13. Prahara rumah tangga

96 27 5
                                    

Sorry ya kalo ceritanya ngebosenin🙏
Ini first time gue bikin cerita, jadi maaf kalo agak bertele-tele gitu alurnya.

Tapi buat kalian yang udah support, terima kasih banyak ya🤧🧡

Dan buat yang belum kenalan sama Jaja dan Nana, yuk lah kenalan dulu biar makin sayang.

Happy Reading 🧡🦖

_________

"BUNDAAAA, EGAN NGINJEK EEKNYA SI MARPEL!"

Pagi-pagi sekali, rumah ini sudah dihebohkan dengan Marviel yang diare, dan jadilah kotorannya berceceran dimana-mana.

Sedangkan sang pemilik, malah asyik rebahan di ayunan yang dibuatnya di sebelah kolam.

"Apa sih Ja, masih pagi udah teriak-teriak aja!" omel sang bunda, dengan wajah garangnya.

Jaja menunjuk Reygan yang sedang asyik memainkan mainannya. "Liat deh kakinya Egan, ada eeknya Marpel."

Dinda mengecek kaki sang anak bungsu. "Astaghfirullah dek, ini kenapa kakinya banyak kotoran burungnya gini sih?"

"Kata ayah, si Marpel lagi diare karna salah makan, tapi bukannya bersihin kakinya Egan, ayah malah nyantai tuh di ayunan," adu Jaja, pada sang bunda.

Membuat Dinda menghembuskan nafas panjang, berusaha bersabar menghadapi tingkah laku suaminya yang menguras emosi.

"AYAH, BERSIHIN LANTAINYA SEKARANG JUGA! ATAU BUNDA GORENG BURUNG KESAYANGAN KAMU ITU!" seru Dinda, lalu membawa Reygan ke kamar mandi.

Jaja menutup telinganya sendiri. "Lama-lama budek gue, kalo emak teriak kek gini tiap hari!" gumamnya.

Dikta memunculkan kepalanya di pintu menuju kolam. "AYAH LAGI SIBUK! SURUH JAJA AJA YANG BERSIHIN."

Jaja mendelik tak terima. "ENAK AJA, JAJA GAK MAU!"

"JANGAN TERIAK-TERIAK, BUNDA GAK BUDEK YA!" balas Dinda, dari dalam kamar mandi.

"TAPI BUNDA JUGA TERIAK!" seru Jaja dan Dikta bersamaan.

"Ayah gak usah sok sibuk deh, mending buruan bersihin kotoran burungnya, nanti kalo bunda beneran mutilasi si Marpel gimana hayo," ujar Jaja, berusaha menakut-nakuti Dikta, dengan tampang sok tahunya.

Dikta mendelik tak terima. "Sebelum bunda kamu mutilasi Marviel, kamu yang ayah mutilasi duluan!"

"BUN, AYAH GAK MAU DISURUH BERISIHIN LANTAI, BIAR BUNDA AJA YANG BERSIHIN KATANYA!" adu Jaja pada Dinda, membuat Dikta panik.

Dikta menutup mulut Jaja dengan telapak tangannya. "Ja, kamu beneran mau ayah mutilasi ha?!" bisiknya.

Jaja mengangguk dengan cepat. "Astaghfirullah Ja, tobat kamu! Kamu mau ayah masuk neraka ha?! Gara-gara mutilasi kamu," seru Dikta, lalu melepaskan bekapannya pada mulut Jaja.

"Nanti Jaja titip salam ya buat malaikat yang jaga, suruh siapin satu kamar VVIP buat si Juki sama si kulkas," ucap Jaja, lalu tersenyum manis.

Dikta memutar bola mata malas. "Gak sekalian buat kamu juga?"

Jaja menggeleng. "Nanti Jaja kan masuk surga, soalnya Jaja rajin banget bantuin bunda."

"Bantuin apaan emang?" Jaja nampak menengadahkan pandangannya, seperti berfikir.

Jaja berdiri dari duduknya, lalu berjalan santai ke arah pintu utama.

"BUN, AYAH SELINGKUH NIH!" ucapnya, lalu berlari sekuat tenaga menuju keluar rumah.

Bukan Kembar!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang