Rencana Tak Terduga

692 97 5
                                    

warning, 2500++ words!






Semenjak kejadian terbongkarnya masalah Ezra dan Adamar, Aziel semakin waspada dan suasana rumah tidak lagi sama. Hampir tidak ada aktivitas para anak tengah GunBu di tengah malam yang biasanyaa memenuhi ruang TV lantai satu.

Beberapa dari mereka seperti TB hanya kumpul di kamar Arsa dan berusaha menghindar, begitu juga dengan empat sekawan Dika, Bara, Jendra, dan Azidan (bonus Rama).

Sedangkan Aji, sebagai sosok yang paling tahu atas persoalan Ezra dan Adamar menjadi pihak yang kebingungan sekarang. Memang bukan masalahnya dan bukan dia yang terlibat, tetapi entah bagaimana rasanya DIA SANGAT HARUS TERLIBAT untuk menyelesaikan masalah yang sudah berlarut hampir 2 tahun ini.

"Gue harus gimana dong jadinya??" ucap Aji frustasi, tampak sedang berbicara melalui sambungan telepon.

"YA MANA GUE TAU JANGAN NANYA GUE DEH! Lagiannn, bukannya lo cegah sejak awal Adamar pindah ke sana!!" terdengar suara seorang gadis.

"Ya mana gue tau bang Ziel bakalan bawa Adamar ke sini! Ah enggak membantu lo. Harusnya lo bisa berperan banyak di sini sebagai orang terdekatnya Adamar!"

"ELO SINTING?? HUBUNGANNYA APA? GUE CUMA SEPUPUNYA ADAMAR, YA. BUKAN ASISTEN!"

Aji menjauhkan ponselnya karena gadis itu berteriak cukup keras. "Iya biasa aja dong, gue nggak budeg!"

"DISHAAA LIAT INI RHEA MALING COKELAT GUEEE!" meski samar, Aji bisa mendengat sosok lain berteriak di sebrang sana. Bukan dari gadis yang ia telpon kini tentu saja.

"Rumah lo lagi rame?" tanya Aji.

"Iyaa. Ini mereka lagi pada banyak gaya bikin cokelat sendiri buat Valentine. Udah dulu ya, Ji!"

TUUT.

Panggilan langsung terputus.

"Bentar, kalau ada Wina sama Rhea di sana, berarti ... Delya juga ada?" Aji bergumam sendiri. "Ah, tapi nggak mungkin 'kan?"

Meskipun begitu, anak bontot GunBu itu tetap bergegas dan menarik jaketnya untuk pergi. Banyak pertanyaan terlontar dari para penghuni lain yang melihat Aji buru-buru, hanya dibalas, "Ada urusan!"

Tiba di depan kediaman megah Guinandra, Aji menghela nafas menyesal. "Ini yang punya masalah Ezra sama Adamar, kenapa gue yang repot si? Mana mau masuk Guinandra tuh susahnya udah kayak test CPNS."

Sok tau dia, padahal belum lulus SMA.

Tapi memang benar. Masuk ke kediaman utama keluarga terkaya kedua itu cukup ribet. Aji harus keluar mobil, bahkan isi dalam mobil diperiksa. Dalam hati Aji, "Perasaan masuk rumah Adiwangsa nggak seribet ini deh."

Tidak ingin banyak protes, jadinya Aji nurut-nurut aja. Memang budaya dua keluarga terkaya itu sangat-sangat berbeda.

Sebelum masuk ke dalam pelataran, Aji tadi sempat bertanya apa nyonya besar Guinandra ada di rumah atau tidak (neneknya Adamar), rupanya tidak. Aji lamgsung paham. "Pantes aja, pasti nih mini komplek rumah lagi kosong."

Baru akan memencet bel, pintu utama yang begitu besar itu langsung terbuka. Menampilkan sosok gadis dengan rambut sebahu, berwarna hitam pekat. "LOH AJI? NGAPAIN KE SINI!?" teriak Rhea heboh.

"Hm, Aji???" sosok gadis sedikit lebih mungil dengan kepang dua muncul dari belakang Rhea, namanya Wina. "WAH AJI. NGAPAIN KE SINII!!?"

Mendengar teriakan dua gadis yang satu sekolah dengannya itu, Aji langsung bingung harus menjawab apa.

"Itu ... gue⸺"

"ANJIR, Win! Jangan-jangan yang kita bilang tadi jadi kenyataan!!" Rhea kembali heboh, tidak memberi kesempatan kepada Aji untuk berbicara.

GUNTUR BUANA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang