29. papah

28 7 0
                                    

Kini pandangan lelaki itu mengedar ke sekeliling nya, menatap bingung apa yang ia lihat

Bunyi kicauan burung

Udara yang sangat segar, serta

Pepohonan yang asri

Kakinya melangkah tak tertuju.

Sampai akhirnya ia bertemu rumah besar, rumah yang ia rindu. Bukan rumahnya tapi kenangannya

"Papah! Ar pulang"teriak lelaki berusia tujuh tahun memasuki rumah itu

"Hai jagoan papah, gimana sekolahnya tadi?"

"Gak seru"adunya

"Loh kok gak seru?"

"Gak ada papah, ar mau terus sama papah"

"Hahaha... Aduh besok papah kayaknya harus kerja di sana deh"tawa pria itu

"Pokoknya arkan mau terus, dan selalu sama papah"

"Kalau papah pergi?"

"Ar ikut!"

"Yang jagain mamah siapa?"

"Abang!, Ar pengikut setia papah pokoknya" ucap anak kecil itu menggebu

"Mamah sedih deh"suara wanita itu memecahkan obrolan asyik kedua anak dan ayah itu

"Mamah tenang aja, arga bakal selalu ada untuk mamah" ucap arga memeluk tubuh sintia

"Yah papah cuman punya arkan"ucap nya dramatis

"Papah gak suka sama arkan?" Sedih anak itu

"Hahaha.... Suka dong, papah gak kesepian lagi"

-------

Lelaki itu melihat semua kenangan itu, kenangan yang seperti kaset berputar-putar di depannya

"Papah arkan pulang"lirihnya

"Halo jagoan papah"suara itu mengagetkan lelaki yang tengah menatap tanah, perlahan ia membalikkan badannya, mencari sumber suara

"Pah"nyaris tak terdengar

Bukan hanya senyum indah itu yang selalu ia rindukan, tapi juga dekap nya, usapnya yang hangat

Tanpa menunggu lagi arkan berlari, mencari hangatnya yang hilang, mendekap tubuh yang selalu ia rindukan "arkan kangen papah"bisiknya di sela tangisnya

Papahnya hanya mengelus punggung arkan

"Papah jangan pergi lagi"

Lelaki paruh baya itu mengusap rambut lebat arkan "papah gak pernah pergi nak, papah di sini, di sebelah arkan"

Arkan menggeleng "ar mau ikut papah, sama kayak waktu dulu"

Papah tersenyum, menggandeng tangan arkan berjalan keliling pepohonan yang asri

Kini mereka tiba di salah satu sungai yang sangat indah

"Papah tunggu di sini yah, ar pulang"ucapnya

"Ar gak mau pulang pah, al mau terus temenin papah"tolak arkan

"Mamah nungguin kamu, ada al juga, pamit dulu sana papah tungguin"

"Ar mau terus sama papah" ucap arkan, setelahnya hilang. Gelap

-----

"Dokter!"teriak iqbal memanggil dokter, ilham memencet bel berkali-kali, sementara insan lain menangis tersedu

Tak lama dokter dan para suster masuk, mengecek keadaan arkan yang tiba-tiba mengejang

"Mah, arkan mah"tangis arga

"Arkan gak papa sayang"ucap sintia menguatkan

"Pah jangan dulu jemput arkan"

"Maaf bu, terus terang kami dari pihak medis tidak bisa melakukan banyak hal"

"Pasien, sangat hebat masih bisa bertahan sampai sekarang, walau kondisinya kian meburuk" jelas dokter, yang membuat air mata mereka semua tak bisa terbendung

isak tangis menjadi musik paling menyesakkan

-----

"Dek" panggil ray

"Ikut abang yuk, sebentar"

"Kemana?"tanya alia bingung

Ray tak menjawab, hanya senyuman yang menjadi jawaban.

Setelah itu ia menggendong tubuh alia, mendudukkan di kursi roda

"Al bisa jalan sendiri bang"ucap itu tak di jawab apa-apa. Kosong, mata ray tak mencerminkan apa pun

Setelah sampai di depan ruang ICU alia di kagetkan dengan mamah, arga, dan para sahabat abangnya yang sedang menangis

'ada apa ini?'

"Mah, bang ini kenapa?" Tanya nya

Sintia tersenyum "al masuk yah, arkan mau ngomong"

Setelah itu ray mendorong alia memasuki ruangan, air matanya tak bisa terbendung, saat matanya menatap tubuh ringkih sahabatnya, setelah alia sampai di sebelah arkan, ia bergegas pergi, memberi mereka berdua waktu

"Hai cantik"sapa arkan

"Arkan, kenapa?"lirihnya, air matanya sudah tak bisa ia tahan

Arkan mengelap pipi basah alia, lalu mengusap rambut al bentar "jangan nangis yah"

"Maaf, maaf udah ngasih luka paling dalam"

Alia hanya bisa menggeleng, suaranya bagai tercekat di tenggorokan

"Hehe kamu tau gak sih al, saat aku nolongin kamu, aku ngerasa jagoan semalem"

"Jagoan gak luka"balas al

"Hehehe... Mangkanya itu sekarang aku sadar, aku bukan jagoan"

"Kamu jagoannya aku"

Arkan tersenyum, rasanya ia ingin lebih lama menatap wajah itu, wajah yang terus ia tepis bayang nya

"Arkan harus sembuh"bisik alia

Senyum itu tak pudar, tatapan memuja itu masih terus terpancar

Perlahan arkan menggenggam tangan yang ingin terus ia raih "kamu tau gak kenapa aku bilang gak mungkin saat kamu bahas masa depan sama aku?"

"Karena aku ngerasa gak mungkin, bukan gak mungkin kita bersama, tapi gak mungkin aku bisa lebih lama"

"Aku gak mau berandai al, karna saat rasa sakit ini terasa, seolah memukul aku ke dasar jurang paling dalam"

"Kita bukan sepasang merpati yang akan selalu bersatu kembali walau terbang jauh

Kita hanya sepasang manusia, yang entah kapan pasti akan berpisah"

---------

Tbc

Revisi 19-11-23

Jadi Kita ini Apa? [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang