17. One day with Reygan

87 24 0
                                    

Hari ini gak ada kalimat sapaan dari aku buat kalian.

Btw, bingung banget mau ganti cover 'Bukan kembar!' tapi gak ada yang pas, hmmm.
Yaudah deh, gak usah diganti ya.

Happy Reading 🧡🦖

_________

Jaja melambaikan tangan ke arah mobil yang mulai menjauh, di ikuti Nana yang juga melakukan hal yang sama.

Jaja berbalik menghadap ke arah Nana. "Kesel gak sih Na? Harus jadi babu, seharian loh ini jagain Egan, apa kita sewa baby sitter aja ya?"

Nana memukul lengan Jaja kasar, membuat sang empu mengaduh. "Kebanyakan duit kau ha? Jagain Egan sehari gak bakalan ngebuat lo depresot Ja."

Jaja memanyunkan bibirnya sambil mengelus lengannya. "Yakan, biar lo gak capek ngurusnya jadi gue berinisiatif buat bantu lo, dengan cara nyewa baby sitter sehari, gue capek loh Na, mikirin ini semaleman."

"Gak ada yang nyuruh lo mikir," sentak Nana, kemudian berlalu pergi meninggalkan Jaja sendirian di luar rumah.

Jaja menyusul Nana masuk ke dalam rumahnya. "Niat hati ingin berbuat kebaikan tapi apalah daya niat baikku di tolak calon istri."

Jaja melihat Reygan yang sedang duduk anteng sembari menikmati cemilan yang tersedia di depannya, dengan Nana yang duduk di samping Reygan.

Jaja mencubit pipi tembem Reygan pelan. "Enak banget ya tuan raja, duduk lesehan sambil makan sereal," ucap Jaja, membuat Reygan tertawa kecil.

"Ja au," gumam Reygan, sambil menyodorkan serealnya ke hadapan Jaja, membuat Jaja mendelik kaget.

"Heh apa-apaan nih, kok gak manggil abang sih," protes Jaja, lalu dirinya menatap Nana. "Na, kok dia panggil gue Jaja sih, kenapa gak panggil abang."

Nana mengedikkan bahu acuh. "Mana lah gue tau."

"Na," panggil Jaja, membuat Nana menoleh. "Apaan Ja?"

"Kalo suatu hari nanti gue nikahin lo, lo mau gak?" Nana mengerutkan kening, mendengar pertanyaan Jaja yang menurutnya sangatlah aneh. "Mau mau aja sih, asal lo nya punya penghasilan tetap, sayang sama gue, udah punya rumah sendiri juga, dan satu lagi, lo harus bisa berhenti dari kebiasaan lo yang suka balapan sama tawuran itu."

Jaja menatap langit-langit rumahnya. "Gak enak banget ya jadi dewasa, semuanya serba dipaksa."

"Dipaksa demi kebaikan gak papa dong, lagian emang lo mau jadi anak kecil terus?" tanya Nana, memastikan.

"Mau lah, apalagi masa kecil gue seru banget. Main sama lo, tidur berdua, makan berdua, jajan berdua, ke taman berdua, apa-apa berdua," sahut Jaja, sembari tertawa kecil mengingat kenangan masa kecilnya dengan Nana.

"Lo inget gak Na, kalo sahabat lo yang paling ganteng ini pernah cadel, pas nyebut nama lo malah jadi ee'na." Nana menekuk wajahnya kesal.

"Ya kan itu nama buatan lo, sampek gue ajarin berkali-kali kalo nama gue 'REYNA', lo tetep aja gak bisa nyebutinnya, alhasil malah jadi Nana."

Jaja menghadap ke arah Nana, lalu tersenyum lebar. "Tapi nama panggilan dari gue kan, yang bikin lo ngerubah nama panggilan lo jadi 'Nana."

Nana menganggukkan kepalanya. "Iya, kasian gue ngeliat bocah cadel yang udah berusaha nyebut Reyna tapi gak bisa-bisa."

"Kalo udah lulus SMA, kita kuliah di Yogyakarta yuk Na. Pasti seru deh, kita berempat kuliah bareng-bareng jauh dari rumah," ujar Jaja, sambil memainkan mainan milik Reygan di tangannya.

Bukan Kembar!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang