para Keledai yang Baik Hati(Tamat(

4 0 0
                                    

Sekawanan keledai berjalan santai mengelilingi desa saling senyum dan tegur sapa.

Walaupun melelahkan karena naik turun bukit di antara mereka tak lepas dari tawa dan canda.

"Wah.. kalau dilihat dari atas bukit desa kita ini begitu indah ya! " Seru Kaladi, salah satu kawanan keledai... Girang.

"Iya, keindahannya pun begitu eksotis, " celutuk Gilfa sang keledai betina, bangga.

"Sudah itu, bebas dari asap dan debu lagi, " imbuh Az si keledai jantan.

"Iya, benar, " celutuk lainnya.

"Iya.. ya, selain indah juga damai dan sejuk. "

"Benar."

"Makanya, aku paling betah tinggal di sini. "

Para keledai itu saling mengagumi desa mereka, desa tempat mereka lahir dan tinggal.

Desa yang mereka tempati memang tergolong indah dan eksotis.

Bukan hanya indah tapi, bebas dari segala polusi  yang membuat tidak baik bagi kesehatan.

Beberapa jam kemudian di tengah asyiknya mengagumi keindahan desa, tiba-tiba...

'Bugh.. hh! '

Terdengar lah sebuah suara orang yang terjatuh.

"Apa kalian mendengar sebuah suara? " Tanya Kaladi, cemas.

"Aku mendengarnya, Kaladi, " jawab Gilfa yang ikut cemas.

"Bagaimana kalau kita ke sumber suara sepertinya itu suara manusia yang terjatuh, aku takut kalau-kalau itu majikan kita Tuan Alvoz, " saran  Az yang lebih cemas kalau itu memang terjadi.

"Ide yang bagus, Paman Az, " sahut Kaladi, setuju begitu juga keledai lainnya.

"Ayo.. kita ke sana, sebelum terlambat! " Seru Saena, keledai betina  muda tak sabar.

Sekawanan keledai peliharaan Tuan Alvoz berlari menuruni perbukitan dengan wajah yang tegang dan cemas.

Beberapa menit sampai di te ka pe..

"Tuan Alvoz! " Pekik Kaladi, kaget saat menemukan majikannya terkapar di tanah.

Para keledai pun tak kalah cemasnya, Kaladi dan lainnya pun menghampiri majikannya yang masih terkapar di tanah.

Gilfa pun mendekati lelaki yang sudah terlalu tua untuk bekerja itu, ya.. Tuan Alvoz sang majikan memang sudah sangat tua dan tinggal sendiri sang Istri yang dicintainya sudah terlebih dahulu menghadap Ilahi.

"Bagaimana Bibi Gilfa? " Tanya Kaladi, cemas.

"Jangan cemas, beliau hanya pingsan, " jawab Gilfa, tenang.

"Syukurlah."

"Kalian semua, tolong naik kan tubuh Tuan Alvoz ke atas punggungku! " Titah Kaladi.

"Siap."

Dengan perlahan mereka menaikan tubuh Tuan Alvoz ke punggung Kaladi.

"Hati-hati, Kaladi, " pesan Saena, berseru.

"Jangan cemas, Saena. Aku pastikan majikan kita tidak akan terjatuh dan terluka sedikitpun, " balas Kaladi.

Benar saja Kaladi menggendong Tuan Alvoz dengan perlahan dan hati-hati sehingga tubuh Tuan Alvoz selamat dari jatuh dan benturan.

Setelah sampai di rumah sang majikan kaladi meletak kan beliau di tempat tidurnya yang empuk dan nyaman tentu saja keledai lainnya turut membantu.

Az pun membantu mengusap kaki dan tangan sang majikan agar pulih dari ketidaksadarannya.

Sedangkan Gilfa, mengusap minyak aroma terapi ke hidungnya.

Alhasil, beberapa menit kemudian Tuan Alvoz perlahan membuka matanya dan melihat para keledai peliharaannya mengelilingi dirinya.

"Apa yang terjadi padaku? " Tanyanya, serak.

"Kami menemukan anda pingsan di jalan, Tuan, " jawab Az.

"Oh.. astaga! Sudah berapa lama aku pingsan? " Tuan Alvoz kaget.

"Beberapa jam yang lalu kami menemukan anda sudah terjatuh di tanah, Tuan, " sahut Saena.

"Oh.. begitu? " Tuan Alvoz memijit-mijit pelipisnya lalu menatap para keledai satu per satu. "Mungkin aku sudah terlalu lelah untuk bekerja. "

"Istirahatlah, Tuan. Jangan terlalu banyak bergerak dan bekerja, " saran Kaladi sambil menaik kan selimut ke tubuh sang majikan.

Tuan Alvoz menarik napas, gundah.

"Sebelumnya aku ucapkan terima kasih kepada kalian yang sudah menolongku, " ucapnya dengan suara parau.

"Anda ridak perlu berterima kasih, Tuan. Anggap saja ini cara kami membalas kebaikan anda, " tutur Az yang disetujui keledai lainnya.

"Kalian memang keledai yang baik, " puji Tuan Alvoz, terharu.

"Kita hidup di dunia memang harus saling tolong menolong, Tuan, " papar Saena.

"Iya, Saena. Kamu benar, " balas Tuan Alvoz, setuju.

Sejenak Tuan Alvoz terdiam..

"Kalian tahu kan? Kalau selama ini aku hidup sendiri? Oleh sebab itu, aku banting tulang bekerja untuk menghidupi diriku sendiri. "

"Ya, Tuan. "

"Kasihan Tuan Alvoz, hidup sendiri tanpa sanak saudara Istrinya pun sudah meninggal, " ucap Kaladi dalam hati, iba.

"Tuan, lebih baik anda mencari seseorang yang baik hati untuk meringankan beban anda, " tawar Kaladi.

"Tidak perlu yang ada aku hanya merepotkannya saja, pasti semua itu butuh biaya, bukan? " Tolak Tuan Alvoz.

"Saya ikhlas dan tidak keberatan, Tuan. " Sebuah suara bariton seorang pria paruh baya membuat Tuan Alvoz dan para keledai menatapnya.

Pria itu mendekat ke arah Tuan Alvoz. "Asalkan anda setuju saya membantu anda, saya bisa melakukan apapun, " promonya.

"Oh.. iya? " Pria itu mengangguk kencang.

"Berapa biaya yang harus aku keluarkan untukmu? " Tanya Tuan Alvoz.

"Tidak perlu, Tuan. Asalkan saya bisa istirahat serta makan dan minum gratis di sini, apa anda tidak keberatan? " Gumam pria bernama Zaen itu.

"Tentu saja tidak. "

"Anda tahu, Tuan? Mengapa saya bisa sampai di sini? " Tuan Alvoz menggeleng tak mengerti.

"Ini karena keledai anda yang baik hati ini yang menawariku pekerjaan mulia ini, " tutur Zaen menatap Kaladi, bangga.

"Aku hanya ingin membantu, " celutuk Kaladi, malu-malu.

"Aku dengar dari Kaladi bahwa anda pingsan di jalan, " lanjut Zaen kemudian Tuan Alvoz menatap tajam Kaladi.

"Maafkan saya, Tuan, " lirih Kaladi.

"Tidak apa-apa, Tuan. Ini bukan salah Kaladi kok justru aku lah yang mendesaknya. " Zaen membela.

Tatapan tajam Tuan Alvoz berganti tatapan teduh ke arah Kaladi.

"Saya hanya tidak ingin anda lelah, Tuan, " Katanya, parau.

"Aku tahu, Kaladi dan kalian semua. Terima kasih sekali lagi kuucapkan atas pertolongan dan kebaikan kalian untukku, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, " ucap Tuan Alvoz penuh, jujur dan penuh haru. "Asalkan kau tidak bertindak tanpa persetujuanku, Kaladi. Mengerti? " Pesannya, tegas.

"Mengerti, Tuan. Maafkan aku, " ucapnya, berbisik.

"Sudahlah, lupakan saja untungnya, kamu membawa seseorang yang baik hati kepadaku, " tuturnya sambil tersenyum bahagia.

Tamat.

Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang