27. menolong alia

32 6 4
                                        

"Arkann!! " Panggil Alia saat melihat arkan melamun

"Arkan!! Ayok cerita kalau kamu ada masalah, rumah aku depan rumah kamu, jadi kamu tinggal ke rumah aku, pasti bakal aku usir"

"Ck.... Gua pikir lo beneran"

"Beneran kok!, Soalnya al suka liat arkan sok kuat"

"Lo juga sama, berhenti jadi bahu buat orang lain, kalau diri lo sendiri aja belum bisa jadi bahu buat diri lo"

"Al mau jadi rumah buat semua orang, rumah yang nyaman, rumah yang gak pernah orang lain temuin"

"Kalau lo mau jadi rumah, emang mental lo udah sekuat bangunan? "

"Jangan jadi rumah"

"Orang yang sering di sebut rumah itu, sering lebih dulu pergi, dan meninggalkan luka yang dalam"

"Nyatanya itu bukan rumah yang meninggalkan tuan, tapi tuan yang meninggalkan rumah" Sanggah Alia

------
Langkah pria itu tertatih, napasnya tak beraturan, darah terus mengalir, namun bagai mati rasa.

Untuk sang pujaan hati. Namun ia lupa kalau dia juga punya luka

"Tolong" Lirihnya. Bukan, ia bukan melonglongkan kata itu untuk para anak adam, namun untuk Tuhan. Agar sang Pencipta sedikit berbaik hati, untuk mereka yang tak bisa apa-apa

'Tunggu'

Langkahnya kian memberat, seolah ikut menyoraki atas kegagalannya

'Kita bakal pulang, walau aku hilang, rumah harus tetap'

-----
Kadang ku jatuh cinta
Kadang naik si pitam
Kadang gelap malam
Kadang semua tuli
-----

"Bunda" Panggil ray, mengusap punggung bundanya yang bergetar hebat. menatap lamat anak kesayangannya yang sedang berjuang hidup, menahan sakit

"Rey gak papa kan?, bilang sama bunda ray!! " Tanyanya menggebu

Sial. Kecelakaan itu membuat Rey terluka cukup parah, sementara yang lain hanya luka-luka. Seolah Tuhan kembali mempermainkan takdir mereka

-----

'Papah curang mainnya"kesal anak bungsu, saat ia dinyatakan kalah saat tanding badminton

"Loh, kok papah? "

"Masa dari tadi ar terus yang bolak balik ngejer koknya! "

"Hahaha... Papah kan atlit badminton"

"Gak seru ah! "

"Huuu cupu" Ledek arga

Bugh

Arkan melempar kok tepat mengenai kepala arga

"Adek sialan!"

"Bang gak boleh gitu, adeknya itu di sayang" Tutur papah saat melihat kedua jagoannya bertengkar kecil

"Ar juga harus sopan sama abangnya, kalian keluarga, selamanya begitu, inget satu hal, teman tertawa itu banyak, tapi temen menangis itu jarang, bahkan gak ada"

"Temen abang banyakkk!! " Sombong arga mengebu-gebu

"Teman ketawa berarti, teman menangis abang gak ada" Ucap arkan

"Ada, ada mamah"

"Mamah itu bukan teman"

"Papah! Nanti arga kalau nangis sama siapa? " Tanya arga bingung

" Sama papah, dua jagoan papah tenang aja, papah bakalan jadi benteng terdepan! "

"Banteng? Berarti papah nyeruduk dong? " Tanya arkan polos

"Iya, papah bakalan seruduk siapa aja yang bakal nakal sama dua jagoannya papah"

"Yey! Yey! Punya banteng! " Girang arkan

'Dan sekarang, benteng itu hilang, di telan masa, dan melebur dengan tanah'

------

Kaki yang lemas itu kini berdiri tepat di depan bagunan tua yang tinggi

Perlahan memasuki, melewati ruang demi ruang, yang ia sendiri pun sebenarnya tak tau, dimana? Dan dia harus kemana?

Seolah ia salah gedung, kenapa sepi sekali? Seolah tak ada yang menjaga, apa benar ini penculikan? Atau ia di tipu?

Sampai akhirnya ia menemukan titik terang saat mendengar suara tangis seseorang, pasti, sudah pasti itu orang yang ia tuju

Dengan langkah cepat, ia menyeret kakinya yang lemas, perlahan membuka ruangan yang untungnya tidak terkunci

Ketemu

Sang empu yang selalu menjadi tujuannya

Sang kasih yang selalu ia tepis kehadirannya

"Oh shit, gua pikir kalian semua mati, ternyata gua ngeremehin" Bual Sang antagonis

Namun pandangan arkan tak henti menatap Alia, dan semua badan wanita itu yang penuh luka

Setelah terdiam beberapa saat, pandangan arkan beralih ke zacky Sang peran utama yang harus ia habisi

"Sialan lo anjing!! " Teriaknya, menerjang badan zacky, menindih badan itu, dan menonjok pipinya berganti, seolah ia lupa semua rasa sakitnya

"Bajingan, tempat paling cocok lo itu di neraka sial!! "

Zaacky hanya bisa menikmati hujan tonjokan yang ia dapat, menatap arkan lekat

Bugh

Zacky membalikan keadaan arkan, kini posisi mereka berganti

Zacky menonjok tepat di luka-luka arkan, seolah memberi cuka di luka yang masih basah

"Kalau lo gak mati di sana, lo harus mati di tangan gua" Ucap zacky seraya terus melanjutkan kegiatannya

"Haha... bangsat, lelucon bodoh" Lirih arkan lalu menggunakan semua kekuatannya untuk terlepas dari kungkungan badan zacky

"Lo yang seharusnya lenyap"

Bugh

"Lo cuman kotor-kotorin dunia aja! "

Bugh

"Mati lo sialan, zacky! " Teriak arkan lalu menginjak tepat di bagian dada zacky yang sudah tumbang di buatnya

"Kalau lo belum mati, lo harus inget kalau sepatu gua pernah nyium dada lo, tapi kalau lo mati, itu salam perpihan buat lo" Bisiknya, lalu bergegas menolong sang pujaan

'Selama ku lihat engkau senang, yang lainnya ku simpan sendiri'

Tbc

Revisi 19-11-23

Jadi Kita ini Apa? [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang