Fahri sedang berbicara dengan ayahnya, Angelo, tentang rencananya membantu keluarga Bisma yang sedang kesulitan ekonomi setelah ayah Bisma dipecat secara sepihak.
"Bisma nanti akan ke sini, kan?" tanya Angelo sambil melirik putranya.
"Iya, nanti sore," jawab Fahri.
"Kalau begitu, suruh ayahnya Bisma datang juga," ucap Angelo santai.
"Siap, Daddy!" seru Fahri, sedikit heran tapi menuruti permintaan ayahnya.
Fahri sering kebingungan memahami jalan pikiran Angelo yang sulit ditebak. Ayahnya terkenal pandai menyembunyikan ekspresi, membuat Fahri kerap menerka-nerka apa yang sebenarnya dipikirkan.
"Daddy ini benar-benar misterius," batin Fahri sambil melirik Angelo yang sedang menyesap kopinya.
Sementara itu, Angelo juga menyimpan pikirannya sendiri. "Fahri memang baik hati. Dia layak mendapatkan yang terbaik. Mungkin nanti aku kasih kado apartemen untuk kelulusannya," gumam Angelo dalam hati.
Namun, lamunan mereka saling berpotongan ketika Angelo menatap Fahri dalam-dalam, membuat Fahri jadi kikuk.
"Kenapa Daddy melirikku begitu sih?" batin Fahri, merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan.
"Nak, kau ingin hadiah apa untuk kelulusanmu nanti?" tanya Angelo tiba-tiba.
Fahri tertegun, tapi setelah berpikir sejenak, ia menjawab ragu, "Boleh nggak ke Dufan?"
"Hanya itu saja?" tanya Angelo memastikan.
Fahri yang awalnya ragu langsung berubah antusias, seperti anak kecil yang penuh harapan. "Sejak dulu aku pengen banget ke Dufan! Kata Ali, di sana bagus sekali, ada banyak mainan seru!"
Dia melanjutkan dengan penuh semangat, "Aku juga mau ke Monas, lihat monumen khas Jakarta itu. Terus, kerak telor! Katanya enak banget, unik gitu rasanya!"
Angelo tersenyum lembut mendengar antusiasme Fahri. "Kau benar-benar ingin ke Jakarta, ya?"
Fahri mengangguk, melanjutkan, "Aku juga mau naik bus Transjakarta, keliling kota Jakarta, lihat patung-patung keren di sana."
Angelo hanya mengangguk sambil tersenyum. Tapi tiba-tiba, suasana berubah.
Fahri menundukkan kepala, suaranya melemah. "Tapi, Daddy... waktu kecil setiap liburan keluarga aku selalu dikunci di gudang selama seminggu penuh. Aku cuma ingin ikut waktu itu."
Ucapan Fahri membuat Angelo terdiam. Ada kehangatan sekaligus rasa bersalah di matanya. "Dia menyimpan banyak luka dari masa lalu," pikir Angelo.
"Kau punya tempat impian lain?" tanya Angelo, mencoba mengubah suasana.
"Raja Ampat!" seru Fahri tiba-tiba, membuat Angelo tersenyum kecil.
"Kalau begitu, kita keliling Indonesia saja," ucap Angelo dengan santai.
"Eh, Daddy, nggak usah! Aku cuma bercanda kok!" Fahri mencoba mengelak, tapi Angelo menatapnya serius.
"Ayolah, kau ini anakku. Jangan sungkan bilang apa pun yang kau inginkan. Daddy akan mengabulkannya," ucap Angelo sambil mengacak-acak rambut Fahri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fahri (END)
Roman pour AdolescentsMahendra Sabil Al Fahri, seorang cowok yang selalu terlihat ceria dan penuh canda tawa di depan semua orang. Namun, di balik senyumnya yang menawan, ia menyimpan luka mendalam akibat perlakuan tak adil dari kedua orangtuanya. Topeng keceriaan yang i...