DENGAN SEGALA PERTIMBANGAN
AKHIRNYA SAYA UP LAGIKENAPA?
BIAR BOOK INI CEPAT TAMAT.
DAN SAYA BISA ISTIRAHAT BEBERAPA BULAN KE DEPAN.TANPA ADA BEBAN TENTU NYA.
(TANDAI TYPO)
HAPPY READING!!
•□□□•
Semalaman Jj tidak bisa tidur, alasan nya bukan karna Darren. Tapi karna tindakan Gio yang seketika membuat gadis itu terlihat kalem juga pendiam. Bahkan Sabil dan Nenek sempat bertanya, apakah Jj sakit gigi? Atau memiliki masalah?
Tapi bukan nya menjawab, wajah Jj malah merona persis tomat. Dia segera beranjak pergi keluar rumah sebelum Nenek dan sabil mencerca nya dengan berbagai pertanyaan.
"Heh! Astaga jantung gue murahan amat." Gerutu Jj merasakan sesuatu di dada nya yang semakin berdetak cepat, saat mengingat kejadian kemaren. "Tenang Jj, tenang. Tarik nafas, tahan, hembuskan."
"Ok, pokok nya lu sekarang harus selesain semua masalah lu sama Cella. Biar gak belibet lagi kayak kemaren."
Ya, Jj sudah bertekad untuk meminta maaf lebih dulu. Lagian memang untuk hal ini dirinya yang salah karna tidak percaya dengan teman nya sendiri, dan malah terhasut oleh iblis tampan jelmaan jin.
Sesampai nya dirumah sakit, Jj langsung melangkahkan kaki nya menuju ruang rawat Cella. Dia tak sabar bertemu dengan sahabat nya itu, kalau di pikir-pikir berapa hari ya mereka tidak berjumpa? Terakhir kali Jj melihat Cella itu 2 hari yang lalu, itupun waktu gadis itu pingsan. Dan berakhir dirumah sakit sampai saat ini.
Kedua alis Jj menyatu saat, beberapa orang keluar dari sebuah ruangan yang dia yakini adalah ruang rawat Cella. Gadis itu mempercepat langkah kaki nya, namun beberapa saat kemudian tubuh nya mematung.
"G-gricella?"
Disana Jj melihat tubuh seorang gadis yang terbaring. Seluruh badannya sudah ditutupi oleh kain berwarna putih begitupun wajahnya. Para perawat mendorong brankar tersebut untuk mereka bawa menuju kamar mayat.
Menapik kenyataan tersebut. Jj menghadang para perawat yang hendak membawa mayat itu pergi. Jj merentangkan kedua tangannya.
"Berhenti! Kalian mau bawa dia kemana?"
Seorang suster tersenyum tipis. "Maaf mbak, jasad beliau harus segara kami bawa ke ruang mayat." Ujar suster tersebut.
"Tidak! Gue gak ngijinin lu pada bawa temen gue pergi!!"
"Gricella! Cella woi! Bangun asu! Kok lu malah tidur si bangsat. Gue belum sempet minta maaf sama lu elah, malah mokad lebih dulu lu!" Ucap Jj penuh emosi, sembari mengguncang tubuh gadis itu.
"Plis ye, kalo lu mau becanda kagak usah sampe kayak gini jir! Kagak lucu sumpah."
Matanya sudah berkaca-kaca, Jj benar-benar tidak ikhlas atas kepergian Cella. Sekeliling menatap gadis itu sedih, ikut merasa terluka.
"Bangun... hiks, ayo bangun Cell."
"BANGUN WOI!!!" Teriakan histeris Jj mengundang tatapan dari berbagai orang. Bahkan kini, perawat lelaki yang bertugas membawa jasad Cella itu sudah menangis sesegukan. Dia ikut sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy But Dating? [END]
RandomJjovanka veronica G. Sudah berusaha berkali-kali untuk mendapatkan simpati dari sang pujaan hati -Darren- tapi selalu di tolak. Hingga dia merasa lelah dan memutuskan untuk berhenti. Namun, tiba-tiba saja Darren datang dan menyatakan cinta kepada Jj...