Trauma.

0 0 0
                                    

"Bila cinta itu ada, mengapa harus ada dusta? "

Aku adalah Janis Hafira berprofesi sebagai pelukis yang sukses tapi, tidak untuk soal percintaan.

Ceritanya berawal dari aku bertemu dengan seorang pria bernama ringga di halte bus.

Waktu itu kami sama-sama ingin pulang dan kebetulan kami pulangnya searah.

Pada saat bertemu dengannya dia iseng mengajakku ngobrol asyik sayangnya, aku enggak menanggapinya.

Jika dia bertanya aku akan menjawab singkat-singkat ataupun seadanya.

Maklum baru pertama bertemu dan baru kenal takutnya dia punya rencana enggak baik bisa saja kan?

Ketika ngobrol aku berusaha menghindari tatapannya entah, mengapa aku selalu begitu? apa aku takut pada seorang pria? ah, tentu saja, tidak!

Untuk apa takut? si rumahku pun ada beberapa pria yang statusnya adalah saudara kandungku.

Kukira dengan sikapku yang bagai patung itu akan membuatnya jenuh atau bosan, ternyata tidak!

Lama kelamaan obrolan kami menjadi sangat asyik dia memperkenalkan dirinya yang bernama Ringga Wartya bekerja di sebuah perusahaan.

Aku pun lama-lama merasa nyaman berada di dekatnya.

Seiring berjalannya waktu kami pun menjadi dekat dan akrab dia adalah pria yang asyik dan menarik untuk diajak ngobrol apalagi dia adalah seorang pria yang baik dan pengertian tapi di saat aku butuh aja. Dia tak ada dengan alasan sibuk dengan pekerjaannya.

Ya, sudahlah ya. Terpenting kan dia enggak macam-macam lagian aku juga enggak mau merepotin dia.

Tak terasa hubungan kami sudah terasa begitu jauh aku merasa nyaman berada di dekatnya dan jantung seakan berdetak kala dekat dengannya.

Namun, aku enggak berani mengungkapkan rasa ini. Takut bakal ditolak dalam pikiranku maklum, aku berbanding jauh dengannya.

Eh, ternyata. Beberapa minggu kemudian dia menyatakan perasaannya kepadaku dan ingin melamarku.

Tentu saja hati ini terlonjak girang wah, mimpi apa aku semalam? dan pastinya aku menerimanya dengan hati berbunga-bunga dong.

Beberapa bulan kemudian..
Dia ke rumah membawa orang tua beserta saudara-saudaranya untuk melamarku pada orang tuaku tentu saja kami semua menyetujuinya.

Acara lamaran ini pun berjalan dengan lancar sampai aku dan dia sibuk foto praweding, design undangan dari aplikasi dan sibuk segalanya.

Diriku juga tak sabar jadi raja dan ratu sehari bersama dengannya.

Namun, beberapa hari kemudian. Saat menjelang pernikahan bahkan gedung sudah disewa, Tiba-tiba..

Aku mendengar percakapan antara pria dan wanita tanpa sengaja dengan samar-samar aku memasang kupingku.

Seorang pria yang amat kukenal baik fisik maupun suaranya sedangkan wanitanya.... aku enggak mengenalnya sama sekali.

"Aku enggak menyangka, Ring. Kamu sudah mau menikah saja dengan wanita lain, sedang aku... " Wanita itu tak meneruskan kalimatnya.

Wanita misterius itu menunduk dengan bahu terguncang hebat aku sudah bisa menebak kalau dia menangis.

Aku ingin melihat bagaimana reaksi Ringga selanjutnya? sepertinya, wanita itu. Tidak bisa menahan air matanya yang terjatuh.

"Ring, aku tahu. Dulu itu memang aku yang salah, " lanjut si wanita dengan suara bergetar.

Dia menatap dalam mata calon suamiku dengan mata yang telah berkabut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang