30. Cerita mistis

15 6 10
                                    

Rintik hujan membasahi tubuh,
Namun tak mampu mendinginkan kepala yang ramai akan derita dunia.

Bahagianya tanah, sama seperti bahagianya dedaunan yang sedang bernostalgia akan rindu temu dengan sang hujan.

Jahat kah bila langit menutup kembali takdir pertemuan mereka?
Sama seperti dia yang hanya datang menorehkan luka, namun tak sebait maaf pun diucapnya.

Happy reading gais🧡🌷

__________________

Para murid mulai berhamburan keluar sekolah dengan motor ataupun mobilnya.

Berbeda dengan Nana, yang masih setia menunggu Jaja, Dewa, dan Rama keluar dari ruang olahraga.

Hari ini ketiga sahabat Nana sedang melakukan rapat dadakan, yang di adakan oleh guru olahraga.

Seharusnya tadi pagi Nana menolak tawaran Jaja untuk berangkat sekolah bersama, alhasil sekarang dirinya harus menunggu Jaja yang sedang sibuk dengan ekskul basketnya.

"Hai Nana."

Nana menoleh ketika seseorang menyapanya, namun dia tak membalas sapaan itu.

Dia Haikal, murid baru yang sedang menjadi perbincangan hangat di SMAN 03 PANCASILA ini.

Paras tampan, senyum manis, tinggi semampai, mampu menarik perhatian dari para siswi yang sangat menyukai aura ketampanan.

"Kok belum pulang sih ?" tanya Haikal.

"Nunggu Jaja," jawab Nana.

Nana menggeser posisi duduknya agar Haikal bisa ikut duduk di sampingnya.

"Kalian sering pulang bareng ya? Btw, rumah kamu dimana ?"

Nana mengernyit heran. "Ngapain nanya-nanya ?"

Haikal tertawa kecil, mendengar jawaban Nana. "Ya siapa tau kita searah, boleh kok kalau kamu mau nebeng."

"Gak minat," sahut Nana, lalu mengeluarkan handphonenya dari saku guna menghilangkan rasa bosan.

"Eh tau gak sih Na, kata orang dulu, kalau tempat yang biasanya rame tiba-tiba sepi, itu udah fix banget ada penunggunya. Contohnya ya sekolah ini," ucap Haikal, sedikit menakuti Nana.

"Sok tau lo!" seru Nana, mulai goyah dan melirik sekitarnya.

Haikal terkekeh geli. "Kamu kok gak percayaan sih, aku ini tinggalnya di kampung Na, wajar lah kalau tau banyak soal hal yang berbau mistis."

Nana mengusap lengannya sendiri yang tiba-tiba meremang. "Heh, jangan suka bercanda gitu deh."

"Loh, siapa yang bercanda Na? Aku serius loh, kamu gak liat wajah aku udah ketakutan gini," ucap Haikal, sembari tersenyum tipis.

"Emang iya ?" tanya Nana, memastikan.

Haikal mengangguk, berusaha meyakinkan Nana. "Beneran Na."

Nana meneguk ludahnya kasar, lalu menarik tangan Haikal untuk keluar dari sekolah ini.

Haikal tersenyum penuh kemenangan. "Kamu takut hantu ya ?"

"Emang ada manusia di muka bumi ini yang gak takut hantu? Lo kalau mau tanya yang waras dikit lah!"

Nana berjalan tergesa-gesa, membuat Haikal yang berada di belakangnya ikut terseret.

Setelah sampai di parkiran, Nana menyuruh Haikal untuk menunjuk dimana motornya berada.

"Kamu yakin mau naik motor matic punyaku ini ?" tanya Haikal, membuat Nana yang sedang menatap sekitarnya dengan reflek memukul kepala Haikal.

"Bacot ih! Udah buruan idupin motor lo, gue mau balik!" seru Nana.

Bukan Kembar!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang