Konflik Hati Dimulai

1.2K 144 15
                                    




Siang menjelang sore, seperti biasa Guntur Buana masih terbilang sepi. Anak-anak yang baru pulang sekitar dua atau tiga orang dan mereka pun kalau pulang siang langsung mengurung diri di sarang mereka lalu ngebo sampai nanti menjelang maghrib keluar kamar mencari makanan. Tidak perlu di tanya mereka siapa 'kan? Iya, anak tengah GunBu, siapa lagi.

Sebuah mobil mewah berwarna putih tiba-tiba berhenti di depan gerbang Guntur Buana. Pak Odi yang menyadari bahwa warna mobil beserta plat-nya terlihat asing, beliau keluar untuk melihat siapa yang datang.

Kaca mobil tersebut turun dan menampilkan wajah seorang gadis muda yang masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Cari siapa, ya, Mbak?" tanya Pak Odi.

"Kak Ziel-nya ada, Pak?" tanya gadis itu langsung. "Mau ngasih ada titipan dari Mbak Ani," lanjutnya.

"Mas Ziel jam segini belum pulang, Mbak, biasanya pulang sore banget. Bisa dititipin ke saya aja, Mbak," ucap Pak Odi sopan.

Gadis itu terlihat bingung. "Hm, gimana, ya, Pak. Mbak Ani udah pesan kalau ini harus dikasih langsung," ucapnya dengan wajah memelas. "Tenang aja kok, Pak, saya nggak jahat. Saya ini saudara jauhnya!"

Raut wajah Pak Odi berubah kaget ketika mendengar kalimat bahwa gadis itu adalah keluarga dari Aziel yang berarti,

"Astaga, maaf, Mbak! Kalau begitu langsung masuk saja, nanti Mbak bisa menunggu Mas Ziel di ruang tengah," ucap Pak Odi yang langsung membungkuk minta maaf.

Gadis muda itu tersenyum hingga matanya seperti menghilang. "Nggak apa-apa, Pak, makasih ya Pak!"

Gerbang megah itu lantas terbuka, membiarkan mobil tersebut masuk ke pelataran Guntur Buana. Mata gadis yang menyetir itu mengedar takjub. "Gila sih, ini udah kayak crazy rich asian," ucap gadis itu asal.

Lagi-lagi ia terpana saat berhasil masuk ke pintu rumah utama Guntur Buana. "Ini yang kata Kak Ziel cuma kost-kostan biasa? Ini mah hotel, cuy, bukan kost!" ucapnya sambil menggeleng.

"Eh, tapi, kok ini sepi, ya? Orang-orangnya pada kemana?" ujar gadis itu celingak-celinguk saat sudah mencapai ruang tengah.

Padahal, Guntur Buana kala itu tidak sepenuhnya sepi, ada satu penghuni yang biasanya mengisi rumah jam-jam segini.

Ya, siapalagi kalau bukan Vikrama Natadjaya.

Yang selalu always sehabis mandi berkeliaran di rumah dengan celana pendek, topless, dengan handuk kecil yang menggantung di lehernya. Kebiasaan. Padahal Aziel baru-baru ini berpesan kepadanya bahwa untuk tidak seperti itu lagi, mengingat Sulung-nya Nareswara sering mengunjungi GunBu tiba-tiba. Tapi peringatan itu tidak terlalu dipedulikan oleh Rama.

Saat pemuda itu menginjak anak tangga terakhir dan matanya menangkap kehadiran seorang gadis dengan seragam putih abu-abu, sontak ia berteriak terkejut. Dia yang tidak pakai baju, dia juga yang terkejut.

"HUAAAA!"

Tentu saja gadis dengan rambut sebahu itu juga terkejut, bedanya hanya tidak mengeluarkan suara. Ia menoleh ke sumber suara, merasa bahwa ia tidak mengenal sosok itu, gadis itu kembali membuang muka dan langsung duduk di kursi ruang tengah, mengabaikan Rama dengan muka terkejutnya.

"Anjir, itu saudaranya siapa lagi? Datang pake assalammualaikum kek, biar gua ada persiapan," gerutu Rama kecil, tapi tetap saja berjalan turun, bukannya naik lagi mengambil baju.

GUNTUR BUANA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang