Pagi minggu yang cerah. Setelah kejadian tempo hari, sekarang anak-anak dibiasakan bangun pagi untuk sarapan sama-sama, mau itu hari biasa ataupun akhir pekan. Yang biasanya kebo sekarang jadi rajin bangun, apalagi kalau hari minggu. Kenapa? Tenju saja karena jadwal para chef handal untuk menyiapkan makanan.Aziel, Arjuna, Dafa, dan si anggota baru Adamar.
Adamar tidak terlalu pandai masak, dia termasuk yang paling beruntung karena hanya mendapat bagian menyiapkan piring dan meja, sisanya dikerjakan oleh Ziel, Juna, dan Dafa. Semuanya pun sudah mengakui, bahwa masakan Aziel dan Arjuna sudah seperti masakan restoran bintang lima,ditambah mereka selalu saja melakukan platting ala-ala restoran.
Arsa selalu bilang, "Bang, sumpah harusnya kalian buka resto aja, dijamin pasti rame terus deh. Tinggal pasang aja foto kalian berdua di menunya."
Jawaban Arjuna, "Kalau boleh juga dari dulu kali, Sa, masalahnya tuntutan keluarga ini tinggi."
Sedangkan jawaban Aziel, "Memasak gue jadiin hobi aja sih, soalnya dari dulu udah jelas banget pupus harapan buat jadi Chef."
Lalu disambung oleh Azidan, "Padahal bang Ziel belum nanya ke bokap soal mau jadi Chef, tapi udah kebayang penolakan kerasnya," dan dibalas anggukan singkat dari Aziel sambil tersenyum.
Bagaimana tidak, Guinandra punya cabang perusahaan banyak dan dalam trah Guinandra, Aziel merupakan cucu tertua ketiga dari Adnan Gunar Guinandra, yaitu pendiri perusahaan alias kakek dari Aziel dan Azidan. Sepupu tertuanya sudah mengurus cabang perusahaan yang ada di Singapura dan belahan dunia lainnya, sedangkan sepupunya yang kedua memilih untuk menyerahkan perusahaan utama yang ada di Indonesia kepada Aziel dan memilih untuk mengurus perusahaan ibunya yang kini sudah berafiliasi dengan Guinandra.
Aziel menerima semua itu bukan sebagai keberuntungan, tetapi lebih ke beban. Pemuda itu tidak bisa menolak karena ia adalah anak pertama, sejak kecil sudah ditanamkan oleh ayahnya bahwa anak pertama memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjalankan perusahaan keluarga. Padahal, pemuda itu punya mimpi untuk menjadi seorang Chef terkenal yang bisa menyajikan makanan untuk seluruh dunia. Namun, apa boleh buat, harapan itu harus pupus saat ia menginjak sekolah menengah atas dan menjadikan itu sebagai hobi, sekaligus penenang ketika otaknya sudah terlalu penuh tentang pekerjaan.
Bahkan, Aziel tidak keberatan jika harus terus memasak untuk anak-anak Gunbu setiap hari, karena walaupun sudah ada jadwal pemuda itu akan selalu membantu.
"Jun, gue nanti malem nggak bisa nyiapin makan, ya, ada janji soalnya. Jadi tolong lo sama Dafa yang handle ya," ucap Aziel di sela-sela akan berdiri dan berjalan menuju kitchen set.
Berhubung Aziel saat itu duduk di meja tengah, semua mata memandang ke arah meja itu, literally semuanya.
"Oke," jawab Arjuna. "Janji diner sama client, Bang?" tanya Arjuna memastikan. Dan yang lain kembali menoleh ke Aziel, menunggu jawaban. Masalahnya, meskipun seorang Aziel terkenal sibuk, tetapi pemuda itu jarang sekali memiliki janji diner di hari minggu malam dengan klien. Dua tahun lebih mereka berbagi atap, maka keseharian Aziel juga mereka akan sangat hafal.
Aziel menggeleng, "Bukan, janji makan malem sama temen jauh, soalnya dia udah lama nggak pulang ke Indonesia."
Jawaban Aziel itu berhasil membuat semua mata saling melempar tatapan satu sama lain, terakhir mereka melempar tatapan ke Azidan, seakan-akan menyiratkan kepada pemuda itu untuk bertanya. Azidan lalu berdecak pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR BUANA✔️
Fiksi RemajaGuntur Buana adalah sebuah rumah yang begitu megah, berdiri di tengah-tengah Jakarta yang begitu padat dengan tajuk sebagai 'kost eksklusif' khusus laki-laki. Penghuninya berisi sekumpulan pemuda dengan karakter yang berbeda-beda, berbagi kehidupan...