28. tantang arkan

28 5 0
                                    

Isak tangis kini menjadi melodi menyakitkan bagi mereka

Sakit

Sesak

Pilu

Kini tak ada yang bersuara, mereka sibuk dengan rasa mereka masing-masing

Tolong. Tolong hilangnya satu-satu

"Keluarga pasien?" Interupsi suster memecahkan lamunan mereka

"Saya dok" ucap ayahnya alia

"Anak saya gimana dok?" Lanjut ayahnya alia, menanyakan keadaan sang anak gadis

"Anak bapak dan ibu hanya mengalami syok, dan luka ringan yang ada di badannya sudah kami bersihkan"

"Untuk ke depannya pasien harus lebih banyak di ajak ngobrol jangan dulu di buat stres"

"Baik dok, terimakasih" ucap ayah

Ray menatap lantai rumah sakit, kini, malam ini ia harus di hadapkan banyak kejadian tak mengenakkan

Ray berjalan menuju ruangan rey, menatap tubuh lemas itu dari kaca
"Bang, adek lo lagi butuh lo tuh, gua gak bisa jaga alia sendiri bang"

"Walaupun lo nyebelin lo tetep orang yang paling ngertiin gua bang"

"Bang ayo janji tetap sehat lagi"

ray menghapus air matanya, setelahnya ia berjalan menuju ruangan arkan, di sana terdapat sahabat serta keluarga arkan sedang menangis

Kembali, seperti ada belati yang menancap di hatinya

Ray menatap mereka semua pilu, berharap tak terjadi apa-apa

"Gimana keadaan arkan?"

Ilham yang tadinya menangis kini perlahan mendekat "pukul gua ray! Pukul! Ini semua gara-gara gua!, Coba aja kalau gua ga-" ucapnya terhenti saat terasa satu pukulan tepat mengenai pipinya

"Ini takdir, mau sekeras apa pun lo nyalahin diri lo, itu gak ngerubah apa-apa, malah nambah memperkeruh keadaan"

"Jangan gitu lagi ham"

"Kita sama-sama"ucap ray

"Mah arkan gak papa kan?"tanya ray

Sintia tersenyum lembut, walau tak bisa bohong. Matanya tak berhenti mengeluarkan air mata
"Arkan bakal terus bertahan buat kita"

"Kalau dia gak bisa bertahan mamah minta maaf yah atas nama arkan"

"Mah" kesal arga

"Arkan bakal tetap ada mah, di sini, di samping kita selamanya"

"Arga belum banyak ngabisin waktu sama arkan, arga belum jadi abang yang terbaik buat arkan, arga mau rebutan Paha ayam lagi mah. Arga gak papa sakit, asal jangan adek" ucap nya mengeluarkan semua keluh kesahnya di dalam peluk mamahnya

Sintia mengelus lembut rambut putra sulungnya, hatinya juga ikut berdenyut "sakitnya arkan udah banyak nak, kasian, bunda udah ikhlas" bisiknya

"Gak mah! Arga tau arkan gak bakal nyerah"

------

Kini di ruangan tempat Alia berbaring hanya terdapat ray dan Laura, bunda dan ayah menjaga Rey

"Al! " Panggil Laura saat melihat mata cantik itu terbuka, segera mungkin ia memencet tombol untuk memanggil dokter

Tak lama dokter pun datang, mengecek keadaan Alia, setelah dokter keluar Laura dan ray mendekat ke arah Alia

"Dek apa yang sakit? " Tanya ray

Alia tak menjawab dia masih mengingat apa yang baru saja terjadi, setelah ingat tanpa sadar air matanya terjatuh

"Bang takut" Cicitnya

"Arkan"

Ray mengelus rambut alus Alia "nanti kalau udah mendingan kita ke tempat arkan yah"

"Tapi arkan gak papa kan bang? "

"Pasti!, kita berdoa aja yah"

"Bang Rey? "

Hening

Untuk beberapa saat hening menerpa, ray bingung menjawabnya, ada perasaan takut yang teramat di dirinya

"Abang lagi tidur" Lirih, nyaris tak terdengar

Alia mengerutkan dahinya "tidur? Abang boong yah? " Dia menatap mata ray intens mencari kebenaran di sana

"Bang Rey di mana bang? " Desak Alia

"Bang Rey lagi bertahan hidup Al, apalagi yang mau lo tau? " Ucap Laura

"Maksudnya? " Kini atensinya berubah menatap Laura sepenuhnya

"Tadi malam saat mereka mau bantuin lo, mereka kecelakaan Al, bang Rey yang lukanya cukup parah" Jelas Laura

"Laura! Lo gak punya hak untuk ngasih tau itu! " Kesal ray tanpa sadar membentak

"Kenapa?! Gua emang gak punya hak bang!, Tapi alia punya, dia punya hak buat tau semuanya! " Bentak Laura balik

"Mau ketemu abang" Lirih Alia

"Nanti kalau Al udah baikan yah? " Bujuk ray

" Luka-luka ini udah gak sakit bang, tapi ini, hati Al sakit bang"ucapnya seraya memukul-mukul dadanya yang terasa sesak

"Sakit, Al selalu cuman bisa nyusahin, semua orang luka karna Al bang" Tangisnya pecah

"Gak, jangan bilang gitu, adek abang gak nyusahin, banyak yang sayang sama Al mangkanya yang lain gak mau kamu kenapa-kenapa"

"Al" Panggil Laura

"Lo beruntung banget yah"

"Kalau gua bilang, Gua suka arkan, lo gimana al? "

Alia menatap Laura "gak papa, kan kalian emang saling suk-"

"Hehe... Lo bego banget yah Al, untuk sekedar peka aja gak bisa, arkan itu suka nya sama lo! Sayang nya cuman sama lo!, jatuh Sebigutu dalamnya cuman sama lo! "

"Setelah semua yang dia lakuin ke lo, lo juga tetep gak ngerti"

"Dia rela mati cuman buat lo, dia gak peduli sakit, dia tahan semua sakitnya biar lo bahagia"

"Lo mau tau apa Al? Gua kasih tau"

"Lo mau tau kenapa arkan gak pernah nunjukin rasa sukanya?! "

"Karna dia gak sekuat yang lo liat, dia gak sehebat yang semua orang lain lihat, dia itu cuman pake topeng paling tebel"

"Dia sakit Al, sakit sendirian, dia gak mau nunjukin rasanya, dia takut setelah dia kasih lo bahagia dia harus renggut bahagia itu dengan cara paling sakit"

"Sakit? " Tanya Alia lirih

"Sejak lahir arkan di diagnosis mengalami kelainan di jantungnya, Tuhan baik, bisa kasih waktu yang panjang untuk arkan, sampai dia bisa di titik ini"

"Lo boong lau, gua sahabatnya, dan dia gak pernah cerita" Sanggah ray tak Terima

"Itu sebabnya bang gua bilang arkan itu pake topeng paling tebel! "

"Dia tipu semua orang"

.

"Lo tau gak sih lau, prinsip gua itu cuman satu, kalau gua gak bisa kasih bahagia setidaknya gua juga gak ngasih orang lain sedih"

"Biar sakitnya gua rasain sendiri sampai selesai"

-------

Tbc

Revisi 19-11-23

Jadi Kita ini Apa? [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang