Bertepuk Sebelah Tangan

946 112 8
                                    



Tidak pernah sekalipun dalam hidup seorang Vikrama untuk memukul orang. Jangankan itu, bahkan untuk membenci seseorang saja dia jarang dan tipe pemaaf. Bagi pemuda itu, hidup akan terasa lebih tenang bila menghilangkan rasa benci dan dendam dari hati. Ya, itu setidaknya sejauh ini yang ia rasakan.

Meskipun tidak menyimpan dendam pada seseorang, bukan berarti Rama tidak punya perasaan. Justru kebalikannya, pemuda itu bahkan sudah sejak lama menyimpan rasa suka kepada seorang kakak tingkatnya, sejak SMA. Perasaan ini yang mungkin kelak akan membawa pemuda itu untuk pertama kalinya membenci seseorang. Ya namanya juga cinta anak muda bund.

Kedua matanya kini bahkan tidak lepas memandangi gadis itu dari kejauhan. Seorang gadis dengan rambut panjang kecoklatan, tengah tersenyum manis tanpa tahu seseorang sedang memperhatikannya.

"DOR!!" suara mengejutkan memecah lamunan Rama. Pemuda itu langsung memasang wajah kesal ke arah sampingnya.

"Emang kayak jin lo Sya, muncul tuh pake aba-aba kek!" kesalnya.

"Lagian lo siang-siang malah melamun, kerasukan setan tau rasa lo!" jawab Asya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Rama. "Anak Manajemen ngapain main ke Komunikasi mulu? Kangen gue ya?"

"DIH PEDE BANGET LO!"

"Rama!" panggil seseorang lagi. Rupanya adalah gadis yang diperhatikan Rama. Kini gadis itu berlari kecil mendekati Rama.

Asya langsung bungkam setelah melihat wajah khawatir Rama.

"Kak Chiya, bukannya gue bilang jangan berurusan sama anak-anak tadi? Kalau kejadian kayak dulu keulang lagi gimana?" ucap Rama.

Gadis tadi masih mengatur napasnya sejenak dan tersenyum tipis. "Gapapa tenang aja! Mereka udah berubah kok! Untung banget lo ada di sini, kalau enggak gue masih ditahan sama mereka!"

Gadis itu melihat ke Asya sebentar dan langsung tersenyum. "Oho? Gue lihat-lihat kalian berdua terus ya, ada sesuatu pasti nih ya???" ucap Chiya dengan pandangan curiga.

"Hih?! Ngadi-ngadi aja! Nggak ada sesuatu! Dia aja nih yang betah nempel sama gue!" kali ini Rama yang membantah sedangkan Asya hanya diam, gadis itu cuma menggeleng.

"Ada apa-apa juga gapapa kali! Kalian serasi kok!" ujar Chiya disusul dengan tawa kecilnya.

"Malah ketawa dia. Oh, iya. Pasti belum makan lo 'kan?" tanya Rama langsung.

"Kok lo tau aja?? Ih cenayang!" heboh Chiya.

"Kapan gue nggak tau soal lo, Kak?"

Jika bertanya di mana Asya. Gadis itu masih setia berdiri di samping Rama, diam dan mendengarkan konversasi sepasang manusia itu.

Udah kaya nyamuk demam berdarah gue.

Entah kenapa, energi gadis itu langsung lenyap seketika. Membuatnya enggan untuk banyak berbicara seperti biasanya.

"Asya ikut nggak??" tanya Chiya yang memecah lamunan Asya.

Asya menggeleng pelan. "Enggak deh, Kak, gue masih ada kelas abis ini sama nanti mau mampir ke tempat lain juga. Gue duluan, ya!"

GUNTUR BUANA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang