Hay kalian semua^^
Gimana kabarnya? Baik kan? Harus baik dong.Happy Reading 🧡🔥
_________
"Lihatlah luka ini, yang sakitnya abadi!"
Mata Nana bergerak ke kanan ke kiri, mencari sumber suara tersebut. Lagian siapa malam-malam begini yang menyanyikan lagu sedih seperti itu? Aneh sekali, pikir Nana.
"Yang terbalut hangatnya bekas peluk mu,"
Nah ini dia pelakunya, malam-malam bernyanyi lagu sedih, membuat merinding satu komplek saja.
Yah, kalian benar! Siapa lagi yang memiliki suara cempreng membahana kalau bukan Rama? Buat kalian yang mengira ini Jaja, kalian salah besar, suara Jaja itu bisa dikatakan lumayan, lumayan nyakitin telinga.
Puk
Nana melempar sendalnya tepat mengenai bahu Rama, membuat sang empu menoleh sembari menatap tajam sang pelaku tapi urung ia lakukan karena melihat Nana lah pelakunya.
"Apa sih Buk bos, cantik-cantik doyannya kok nimpuk orang pake sendal sih!" cibir Rama, melangkah mendekati Nana lalu melempar sendal Nana tepat dihadapan sang pemilik.
Nana memakai kembali sendalnya. "Udah malem gak usah nyanyi, entar mbak kunti insecure denger suara lo."
Rama merengut kesal. "Sebahagia lo aja deh Na, kuy buruan jalan keburu ditinggal sama si Jajanjing, apalagi si kulkas ngikut."
Nana mempercepat langkahnya, berusaha menyamai langkah Rama. "Ram, lo tau kan kalo bokapnya Dewa mau nikah lagi? Kok Dewa gak cerita apa-apa ya ke kita."
"Tau kok, Dewa kayaknya sih udah pasrah aja dia mah. Soalnya setau gue nih ya, dia udah tinggal di apartemen punya almarhum mami Kanaya." Nana menganggukkan kepalanya saat mendengar penjelasan Rama.
Di ujung sana, terlihat Dewa dan Jaja sedang bermain handphone di atas motor masing-masing. Berbeda dari Dewa dan Rama yang memakai motor sport, Jaja justru memakai motor kesayangannya yakni si 'Ipin', motor matic berwarna hitam dengan stiker spongebob kesukaannya di jok belakang.
"WOY, diem-dieman bae kang!" Jaja dan Dewa terperanjat kaget, mendengar suara nyaring Rama, membuat keduanya melotot tajam ke arah sang pelaku.
"Ngapain lo berdua melototin Rama, buruan jalan, gue gak bisa lama-lama soalnya!" ujar Nana, lalu mulai mendudukkan dirinya di jok belakang motor Jaja dengan nyaman.
Jaja memasukkan handphonenya ke dalam saku celana, begitupun dengan Dewa yang juga memasukkan handphonenya ke dalam saku hoodie nya.
Ketiganya mulai menyalakan motor masing-masing, dan mulai menjalankannya. "Kuy, berangkat besti!"
"Na, siniin tangan lo," ucap Jaja, sedikit berteriak agar suaranya dapat didengar Nana dengan jelas, mengulurkan tangan kirinya di samping Nana.
Nana memberikan tangan kirinya kepada Jaja, lalu Jaja menarik tangan Nana seraya menggenggamnya dan menaruhnya disaku hoodienya.
Nana mendelik kaget, lalu memegang area jantungnya seraya memeriksa detakan demi detakannya. "Si anjir, jantung gue astagaaaaa! Apa gue punya riwayat penyakit jantung?" gumamnya.
Nana hendak melepaskan tangannya dari genggaman Jaja, namun nihil, Jaja justru mengeratkannya.
"JAJA, LO APAAN SIH?" Nana memukul kencang bahu Jaja.
Jaja tersenyum simpul, ketika dirinya melihat semburat merah di wajah Nana lewat pantulan kaca spion.
"Biar kayak orang pacaran Na." Jaja mengeluarkan tangannya, lalu mencium punggung tangan Nana. "Simulasi dulu, siapa tau beneran jadi yakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kembar!
Teen FictionPersamaan tanggal lahir, persamaan nama, juga persamaan sifat dan tingkah laku, membuat keduanya disebut kembar. Namun keduanya bukanlah saudara kembar, mereka berdua terlahir dari dua rahim yang berbeda. _____ "Panggil gue abang Jaja!" "Seenak jida...