Untuk orang yang belum tau malesnya ngetik, mungkin akan ngomong 'cuma author males yang up seminggu sekali!'.
Kalo mood ngetik lagi berantakan, jangankan seminggu sekali wak, sebulan sekali juga belum tentu.
Bikin cerita itu gampang, namatin cerita itu gampang, bikin alur gampang, yang susah itu komitmen untuk namatin 1 cerita dan mood ngetiknya yang susahnya minta ampun😌.
Sekian curhatan dari saya😊
Terima kasih dan jangan lupa tinggalkan jejak🙏Happy Reading 🧡
___________
Suasana kelas hari ini begitu damai, karena hanya ada suara hembusan napas serta suara goresan pensil di kertas jawaban.
Duduk sesuai urutan absen, dan kali ini nasib tak baik datang pada Dewa. Ya, dirinya terpisah dari ketiga sahabatnya dan harus duduk paling depan, dikarenakan nama lengkapnya berawalan huruf 'A'.
Berbeda dengan Jaja dan Rama, yang terus menempel pada Nana, karena nama lengkap mereka berawalan huruf 'R.
Baru beberapa menit ujian berlangsung, tapi Jaja, Rama dan Dewa sudah sibuk mencari contekan. Dengan Dewa, yang terus melirik ke samping, tepat di mana seorang siswi berkaca mata tebal sedang sibuk mengerjakan.
"Heh, bagi contekan dong," bisik Dewa pada siswi di sampingnya, dengan menutupi wajahnya menggunakan kertas soal.
Beberapa kali mencoba, tapi tetap tak ada respon apapun dari gadis berkacamata tersebut, membuat Dewa mendengus kesal. Kesal lantaran dirinya tak mendapat contekan, sedangkan dua sahabatnya di belakang sibuk mencontek pada Nana.
Dewa menghela napas kecewa, saat dirinya tak menemukan tempat untuk mencari contekan yang baik dan benar serta tidak diragukan lagi kebenarannya.
"Sutt, Dewa."
Dewa menoleh ke samping kiri, saat mendengar seseorang membisikkan namanya. Keningnya berkerut melihat seorang siswi yang kalau tidak salah gadis ini pernah menolong Nana saat dilabrak Amanda.
Anita Faiza, siswi kelas XI ips 02 yang katanya menyukai berbagai judul anime.
Terlihat Faiza sedang mencatat di kertas kecil, lalu melemparkannya kepada Dewa, membuat Dewa mengangkat ibu jarinya ke arah Faiza, sebagai ganti 'terima kasih'.
Dewa membuka gulungan kertas kecil yang dilempar Faiza tadi, lalu dirinya mengangkat satu alis tanda penasaran. "Nomor 1 A, nomor 2 C, nomor 3 C, nomor 4 B, nomor 5B, udah segini doang? Yaelah anjir ngasih contekan tanggung banget!"
Ciri-ciri manusia yang gak pernah bersyukur adalah Arresky Mahadewa, udah dikasih contekan bukannya bilang makasih malah komplen.
Dewa melirik Faiza, lalu melempar kembali gulungan kertas kecil yang dikirim oleh Faiza tadi. Faiza menoleh mendapati wajah Dewa yang sedikit meliriknya, mungkin takut untuk menatap Faiza karena pengawas sedang memperhatikan gerak gerik mereka.
Dewa berpura-pura membaca soal sembari mengangkat tinggi kertas soal tersebut, agar menutupi wajahnya. "Cuma lima doang? Gak ada lagi?" bisik nya, membuat Faiza menggeleng.
Lagi dan lagi Dewa menghela napas kecewa, entah kepada siapa lagi dirinya akan mencari contekan jawaban selanjutnya. Satu-satunya harapannya adalah Nana, tapi bagaimana caranya? Jarak bangku dirinya dan Nana terlalu jauh.
Mendadak Dewa menyesal, karena semalam lebih mementingkan mengikuti si sesat 'Jaja' untuk balapan liar, bukan malah belajar sebagai pondasi dirinya menghadapi ujian seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kembar!
Fiksi RemajaPersamaan tanggal lahir, persamaan nama, juga persamaan sifat dan tingkah laku, membuat keduanya disebut kembar. Namun keduanya bukanlah saudara kembar, mereka berdua terlahir dari dua rahim yang berbeda. _____ "Panggil gue abang Jaja!" "Seenak jida...