiknya. Dia pergi menggunakan bus dan tak butuh waktu lama dia telah sampai di tempat tujuan,sebenarnya ini masih belum sampai di tempat yang sesungguhnya karena Khanza harus berjalan sedikit menuju jalan yang tidak bisa di lewati oleh bus.

Sesampainya ia di tempat yang dia tuju dia segera masuk ke dalam ruangan adiknya, masih dengan berbagai macam alat medis yang berada di tubuh adiknya. Sudah dua tahun lamanya adik Khanza terbaring tak berdaya di ranjang ini,tanpa ada pergerakan sama sekali.

"Hai Abi, liat nih kakak bawain kue kesukaanmu. Kamu pasti seneng kan, kita makan bareng ya." Ucap Khanza membuka kue yang dia beli tadi saat ingin menemui Abi adiknya.

"Ini kue red velvet kesukaan kamu lho,kamu ga mau bangun gitu terus makan bareng kakak?hm?" Ucap Khanza menatap adiknya yang tidak ada pergerakan sama sekali, melihat itu Khanza tak bisa menahan air matanya.

Khanza terus berbicara pada Abi dengan harapan Abi akan meresponnya,namun nihil tidak ada respon sama sekali. Khanza terus memakan kue itu sendiri dengan air mata yang tak henti menangis.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang