Hayyyy Gaes🤜🤛
Btw, gimana kabar kalian?
Ku harap kalian semua sehat selalu.HAPPY READING🧡🦖
________
"Reyza zafilio," panggil Dikta, kepada anak sulungnya.
Jaja berdiri dari duduknya dengan senyuman yang diukirnya semanis mungkin. "Iya ayah."
Dikta melempar kertas berwarna putih dengan logo SMAN 03 PANCASILA didepannya.
"Yaelah yah, orang cuma di skors tiga hari doang, gak masalah kan bun?" Jaja melirik Dinda yang sedang menggendong Reygan.
Dinda menganggukkan kepala. "Iya gak masalah, tapi nanti uang jajan kamu bunda potong, dan kamu gak boleh lagi bawa si Ipin kemana pun!"
Jaja melotot tak terima. "Loh, kok jadi Ipin dibawa-bawa sih bun?! Gak bisa gak bisa, aku gak terima."
Dinda bangun dari duduknya sembari mengedikkan bahu acuh. "Terserah, toh bunda juga gak terima komplen apapun."
Jaja menatap miris Dinda yang sudah masuk ke dalam kamar Reygan, lalu beralih menatap sang ayah.
"Yah, bantuin Jaja plisss." Dikta menggelengkan kepala pertanda 'tidak'. "Udah lah kamu terima aja nasib kamu, harus berpisah dengan si Ipin."
Jaja menekuk wajahnya kesal, membuang wajah ke sembarang arah, hingga tatapannya berhenti pada burung berwarna putih yang sedang makan dengan santainya.
Wajahnya yang semula tertekuk kesal, tiba-tiba berubah menjadi secerah mentari. "Kalo ayah gak mau bantuin Jaja, Jaja bisa aduin bunda berapa biaya perawatan Marpel."
"Marpel, Marpel, enak banget congor kamu manggil Marpel! Namanya tuh Marviel, bukan Marpel ya," Protes Dikta, selaku pencetus nama untuk burung kesayangannya.
Jaja memutar bola mata malas. "Yaelah yah, beda satu huruf doang, riweh bener, masih untung Jaja panggil Marpel, dari pada Jaja panggil tukang Pel."
"Satu huruf kalo kamu yang ngomong pasti bakalan bikin Viel sakit hati tau," ucap Dikta, sembari memanyunkan bibirnya.
"Cih, sok imut. Nanti Jaja cepuin bunda tau rasa! Si Marpel pacar gelap ayah itu pasti di gorok abis sama bunda." Jaja menakut nakuti sang ayah. "Ngabisin puluhan juta buat perawatannya aja ayah gak keberatan, giliran Jaja yang minta duit, pelitnyaaaa naujubillah!"
Setelahnya mengeluarkan unek-uneknya, Jaja langsung bangkit dari duduknya. "BUN, SI AYAH MANJAIN PACAR GELAPNYA NIH!" adunya pada Dinda, lalu berlari menuju kamarnya yang berada dilantai dua.
Dikta mendelik kaget. "JAJA, AYAH SUNAT LAGI TAU RASA KAMU."
Dinda keluar dari kamar Reygan sembari berkacak pinggang. "Kamu punya pacar gelap ha?"
Dikta memelaskan wajahnya, supaya Dinda tidak semakin marah padanya.
"Gini amat punya anak tukang cepu," Batin Dikta.
Dengan tampang pucat pasi, Dikta menghampiri Dinda yang sudah mengeluarkan tanduk amarahnya. "Hehe, enggak kok bun, ayah gak punya pacar. Itu si Jaja minta jajan tambahan tapi ayah gak kasih, makanya dia ngadu aneh-aneh ke bunda."
Dinda menatap penuh selidik ke arah suaminya. "Beneran?"
Dengan gerakan cepat Dikta segera menganggukkan kepalanya. "Iya beneran, si Jaja tuh gak ada akhlak, masak ayahnya yang super duper setia gini malah difitnah punya pacar sih."
"Kalo kamu berani selingkuhin aku, liat aja nanti!" Dinda menatap suaminya penuh permusuhan, lalu melenggang pergi ke arah dapur. "AKU GORENG SI PIEL, KALO KAMU BERANI SELINGKUH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kembar!
Teen FictionPersamaan tanggal lahir, persamaan nama, juga persamaan sifat dan tingkah laku, membuat keduanya disebut kembar. Namun keduanya bukanlah saudara kembar, mereka berdua terlahir dari dua rahim yang berbeda. _____ "Panggil gue abang Jaja!" "Seenak jida...