Netha pulang,tentu dengan ibunya yang mengikuti dirinya sepanjang sore menuju rumah,namun kali ini Netha bersyukur setidaknya sepeda miliknya tidak hancur berantakan seperti barang-barangnya yang lain.
Sebenarnya ada banyak alasan mengapa ayah dan ibunya seringkali bertengkar,hingga saat ini pertengkaran itu berubah menjadi kebiasaan yang sangat menakutkan untuk dirinya,Netha pernah beberapa kali berpikir jika saja ibunya dan ayahnya tidak bertemu haruskah mereka akan lebih baik?
Ibu tak perlu bersusah payah untuk berteriak sepanjang hari,dan ayah tak perlu setertekan ini untuk hanya mencari uang.
Namun,...Netha tahu mengapa semuanya menjadi seperti ini,...mungkin..hanya dia dan ibunya yang tahu.
"Ibu sudah masak?"
"Menurut kamu?!,seharian ibu didepan sekolah ada waktu buat masak gitu?!!masak sendiri aja!bisa kan?"
"Maaf"
Netha sudah terbiasa,dengan segala ucapan sarkastik dan tidak mengenakkan dari ibunya apalagi jika terkadang ayahnya juga akan marah-marah padanya karena masalah yang sulit hanya untuk seorang dirinya tangani.
Tapi tetap saja,jika dari awal mereka tak bisa melakukan pekerjaan sebagai orang tua mengapa harus seberjuang itu sampai-sampai harus menjadi orang yang jahat dalam hidupnya?
Netha tidak mempersalahkan bagaimana kedua orangtuanya begitu aneh,yang Netha ingin tahu adalah satu hal,mengapa mereka tidak membuang dirinya saja?,dibiarkan mati dalam lahan kosong atau ditenggelamkan dalam bak kamar air mandi dan dikubur begitu saja?
Atau mereka tidak sekalian membakar tubuhnya lalu bunuh diri,entah kenapa sampai sekarang mereka masih mempertahankannya,ketika mereka sudah menyakiti seluruh bagian dari tubuhnya.
Oh...ataukah mereka menunggu dirinya mati perlahan?,di keadaan yang paling menyakitkan.
Sesampainya didepan pagar,Netha membiarkan ibunya masuk terlebih dahulu sementara dirinya pergi ke garasi,melihat setiap detail sepedanya yang melecet pada beberapa bagian,meski dia yakin tak ada yang rusak namun tetap saja rasanya tak tenang jika tidak di lihat.
Ponselnya tiba-tiba saja berdering dari dalam tasnya,Netha yakin itu antara Vania dan pelatih,jika itu Vania dia pasti akan berbicara tentang bagaimana mungkin dirinya bisa bolos ketika saat akan pulang Vania lihat Netha masih ditempatnya,jika pak pelatih..Netha tidak berani mengabaikannya namun dia tidak mau mengangkatnya.
Seragam Voli yang dia bawa juga ternyata hanya memberatkan tasnya,Netha bahkan tak percaya sudah berapa kali dirinya bolos dan pergi untuk pulang ke rumah.
Netha menyenderkan sepedanya hati-hati,melirik tali rantai apakah putus,pedalnya apakah pecah?,atau bagaimana saat ini keranjangnya sedikit miring dan terlihat jelek.
Kepalanya sedikit menggeleng,menaruh kain biru untuk menutupi sepedanya dan pergi masuk ke kamarnya yang ternyata masih bersih dan rapih,tidak seperti hari sebelumnya yang mana ibunya masuk dan mencari sesuatu yang Netha tak tahu apa itu.
Setelah mengganti pakaian seragamnya,Netha pergi ke dapur dan mencari bahan makanan di lemari pendingin,namun Netha lupa hanya ada mie instan,telur dan beberapa helai sayuran yang ayahnya beli untuknya Minggu lalu.
Dan lagi,hari ini Netha akan makan mie instan lagi yang rasanya bisa dibilang cukup pedas.
Netha pergi ke ruang tamu untuk menyalakan televisi,Netha membiarkan channel yang menyiarkan berita,melihat bagaimana kejahatan atau kejadian unik di negara disusun rapih dalam sebuah skrip dan siaran.
Memotong beberapa daun bawang setelah merebus air,Netha memasukannya perlahan bersama dengan bumbu dan isian lain, sedikit mengambil pandang pada televisi yang tetap menyala.

YOU ARE READING
𝙏𝙃𝘼𝙍𝙀𝙔 ||𝙫𝙞𝙧𝙩𝙪𝙖𝙡 𝙢𝙚𝙚𝙩𝙞𝙣𝙜||
Teen Fiction"𝐓𝐇𝐀𝐑𝐄𝐘 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐦𝐮 𝐝𝐢 𝐯𝐢𝐫𝐭𝐮𝐚𝐥𝐥 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐡𝐚𝐦𝐚𝐧 ". **** "𝙏𝙃𝘼𝙍𝙀𝙔:𝙗𝙚𝙧𝙩𝙚𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙩𝙖𝙠𝙙𝙞𝙧,𝙗𝙚𝙧𝙥𝙞𝙨𝙖𝙝 𝙖...