Bugh"Arkan! Arkan apa-apaan sih! Kayak anak kecil! " Marah Alia melihat pipi arga membiru
"Bajingan, gua tau apa yang ada di otak lo, jauhin dia!! " Bentak arkan ke arga, membuat Lelaki itu terkekeh sejenak
"Lo tau apa sih ar?, gak usah sok tau! " Ucapnya lalu berjalan mendekat arkan
"Lo takut gua saingin? Tapi nyatanya saingan lo yang nyata bukan gua ar" Bisiknya lalu tertawa saat melihat rahang arkan mengeras
"Dasar batu! " Ucapnya lalu pergi begitu saja
Alia yang melihat itu segera bergegas mengejar arga, namun sayang tangannya di cekal oleh arkan
"Udah gua bilang kan! Lo itu bego banget sihh, jangan pandang sesuatu cuman dari sampulnya aja, gak semua baik, gimana kalau lo di macem-macemin lagi kayak dulu?!, hah! " Tanpa sadar arkan membentak Alia
"Iya... Bener kata kamu ar, gak semua harus pandang sampul nya aja, kayak kamu ar... Aku salah liat kamu, cover kamu bagus, tapi isinya selalu buat aku sakit"
"Kamu egois, kamu tau? " Tanya Alia menatap tepat manik mata arkan
"Aku juga punya hati ar"
"Aku juga punya titik capek!, aku gak punya harga diri kan kata kamu?, iyaa!!. Saat kamu ngomong gitu pernah gak ar kamu mikir kalau itu bakal nyakitin aku? "
"Sorry" Lirih arkan
"Hehe iya gak papa kok ar, udah biasa" Ucapnya lalu pergi meninggalkan arkan begitu saja
-----
"Yah, arkan jahat ya? "
"He... he... bener ya yah kata ayah, orang yang paling gak mau menyakiti adalah orang yang menorehkan luka paling dalam"
"Arkan gak mau jadi penyesalan buat orang lain yah" Tanpa sadar kristal bening dari mata arkan keluar
"Lo selalu aja kayak gitu ar, terlalu banyak pake topeng, gimana gua bisa deket sama lo ar kalau yang lo mau itu cuman ayah. Ayah jangan rebut dulu ya? "
------
"Lo dimana? " Tanya Rey dari sebrang telpon
"Markas" Ucap arkan malas, lalu panggilan terputus sepihak
"Huf... " Arkan menghela napasnya berat, dia sudah bisa menebak kejadian setelah ini
Brakk
Bantingan pintu terdengar sangat kuat
"Maksud lo apa anjing! " Bentak Rey
Benar saja apa yang di pikirkan arkan, pasti kejadian ini akan terjadi. "Gua? "
"Gak usah pura-pura bego lah ar! " Sengitnya
"Gua benci banget kalau liat adek gua nangis, dan sekarang penyebab dia nangis sahabat gua sendiri, bangsat lo! "
Bugh
Satu tinjuan melesat tepat di pipi kanan arkan
"Itu atas semua luka yang lo torehkan di hati adek gua, walau gak sebanding"
"Tonjok aja sepuas lo" Ujar arkan menatap mata Rey
Kini mata keduanya terkunci satu sama lain, lalu Rey memeluk tubuh arkan ala cowok
"Sorry, tapi cara lo salah bro" Ujar Rey
"Gua hidup juga salah" Lirihnya
-------
"Aaaa... Bangsat! Gak ada yang mau hidup kayak gini!! "
"Tuhan! Capek! "
"Lo pantes bahagia! "
------
Alia menatap rumah arkan dari jendela kamarnya
Bolehkah nyerah?
Rasanya dia sudah jalan jauh dan harus balik lagi.
Apakah tak ada hasil?
"Arkan, aku gak tau besok apa kah rasa ini bakal hilang atau malah tambah besar"
"Tapi seburuk apa pun kamu, sesakit apa pun kata-kata kamu, kamu tetap selalu ada di hati aku"
"Suka sama kamu itu kayak Menggengam mawar"
------
"Gimana keadaanya dok? "
"Kondisinya bertambah buruk, saya harap pasien untuk tidak banyak pikiran dulu"
"Tolong dok sembuhin dia, gimana pun caranya"
"Saya akan bantu sebisa saya"
------
Laura menatap danau hari ini, rasanya ia ingin menenggelamkan tubuhnya ke dalam danau yang tenang itu
"Tuhan, kenapa hidup ini gak adil? "
"Bangsat! "
"Lucu banget anjing hidup gua, sampe gak tau lagi mau nangis gimana caranya"
"Mati enak kali yah" Lirihnya
"Haha... Tolol banget" Ucap seseorang dari belakang Laura
Laura mengerutkan dahinya "lo ngatain gua? "
"Gak, ngatain seseorang yang mau mati hari ini" Ucap nya menatap danau
Laura duduk di sebelah lelaki itu "ck itu gua yah ar! " Kesalnya
"Bukan lo doang kok" Lirihnya
Kembali Laura tak mengerti ucapan lelaki itu "siapa? "
"Kita, maybe"
"Kita? Lo juga? " Tanya nya yang tak di balas apa pun oleh arkan
"Gua pikir lo kuat ar"
"Gua benci banget cowok kayak lo, yang selalu egois sama diri sendiri, berharap orang lain gak terluka padahal itu buat lo luka" Sambungnya
"Setiap orang berhak bahagia ar"
"Kita juga kayak gitu, it's okay untuk egois"
"Heh... Lo ngomong kayak gitu seolah lo yang paling kuat deh, padahal tadi mau mati di telan air yang tenang"
"Sial lo ar, emang yah mulut lo itu tajam banget"
"Ar gua-" Ucap Laura ragu
"Gua gak sengaja denger obrolan lo sama cowok yang mirip lo tadi sore, ditaman" Ucapnya lirih membuat arkan mengalihkan tatapannya ke Laura
Atensi mereka bertemu sejenak lalu arkan memalingkan pandangannya "anggap aja lo gak denger apa-apa"
"Lo.. "
"Gua harap lo bisa tutup mulut soal itu, gua benci banget sama orang yang suka ikut campur hidup orang lain"
"Huft.. Santai, lo juga kan tau rahasia keluarga gua, jadi satu sama lah"
"Kita sama ar, tapi kita beda. Lo tau kenapa gua ngomong kayak gitu?, kita sama-sama kehilangan ayah, kalau lo kehilangan raganya, gua kehilangan sosoknya"
"Kalau lo berharap ayah lo balik lagi, lantas sekarang gua berharap ayah gua pergi jauh dari kehidupan gua"
"Lo tau, semua bakal lo pahamin kalau lo berada di titik yang sama kayak ayah lo, dia berada di titik, ngelangkah maju dia jadi orang jahat, ngelangkah mundur dia jadi pecundang, kalau itu lo, lo bakal pilih apa? "
Laura terdiam sejenak "gua gak mau ngelangkah "
"Lo mau hidup tapi di fase yang itu-itu aja?"
"hidup itu dipilihkan dua pilihan
Menjadi dewasa karna keadaan
Atau menjadi pengecut karna keadaan.Dan sekarang lo itu pengecut, yang ngebunuh diri lo sendiri, buat jadi dewasa."
Tbc
Revisi 17-11-23

KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Kita ini Apa? [Selesai]
Teen Fiction------ kita ini apa? sepasang remaja yang sedang di mabuk cinta atau sepasang manusia yang di takdir hanya untuk menjadi adik kakak, bukan sepasang kekasih. 'kita ini apa?' kata-kata yang sering aku ucapkan dan tanyakan kepada diriku sendiri, tetapi...