32. Salah paham

13 6 13
                                    

Perahu hancur mudah untuk dirakit kembali,
Namun, kepercayaan yang sudah lebur oleh kebohongan tak akan bersatu lagi.

Sembilu yang teramat dalam,
Menghancurkan angan yang hendak berlayar, bagai kisah yang mulai pudar oleh gelapnya malam.

Happy reading gais🧡🌷


___________________

"Pasti ulah lo kan ?"

Haikal memojokkan Jaja di dekat perpustakaan yang mulai sepi, tanpa Rama dan Dewa.

Jaja menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum mengejek. "Ulah apa sih besti ?"

Bug.

Haikal memukul tembok tepat disamping Jaja, menimbulkan bunyi dentuman keras namun tak membuat Jaja goyah sedikit pun.

"Ini yang pertama dan terakhir kalinya gue ngasih peringatan ke lo, jangan pernah main-main sama gue, bangsat!" seru Haikal, memberi peringatan keras kepada Jaja.

"Uh, takut banget loh." Jaja tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang terasa kram, lalu dengan cepat dia menghentikan tawanya, dan mulai menatap lawannya dengan bengis.

Jaja menunjuk Haikal tepat di depan dadanya. "Gue gak pernah takut sama ancaman lo."

Haikal hendak meninju wajah Jaja, namun di tahan oleh seseorang.

Dia adalah Dewa, dibelakangnya ada Rama yang menampilkan wajah garangnya.

"Cupu lo bangsat! Mainnya ancem-anceman, kayak bocah aja lo." Rama meledek Haikal, membuat Haikal terpancing emosi.

Dengan cepat, Rama memukul wajah Haikal dan tepat mengenai pelipis kanannya, membuat lawannya terhuyung ke belakang.

"Bangsat!" gumam Haikal, sembari menyentuh pelipis matanya yang terkena pukulan dari Rama.

"Ram, jangan gegabah!" ucap Dewa, menahan sebelah tangan Rama yang ingin kembali melayangkan pukulan.

Rama yang merasa ditahan, menatap tajam Dewa. "Lo ngapain nahan gue anjir!"

Dewa menatapnya tajam, membuat Rama urung melakukan perlawanan dan memilih diam di belakang Dewa.

"Gue tau lo suka sama sahabat kita, Nana. Tapi jangan pernah lo berniat mendekati dia, karena cowok murah kayak lo gak pantas bersanding dengan cewek mahal kayak Nana," ucap Dewa, pelan namun tajam.

Haikal berdesis. "Gue bukan cowok murah!"

"Idih, pakek acara ngeles lagi. Heh katak sawah! Baju obral di tanah abang aja kalah murah sama harga diri lo itu," seru Rama, kembali berjalan ke depan hendak berhadapan dengan Haikal.

Namun, lagi dan lagi Dewa berusaha keras menahan Rama yang sangat tempramental.

"Gue gak ada urusan sama Lo berdua, urusan gue cuma sama bencong ini!" ucap Haikal, menatap Jaja lalu mencoba bangkit setelah mendapat pukulan keras dari Rama.

"Bangsat!" gumam Rama, menatap tajam Haikal yang berhasil memancing emosinya.

Bug.

Rama kembali menjatuhkan pukulan telak ke arah Haikal, membuat sang empu tersungkur.

"RAMA, STOP!"

Keempat laki-laki itu menoleh bersamaan. Di sana, Nana berlari ke arah mereka dengan raut wajah paniknya.

Nana langsung berjongkok guna memeriksa keadaan Haikal, lalu dirinya menoleh ke arah Rama, Dewa dan Jaja.

"Gila lo semua!" murka Nana.

Bukan Kembar!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang