34. Duka pilu

20 1 2
                                    

Jangan suka prank malaikat ya gais,
Kebut-kebutan dijalan sangat berbahaya.
Kamu tidak akan tau apa yang terjadi selanjutnya, soalnya hari apes gak ada di kalender.

Happy reading gais🧡🌷












_______________





"Lo yakin mau balapan malam ini?" tanya Dewa, menunjukkan kerisauan yang sangat kentara membuat Jaja terkekeh geli.

Jaja menepuk pundak Dewa. "Sejak kapan lo berubah jadi mak-emak gini? Gue gak papa Kas. Asal lo tau ya, gue itu cowok kuat menghadapi segala rintangan."

"Kuat, asal bukan denger ceramah emak lu aja yakan?" Rama menimpali obrolan Jaja dan Dewa.

Jaja menaik-turunkan alisnya, dengan senyum tengilnya. "Yoi bro. Btw, mana nih musuh gue malam ini ?"

"Gue kira lo gak akan main kesini lagi Ja."

Jaja tersenyum lebar sembari bertos ria ala laki-laki dengan Bagus.

"Lagi sumpek dia di rumah bang, di musuhin Nana dia," sahut Rama, mendekat ke arah Bagus dan bersalaman dengan mantan kakak kelasnya itu.

Bagus tersenyum tipis. "Bisa musuhan juga lu sama si princess? Gue kira gak akan pernah musuhan, soalnya udah kayak surat sama prangko, nempel mulu."

"Yaelah, kayak gak ngerti anak muda aja lu bang," gurau Jaja, dengan tawa kecilnya.

Bagus menepuk pundak Jaja, memberinya semangat. "Semoga menang malam ini, hadiahnya lumayan Ja. Ya udah, gue tinggal ke panitia dulu ya, biasalah mau tes drive juga biar otot-otot gak kaku."

"Oke bang," sahut Jaja.

Jaja menghidupkan mesin motornya, mengendarainya pelan menuju garis start untuk memulai sebuah pertunjukan balap.

Rama dan Dewa berlari menuju tempat para penonton, bersorak kencang memberi semangat membara agar Jaja bisa menang melawan musuhnya malam ini.

Jaja terlihat santai menunggu lawannya malam ini, dia mengerling nakal pada beberapa remaja perempuan yang tampak hadir untuk menonton.

Brum.

Jaja menoleh ke arah datangnya motor sport berwarna hitam, yang berhenti tepat di sampingnya.

Tanpa membuka helm, lawan Jaja malam ini tampak memberikan jari tengah tepat di depan wajah Jaja, membuat teman-temannya yang berada di area penonton bersorak tak terima.

"WOY, JANGAN SOK JAGO LO!" teriak Rama, dari luar arena balap.

Dirinya berteriak kesal, lantaran lawan dari sahabatnya malam ini memberikan jari tengah bukti penghinaan bagi Rama.

Seorang perempuan muda berpakaian seksi, tampak berjalan ke tengah arena balap. Membawa kain, dan mulai menghitung.

"One."

Perempuan itu memberi hitungan agar Jaja dan musuhnya bersiap, mengenakan helm dan menghidupkan mesin motor masing-masing.

"Two."

Keduanya, mulai menarik gas dan rem bersamaan, membuat asap keluar dari ban motor keduanya.

"Three, and go!"

Jaja memimpin di depan, dengan tatapan fokus dirinya menguasai permainan.

Tanpa memikirkan hal lain, Jaja tetap fokus pada laju motornya. Tak disangka, lawannya sudah berada tepat di sampingnya.

Laki-laki pengendara motor sport berwarna hitam itu, membuka kaca helmnya, menatap ke arah Jaja dengan tatapan tajam.

Jaja sempat kehilangan keseimbangannya, saat menatap kedua bola mata yang pernah dilihatnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Kembar!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang