12. rumah pohon

23 9 0
                                    

Bugh
Bugh

"Apa maksud lo bangsat? "

"Heh! Kenapa? Lo takut tersaingi? "

"Cuih... Najis gua takut tersaingi sama bangsat kayak lo, inget satu hal lo itu gak ada apa-apa nya, pengecut di balik batu"

"Dari pada munafik, lo juga bukan orang baik arkan!! Jadi gak usah sok paling sempurna"

"Manusia gak ada yang sempurna"

-------

"Al lo semalem kemana sih? Gua pikir lo dimakan jin" Ucap Laura memeluk Alia

"Aduh Laura Al sesek, semalem Al ketemu orang ganteng tau"

"Orang ganteng? Bukan kakek-kakek kan? "

"Laura! Al serius, dikira Al buta kali" Kesel Al

"Hm terus? "

"Dia baik, tapi arkan marah-marah"

"Arkan khawatir kali"

"Iya sih"

"Nah ya udah, yuk kelas"

-----

"Napa tuh muka ar? " Tanya ray

"Biasa"

"Biasa-biasa, muka lo bonyok kayak gitu" Ucap ilham

"Lo kayak gak pernah berantem aja " Cuek arkan menghirup nikotin di tangannya

"Sama siapa? " Tanya Rey

Arkan tak menjawab dan mereka tau siapa orang nya "mati gak? " Canda ilham

"Tolol, kalau tuh orang mati arkan udah main kejar-kejaran" Jawab iqbal

"Lumayan beban ilang satu" Canda ray

"Beban ilang satu muncul beban-beban selanjutnya" Timpal arkan membuang rokoknya yang belum habis lalu menginjak putungnya

"Gua mau bolos ke rooftop" Ucapnya lalu pergi

"Gas ikut"

-----

Bcl

Arkan
Al tau arkan mau boloskan?
Arkan katanya mau banggain mamah, gimana mau banggain kalau bolos terus
Semangat belajarnya!

Bsok aj msuk kls ny

Besok materinya udah beda tau
Hari ini gak bakal bisa di ulang, ayo hargain waktu yang berjalan

Ck iya

Arkan mematikan HP nya lalu meninggalkan teman-temannya yang kebingungan

"Tuh orang mau kemana lagi sih? " Tanya ilham

"Ikut aja lah, gua takut nanti dia bunuh diri lagi" Canda iqbal yang mendapat jitakkan dari Rey

------

Brugh

Arkan menatap wanita yang menubruknya tanpa berniat membantunya

"Aduh sakit banget" Gumamnya lalu melihat orang yang ia tubruk

"Eh arkan sorry yah" Ucapnya

"Hm lain kali hati-hati" Ucap arkan hendak pergi

"Eh arkan tunggu" Ucapnya seraya memegang tangan arkan

Arkan mengerutkan dahinya
"Cuman mau bilang makasih, tadi gua buat makanan buat lo, tanda terimakasih lo udah nganterin gua malam itu, sama udah bawa motor gua ke bengkel"

"Gua Terima ucapan makasih lo, tapi untuk makanan lo gak dulu"

"Ar Terima yah, biar gua gak ngerasa utang budi, makanan nya gak gua kasih racun kok"

"Gua bantu lo iklas, jadi santai aja" Ucap arkan lalu meninggalkan orang itu sendiri

Orang itu hendak menghentikan arkan kembali, namun sayang ada teman-teman arkan "nyebelin! "

------

"Arkan kok kita kesini sih? " Tanya Alia saat motor arkan berhenti di salah satu pohon besar

"Mau buang lo" Jawab arkan asal lalu turun dari motor nya, perlahan menaiki pohon yang terdapat rumah-rumahan disana

"Wah rumah pohon" Monolog Alia lalu ikut menaik

"Wah indah banget"

"Duduk nanti jatoh" Peringat arkan

"Hm arkan ini siapa yang buat rumah pohon? "

Arkan menatap Alia "papah" Cicitnya

Alia balik menatap arkan "papah pasti orang nya baik sama hebat banget kan? " Kagum Alia

"Papah arkan, ini Alia, papah arkan harus liat arkan udah dewasa" Teriaknya menatap langit

"Hahaha.... Lo liat rumah itu" Tunjuk arkan pada rumah sangat besar di sebrang sana

Alia mengangguk "gede banget yah"

"He'em dulu atas nama papah"

"Papah buat rumah pohon ini kalau kita pada mau main, atau piknik" Jelasnya menerawang masa lalunya

Alia menyenderkan kepalanya di bahu Arkan "arkan nanti kalau kita udah nikah kamu harus kayak papah yah"

"Sinting" Ucapnya tanpa sadar tersenyum

"Al serius, nanti kita beli lagi rumah itu, terus kita buat cerita baru dengan keluarga kita di sini"

"Impossible"

"Emang arkan segitu gak maunya yah nikah sama Al? "

Arkan menatap Alia sekilas lalu menatap langit, menerawang jauh masa depan

"Terlalu banyak lobang untuk di lewati" Ucapnya

"Selagi bukan jurang, masih bisa di lewati kan? " Jawab Alia

------

Hallo semuaa!!
Sorry yah dikit soalnya aku lagi gak ada ide
Jangan lupa vote yah!

Revisi 17-11-23

Jadi Kita ini Apa? [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang