-----
Alia menatap langit malam ini, gelap. Tapi malam memang hal paling gelap sebelum terbit matahari
Wanita itu sibuk mengagumi bulan. Menjadi bulan itu enak, memiliki banyak teman setia seperti bintang, sedang kan ia?
"Suka bulan? " Suara bariton itu mengagetkan nya, lalu senyum manisnya terbit. Menatap langit malam bersama dengan yang terkasih. Indah
Alia mengangguk kan kepalanya mantap "arkan juga? "
Lelaki itu menatap langit yang indah malam ini "gua lebih suka matahari. Hadirnya tak di sukai oleh beberapa orang, tapi kehadiran nya sangat penting bagi semua orang"
"Matahari yang selalu hadir walau hadirnya selalu di caci oleh orang lain" Ucapnya
Alia menatap wajah arkan kagum "kamu kayak matahari dan aku bulan ar, padahal aku banyak di kelilingin orang baik, tapi masih suka gak puas sama yang aku punya" Gumam Alia
Arkan mengelus rambut Alia lembut "nyatanya sifat manusia emang selalu tidak pernah merasa puas"
"Gua juga bukan orang yang baik, karna gak ada orang yang benar-benar sempurna" Ucap arkan lalu pergi meninggalkan Alia begitu saja
"Arkan!! Al suka sama kamu! "Teriaknya tanpa membuka matanya, sungguh dia malu.
" lo salah milih gua al, gua bukan tempat yang tepat buat lo menempatkan diri, sama gua bakal banyak luka nya
Karna lo cuma bakal sakit doang, menetap sama gua yang bahkan gak punya rasa sedikit pun buat lo"
"Lupain gua yah, biar kita sama-sama bisa bahagia, gua yakin lo pasti bisa temuin yang lebih dari gua"
"Maaf karna gua lo jadi sering nangis"ucap arkan lalu benar-benar pergi
------
Arkan merebahkan badannya di kasur kamarnya, menerawang jauh masa depan, dan masa lalu. Dia masih terbelenggu di dalam masa lalu nya, lalu bisakah ia menjalankan masa depannya?
Tanpa sadar mata lelaki itu tertutup, menuju alam mimpi.
"Arkan nanti kalau udah gede harus kayak ayah yah, jadi lelaki yang bertanggung jawab, penuh kasih sayang, dan harus bisa menjaga wanita entah itu menjaga fisik atau menjaga hati wanita" Nasihat lelaki paruh baya dengan anak lelaki yang baru saja menginjakkan umur 5 tahun tahun ini
"Iya, arkan mau jadi kayak ayah! Ayah itu hebat"
"Arkan itu cengeng mana bisa jagain wanita" Ledek abang arkan
"Gak arkan pemberani! "
"Dih nangis-nangis" Ledek abangnya saat melihat mata arkan berkaca-kaca
"Hahaha.... Arkan, arga, anak ayah yang ganteng-ganteng harus akur-akur yah"
"Abang arga nyebelin ayah" Rengek arkan
"Dasar cengeng! Hahaha" Ledek arga lalu pergi meninggalkan arkan yang menangis di gendongan ayahnya
Arkan membuka matanya, menatap atap kamar lamat-lamat. Ia rindu hal itu, saat di mana ia dan abangnya berdebat kecil dan ayahnya lah yang menjadi penengah
Arkan menatap bingkai foto dirinya dan abangnya "gua kangen lo bang" Cicitnya
-----
Arga menatap dirinya di cermin kamar, menatap benci dirinya. Hal yang selalu ia lakukan setiap malam adalah menyalahkan diri sendiri, dirinya yang selalu takut harta berharganya kembali pergi. Mamah dan arkan
"Lo tau bokap lo mati itu bukan benar-benar kecelakaan, dan gua dalangnya"
"Bangsat lo!! Gua bakal cari ke adilan buat bokap gua sialan"
"Haha silahkan, tapi sebelum lo masukin gua ke penjara adek lo sama mamah lo juga bakal nyusul bokap lo"
"Apa mau lo hah! "
"Lo menderita
Keluar dari rumah lo, jauhin keluarga lo, dan alihin semua harta lo atas nama gua"
"Heh lo pikir gua bego! Gak bakal"
"Oke... Bakal gua sebarin berita kalau nyokap lo mantan pasien rumah sakit jiwa, dan bakal gua buat adek lo hidup gak tenang, sebelum akhirnya mereka selesai"
Arga mengepalkan jari-jari tangannya, hati nya sakit, dia harus apa?
Oke biarkan dia saja yang menderita, tapi jangan kedua harta berharganya
----
Arga selalu lelah menjadi jahat di depan semuanya, dia hanya babu untuk orang lain, dia hanya sampah yang tak berguna, apa dia pantas di pandang manusiaOrang lain mana pernah tau, sesakit apa dia beberapa tahun kebelakang, hidup sendiri setelah kehilangan ayah yang sangat ia sayangi, lalu karna keputusan bodohnya dia kehilangan dua alasan kebahagiaan nya.
Setelah itu ancaman tak pernah berhenti menghantui dirinya, dia tak peduli dirinya yang selalu lebam, dia lebih takut mamah nya kembali mengeluarkan air matanya
Dia tak peduli besok dia akan mati asal tidak adiknya, "Arga kan abang, janji sama ayah untuk selalu jaga kebahagiaan keluarga, ayah gak bakal selamanya ada di dunia ini, tapi ayah selalu tau kalau anak pertamanya ayah itu bisa mengemban tanggung jawab itu"
Arga menatap bingkai foto ayahnya "ayah Arga gagal, ayah salah, Arga gak bisa" Gumamnya setelah satu bulir air mata jatuh mengenai pipinya
Sakit rasanya saat harus berkorban sendiri, di benci, dan harus terlihat tegar
"Ar lo gak boleh kenapa-kenapa"
------
Tbc
Satu kata buat arga?
Revisi 17-11-23

KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Kita ini Apa? [Selesai]
Teen Fiction------ kita ini apa? sepasang remaja yang sedang di mabuk cinta atau sepasang manusia yang di takdir hanya untuk menjadi adik kakak, bukan sepasang kekasih. 'kita ini apa?' kata-kata yang sering aku ucapkan dan tanyakan kepada diriku sendiri, tetapi...