Sebuah Berita Mendadak

662 77 1
                                    







Dua minggu berlalu, dan weekend kali ini Guntur Buana benar-benar terasa sangat ramai. Bagaimana tidak? Ini merupakan minggu terakhir mahasiswa UAS (Ujian Akhir Semester), sedangkan untuk tiga orang anak SMA itu mereka sudah selesai ujian dua minggu yang lalu, hanya tinggal menunggu kelulusan.

Benar-benar waktu kumpul yang ditunggu-tunggu. Karena lebih dari 60 persen anak GunBu masih seorang pelajar atau mahasiswa.

Kecuali para budak korporat, guys. Waktu libur mereka masih jauh.

Saat ini, mereka tengah berkumpul di ruang TV belakang.

"Heh, Dirga! Lo udah libur 'kan?" tanya Arsa saat kawannya itu baru saja tiba.

"Ya iyalah, kita 'kan satu kampus!" balas Dirga.

"Ya gue kira 'kan beda, soalnya tahta jurusan lo lebih tinggi, kayak Bang Juna."

"Nggak lah, tetap sama," ucap Arjuna sambil mengambil camilan di atas meja.

"Lo udah libur, Bang?" tanya Dirga yang kemudian duduk di sebelah Arjuna.

"Gue sih udah banyak liburnya dari kemaren. Minggu depan gue sidang," ucapnya santai.

Kemudian semua yang di sana langsung menoleh cepat dan kaget. "HAH?!"

"Kok lo nggak bilang sih, Bang?! Kan kita belum nyiapin apa-apa!" ucap Bara heboh.

"Lah, ini 'kan bilang," balasnya santai lagi dan hanya tertawa kecil.

"Oh iya, barusan nih Bang Tian juga bilang kalau dia sidang minggu depan. Bareng kalian, Bang?" tanya Jendra setelah melihat ponselnya.

Arjuna mengangguk pelan. "Iya. Gue bareng Tian, Janu, sama Neru juga."

"Yaelah nih F4 lokal emang nggak bisa banget dipisah. Sampai sidang aja harus bareng!" celetuk Arsa sambil fokus bermain PS4.

Arjuna kemudian tertawa. "Serius, nggak sengaja juga kita bakalan satu jadwal ujiannya. Orang pas daftar buat sidang juga nggak bareng."

"Terus, kalau udah sidang 'kan wisuda tuh, Bang. Abis itu kalian ngapain? Langsung jadi dokter?" tanya Azidan, tapi anaknya masih fokus main bareng Arsa.

"Ya enggaklah! Lo kira jadi dokter kayak beli kacang?" protes Dika.

"Abis wisuda kita langsung koas," balas Arjuna. "Dan untungnya, koas kita nggak mungkin bareng," lanjutnya sambil tersenyum bangga. Sepertinya benar-benar sudah lelah karena keseringan bareng teman-temannya yang disebut serbuk berlian itu.

"Oh iya!" tiba-tiba Arjuna berseru. "Dua minggu lagi, Bagas yang sidang!" lanjutnya, pas dengan timing yang disebutkan juga baru datang.

Semua tatapan tertuju pada Bagas. Sedangkan yang ditatap hanya diam sejenak dan menoleh pada Arjuna. "Kok lo tau? Darimana? Perasaan gue nggak kasih tau siapa-siapa."

"Yakin?" tanya Arjuna sambil memainkan alisnya, terlihat sangat menyebalkan bagi Bagas.

"Pasti Dion atau nggak Diaz," ujar Bagas kemudian ikut duduk.

Ya kira-kira begitulah percakapan ringan para penghuni GunBu yang masih pelajar/mahasiswa. Tidak heran kalau pembicaraan mereka sering ngalor-ngidul alias kemana-mana. Abis bahas ini, tiba-tiba datang yang lain bakalan jadi bahas yang lain.

Sementara anak-anak tengah dan bungsu sedang bermain, Bagas tidak sengaja melihat Galih pulang dengan wajah lesunya. Memang pemandangan biasa ketika pegawai bank itu pulang dengan wajah ditekuk, tetapi menurut Bagas kali ini sedikit berbeda.

Tidak langsung mendekati Abang tertua itu, Bagas hanya melihat Galih naik dan beberapa menit kemudian turun kembali seperti langsung siap akan pergi.

"Bang, baru balik?" tanya Bagas langsung mendekati Galih.

GUNTUR BUANA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang