Perkara Siapa Mengajak Siapa

612 72 4
                                    







Sudah satu minggu berlalu di mana Guntur Buana sibuk mempersiapkan pertunangan Galih dan Olla. Ya, sudah cukup lama waktu berlalu, tetapi perkara di sana masih tetap sama.

            Apa?

            Apa lagi kalau bukan perihal siapa mengajak siapa.

            Jadilah Aziel ikutan pusing. Pasalnya, mereka bukan hanya ribut mengenai persiapan, tetapi juga ribut soal 'EH LO AJAK SIAPA? ADUH INI GUE AJAK SIAPA?'

            Hey, ayolah. Apakah itu masalah yang begitu berat seperti mendapat amanah untuk menjaga perdamaian dunia dari perang? Tidak 'kan?

            "Kayaknya gue salah, ya, kasih free pass buat mereka untuk bawa partner?" tanya Galih pada Aziel. Ia sama bingungnya dengan pemuda Guinandra itu sekarang.

            Aziel lalu menggeleng pelan. "Bukan gitu, Bang. Mereka aja yang kelewat lebay. Padahal nggak harus ajak pasangan 'kan, bisa ajak keluarga atau temen lain."

Galih kemudian terkekeh pelan. "Lumayan lah, menghibur dan sesekali bisa bikin suasana ricuh."

"Yah, bukan sesekali lagi, Bang. Inimah ricuh banget," tiba-tiba Bagas datang sembari mengambil gelas kaca di sana untuk meneguk air putih.

Galih menatap Bagas sejenak, kira-kira sekian detik hingga pemuda itu selesai meminum air putihnya. Lantas, pemuda Bagaskara itu menatap heran Galih.

"Apa, Bang? Kalau mau tanya, tanya aja," ujarnya seakan-akan bisa membaca jelas raut wajah Galih. "Lo pasti mau tanya gue ajak siapa 'kan?"

Galih mengangguk pelan dan Aziel yang berada di sebelah pemuda tertua di Guntur Buana itu ikut mendengarkan seraya terkekeh.

"Dibilang gue bakalan ajak kucing tetangga, pada nggak percaya," ucapnya kemudian berlalu.

"Emang diperbolehkan bawa hewan?" tanya Galih pada Aziel.

Bahu pemuda Guinandra itu terangkat singkat. "Boleh kali? Lagian yang tuangan 'kan bukan gue!"

"Oh iya bener. Gue yang tunangan, ya," ujar Galih tersadar.

Ya tolong maklumi, pengaruh rasa gugup yang semakin hari semakin membesar karena hari pertunangannya tinggal sebentar lagi. Jujur, ia masih bertanya-tanya mengapa Dirga bisa terlihat setenang itu setelah tunangan dengan Andisha?





**






"Gue dapet partner!" teriak Azidan heboh saat membuka pintu kamar Jendra.

Pemuda yang saat itu tengah berbaring sembari mendapat ponselnya juga membalas, "Gue juga! Ini mau gue ajak ketemuan besok sih."

"Sama, gue barusan juga ngajak gitu. Ketemu di tempat yang sama aja lah, ya? Lumayan hemat kendaraan," ucap Azidan sembari memainkan alisnya.

"Alah bilang aja lo mager bawa mobil 'kan?" cibir Jendra. "Masa iya ngajak date cewek, malah nggak bawak mobil, ckckck. Langsung turun nggak sih derajat trah Guinandra?"

Azidan langsung berdesis pelan. Ada benarnya apa yang dikatakan Jendra, bukan masalah trah, tetapi masalah nanti dia langsung dipandang remeh oleh gadis yang akan menjadi partnernya itu.

"Besok di Café Abella nggak jauh dari kampus jam 4 sore," ucap Jendra sembari membaca ponselnya.

"Oke!" balas Azidan antusias.

Baiklah mari kita lihat sampai di mana keberuntungan dua anak adam itu.

Well, memang benar keduanya berhasil mendapat pasangan. Tidak ada yang salah dengan itu. Justru keduanya kini berhadapan dengan gadis-gadis dengan paras begitu cantik.

GUNTUR BUANA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang