CHAPTER-21

134 5 0
                                    

⚠️MENGANDUNG KEKERASAN⚠️
.
.
.
.

♥︎HAPPY READING♥︎

Khanza berbaring sesuai perintah perempuan itu, dan setelahnya Khanzapun dicek. Perempuan yang sedang mengecek Khanza seketika tersenyum.

"Gimana?"

"Ehm, kamu hamil. Selamat ya Jer lo bakal jadi ayah." Ucap perempuan itu kepada Jeremy.

"Beneran Lyf? Lo ga bercanda kan?" Tanya Jeremy kepada perempuan itu yang tak lain adalah Lyfia, dokter kandungan sekaligus teman mereka berdua.

Oh ya, Lyfia juga kekasih dari adik Khanza yaitu Abian. Hubungan mereka berdua juga sebentar lagi akan menuju ke jenjang yang lebih serius, menyusul Khanza dan juga Jeremy.

"Iya gua ga bercanda Jer, ngapain juga coba. Selamat ya kalian berdua bakal jadi orang tua." Ucap Lyfia tersenyum sembari mengelus lengan Khanza.

"Makasih ya Lyf," ucap Khanza.

"Iya sama-sama, oh ya inget lo jangan sampe kecapean dan kalo bisa lo libur dulu buat ngerjain misi dari ayah lo." Ucap Lyfia memperingati Khanza.

"Iya nanti biar gua coba bilang ke ayah." Jawab Jeremy.

"Yaudah kalo gitu kita pamit dulu ya Lyf. Mau langsung ke rumah ayah," pamit Jeremy seraya menuntun Khanza turun dari brankar.

"Iyaa, ini vitamin jangan lupa diminum biar kuat janinnya. Sama jangan lupa minum susu ibu hamil ya." Jawab Lyfia menyerahkan vitamin.

Setelah menerima vitamin itu akhirnya Jeremy dan juga Khanza keluar dari ruangan Lyfia atau bisa dibilang ruang cek kandungan. Memang yang dimaksut Khanza pergi cek adalah untuk cek apakah dia hamil karena sudah beberapa hari dia telat mens.

Dan ternyata sekarang yang memang sudah dia dan Jeremy nanti-nantikan dari dulu terwujud, Khanza hamil. Senyuman Jeremy dan Khanza terus merekah, berkali kali Jeremy menatap Khanza dan berterima kasih kepada Khanza karna sudah mengandung anaknya.

"Sayang mau pangku yayayaya," rengek Khanza kepada Jeremy saat sudah didalam mobil.

"Jangan ya bahaya sayang." Jelas Jeremy mengelus lembut pipi Khanza.

"Mau pangku pokoknya mau, ini baby yang minta." Kekeh Khanza kepada Jeremy.

"Huhftt yaudah iya, tapi diem aja ya gaboleh nakal,takutnya kenapa-kenapa." Pasrah Jeremy menghela nafasnya.

"Iya bawel ah, ga akan kenapa napa." Jawab Khanza tersenyum bangga dan akhirnya duduk dipangkuan Jeremy.

Khanza mengalungkan kedua tangannya keleher Jeremy, dan menyandarkan kepalanya dipundak Jeremy. Tentu saja Khanza menurut pada Jeremy dan diam saja tidak gerak sama sekali.

Sepanjang perjalanan Jeremy fokus dengan menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang, tentu saja untuk menghindari bahaya. Beberapa menit kemudian mereka berdua telah sampai di mansion milik keluarga Blair.

Jeremy mencoba membangunkan Khanza yang sedari tadi ternyata tertidur lelap, tapi Khanza tak kunjung bangun hingga Jeremypun menggendong Khanza dan berjalan menuju kedalam mansion itu.

Didalam mansion itu sudah ada keluarga dari Khanza dan juga Jeremy, memang tadi Jeremy sudah menghubungi keluar Khanza dan keluarganya untuk berkumpul dimansion milik keluarga Khanza.

"Kakak kenapa bang?" Tanya Abian yang melihat kakaknya digendong oleh Jeremy.

"Gapapa kecapean aja," jawab Jeremy seraya membawa Khanza ke kamar Khanza.

Sampainya didalam kamar, Jeremy menidurkan Khanza diranjang dengan pelan-pelan agar istrinya itu tidak terbangun. Setelah dirasa Khanza masih terlelap Jeremypun turun kebawah dan menemui semua keluarganya.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang