CHAPTER-11

655 27 0
                                    

⚠️MENGANDUNG KEKERASAN⚠️
.
.
.
.

♥︎HAPPY READING♥︎

Pyarrr!!!

Suara pecahan dari cendela kaca ruang keluarga Athian membuat Athian dan juga Gibran tersentak kaget.

"Anjing mantan gua nikah." Ucap Gibran asal karena dia terbangun oleh suara pecahan kaca.

"Paan sih lu gajelas," ucap Athian melirik Gibran sekilas.

Athian melihat ke arah luar kaca tersebut namun tidak menemukan siapa-siapa. Hanya sebuah batu yang dia lemparkan? Aneh sekali,tidak seperti sebelumnya. Beberapa menit setelah kejadian tadi tiba-tiba saja ponsel Athian berbunyi.

Tingg!!

Sebuah pesan untuk Athian dari nomer yang tidak di kenal, Athian membuka pesan itu. Dia menjadi sangat marah saat membaca pesan yang di kirimkan oleh orang yang tidak di kenal.

"Gimana kejutannya?suka?"

"Tenang aja cewek lu aman kok sama gue,hahha."

Isi pesan itu, sudah pasti dari orang yang selalu meneror Athian, dan sekarang dia berani beraninya sampai sejauh ini dengan menculik Khanza.

Athian segera menelfon nomer itu tapi tidak ada jawaban sama sekali. Emosi Athian semakin menjadi-jadi, dia melempar ponselnya hingga retak. Gibran yang melihat itu hanya bisa diam karena jika Athian sudah sangat marah dia akan melakukan hal yang tak terduga kepada orang yang berani menganggunya.

"Bantuin gua lacak nomer itu." Ucap Athian meminta bantuan.

Dengan segera mereka berdua melacak nomer itu tapi entah kenapa tidak bisa. Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa susah sekali melacak keberadaan orang itu dan juga Khanza. Sebenarnya memang dia orang yang berkuasa atau Athian dan juga Gibran yang bodoh karena tidak bisa melacak keberadaan Khanza.

Sementara itu di sisi lain terdapat dua orang yang sedang tertawa melihat kekacauan di dalam diri Athian. Sepertinya orang yang selama ini meneror Athian dan juga Khanza telah memasang cctv di rumah Athian,tanpa Athian dan juga Khanza sadari.

"Lihatlah,dia sampai segitunya hanya karena seorang wanita."

"Benar, hahaha. Dasar pria bodoh, dia pikir bakal semudah itu melacak keberadaan kita."

"Dia memang bodoh, lu tunggu aja ini belum seberapa Athian. Ini bakalan lebih dari yang lu bayangin."

Mereka berdua terus memantau pergerakan Athian, dengan seringai di wajahnya. Menyaksikan kekacauan yang di hadapi oleh Athian karena perbuatannya. Sungguh menyenangkan, sudah sekian lama dia tidak menikmati kesenangan seperti ini.

Kesenangan di saat mereka berdua membunuh orang, membunuh adalah kesenangan bagi mereka. Namun anehnya mereka tidak menyesali perbuatan mereka karena menurut mereka bahwa seharusnya semua orang bersyukur karena mereka telah membunuh orang-orang yang tidak berguna bagi negara ini.

Mereka hanya membunuh sampah masyarakat, seperti pengusaha kaya raya yang korupsi dan juga orang-orang yang tak punya hati menindas orang miskin. Menurut mereka membunuh orang-orang tersebut tidaklah berdosa melainkan harus di syukuri.

Sungguh pemikiran yang sangat sadis. Bagaimana bisa seperti itu harus di syukuri? Tapi apa memang harus di syukuri? Jadi menurut kalian bagaimana? Komen =>

Kembali lagi dengan Athian yang masih saja berusaha melacak nomer yang mengiriminya pesan tadi. Tapi tetap saja dengan hasil yang sama mereka tidak mendapatkan apa-apa, sama sekali tidak mendapatkan apa-apa.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang