Chapter 7

12 6 0
                                    

Sehari sebelumnya,dimana Netha baru saja selesai menaiki bus pulang ke kotanya kembali,sempati dulu dirinya mengambil sepeda dan mengayuhnya cepat agar bisa sampai ke rumahnya.

Dia takut,ibunya akan mengamuk tanpa alasan hanya karena dirinya pulang lebih sore dari biasanya,meski Netha tak terlalu memikirkannya juga , namun genggaman tangan ibunya itu..sungguh diluar nalar.

Belum lagi jika ada barang-barang rumah yang menjadi korban,meski kerugian tak seberapa tapi setiap bagian rumah adalah hal yang menjadikan tempat tinggalnya yang bisa disebut rumah.

Ayah memang tidak akan bertindak setegas dan segarang ibunya,tapi jika Netha adalah hal utama yang membuat ibu nya marah besar hingga semuanya berantakan,ayah mungkin tidak akan segan mengurungnya selama seminggu berturut-turut tanpa cahaya.

Tidak akan baik untuk keberlangsungan kehidupan sekolahnya yang baik-baik saja,apalagi jika Vania ikut campur,harga dirinya sudah lama hancur kalau begitu.

Melihat bagaimana matahari turun,agak sulit untuknya tak melihat dan mengabaikan hal indah yang bahkan orang-orang sanggup untuk memanjat sebuah gunung hanya untuk melihat matahari tenggelam.

Jika ada yang mempertanyakan,dimana tas yang dibawa Netha ketika berangkat ke sekolah?

Jawabannya,Netha meninggalkannya didalam loker,meski isinya adalah seragam sekolah tentu tak membuat dirinya akan kesulitan untuk harus memakai baju seragamnya buat besok?karena Netha dengan sengaja memesan seragam dua set ketika hari pengukuran baju.

Netha sudah menaruh rapih sepedanya didalam garasi,membuka pintu dan melihat sekeliling untuk memastikan apakah ibunya menunggu dengan sangat amat marah padanya.

Hingga menyadari bahwa saat ini rumah begitu kosong,tak ada kehadiran ibu didalamnya,dan bahkan yang biasanya setiap kali Netha pulang selalu berantakan,kini terlihat semua benda masih ditempatnya masing-masing.

Menuju ke lemari es,ada memo baru yang biasa ayahnya pasang ketika tidak pulang,untuk berjaga-jaga jika mereka akan pergi ke tempat yang jauh tanpanya.

"Ayah dan Ibu akan pergi sampai hari yang tidak diketahui,kakekmu entah kenapa bisa mengetahui kelakuan ibu seperti itu"

Netha mengernyit,membuka laci dapur dan kembali menemukan jejeran mie instan dengan rasa yang berbeda-beda,lalu lemari es hanya untuk agar dirinya melihat tempat telur yang penuh dengan sayuran yang pas untuk disajikan bersama dengan mie.

Menghela nafas lega Netha menutupnya perlahan,menyalakan lampu dan pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri tanpa melihat ponsel.

'kakek tidak akan tahu kalau tidak ada yang mengadu,meski bukan aku, sepertinya saat ibu pulang akan menanyaiku sambil gemetaran karena marah'

Samuel:
Apa kamu sudah pulang?

Aska:
Heii~Vania nyari-nyari lu terus tuh di akun gue😡
Padahal kan dia punya akun lu🤬

Selesai mandi,Netha segera membuka ponselnya setelah menyadari sebelumnya ada getaran notifikasi,dan melihat dua pesan yang membuatnya bertanya-tanya:jika itu aku,aku tidak akan berani mengirimkan pesan secepat ini pada orang yang baru saja dikenal.

Netha to Samuel:
Iya udah,sekali lagi makasih buat bantuannya

Netha to Aska:
Maaf merepotkan,biar aku kirim pesan pada Vania agar tidak menggangu lagi

Aska:
Kalian tuh sedekat apa sih sampe Vania kek orang kesurupan gitu?

Netha:
Cukup dekat

Aska:
Sahabat?

Netha:
Terlalu dekat,aku masih punya batas untuknya

Aska:
Kasih tau dong..gimana kehidupan sekolahnya Vania?gue kepo~

  𝙏𝙃𝘼𝙍𝙀𝙔 ||𝙫𝙞𝙧𝙩𝙪𝙖𝙡 𝙢𝙚𝙚𝙩𝙞𝙣𝙜||       Where stories live. Discover now