Akibat Nafsu 3(Tamat)

4 0 0
                                    

"Namanya Ervan Baskoro, Tuan, " jawab Naira membetulkan posisi tidur Ervan, perlahan.

"Nama yang bagus, " gumam Eithan, manggut-manggut.

Naira tersenyum.

"Terima kasih, Tuan nama itu diberikan oleh Ayah, " sahut Naira, bahagia.

"Apa? Jadi Pak Baskoro tahu kalau dia sudah punya cucu? " Pikir Eithan.

"Naira, apa Ayahmu.... "

"Ayah sudah tahu, Tuan. Setelah melihat ada yang gak beres pada tubuhku, " potong Naira.

Eithan mengempaskan napasnya, dia merasa bersalah mengapa dia gak bisa menahan nafsunya?

"Maafkan aku, " Naira melotot kaget.

"Maafkan aku, " ulangnya sambil menangis di dada Naira.

Naira membiarkan Eithan mengeluarkan segala emosinya dan dia pun refleks membelai kepala pria tampan yang sudah memberinya keturunan itu lembut lalu, mengecupnya.

"Sudahlah, Tuan ini sudah telanjur, anggap saja ini takdir, " ucap Naira, lembut.

Eithan yang mendapat respon memuaskan dari bibir Naira, terharu dan semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di dada Naira, Naira membiarkannya.

Beberapa menit kemudian, Eithan pun tertidur pulas di dada Naira.




"Apanya yang tidak pantas?! " Tanya Oma Linda, Nenek Eithan dengan suara lantang.

"Gak pantas lah, Ma, Eithan itu kaya dan terpandang sedangkan Naira, Mama tahu sendiri lah, " Ungkap Harlen Ayah Eithan.

"Iya,Mama tahu, kalau Naira itu anak Pak Baskoro tukang kebun itu kan? Apa salahnya dengan tukang kebun? Apa hinanya pekerjaan tukang kebun? " Cecar Oma Linda.

"Gak salah sih Ma. "

"Nah... "

"Masalahnya, perbedaan kasta di antara kita, Ma, " balas Nida, sang Menantu, pelan.

"Ha? Kasta? Bisa-bisanya kalian membeda-bedakan setiap manusia apa kalian tidak tahu atau pura-pura gak tahu setiap manusia tidak ada yang sama nasibnya? " Nida dan Harlen terdiam dan saling bertatapan.

"Harlen, apa Mama pernah mengajarkanmu membeda-bedakan setiap makhluk hidup? " Tanya Oma Linda, keras.

"Eng.. Enggak, Ma, " jawab Harlen, lirih.

"Lalu, mengapa kalian malah membedakan Naira dan Eithan?! Hah?! Apa Naira itu orang tak mampu? Iya, dia memang tidak mampu, anak dari tukang kebun tapi, Naira dan Ayahnya memiliki kekayaan hati yang tidak dimiliki kalian, " tunjuk Oma Linda, lantang.

"Ma.... "

"Diam, Nida! "

Oma Linda adalah Nenek dari Eithan parasnya dingin dan galak seperti sang cucu tapi memiliki hati yang hangat pada setiap orang.

Beda dengan anak dan menantunya yang selalu membeda-bedakan miskin dan kaya nya seseorang.

"Seharusnya, kita belajar dari mereka, " lanjut Oma Linda.

"Ha, gak salah, Ma? " Cibir Harlen.

"Di mana letak salahnya, Harlen? " Todong Oma Linda, jengkel.

"Mereka itu kan... "

"Miskin kan? Potong Oma Linda, cepat. " Iya, memang benar tapi, hati kalian lebih miskin dibanding mereka, apa kalian tidak juga sadar?! Harlen dan Nida tertunduk.

Oma Linda menarik napas dengan hati dongkol karena ulah anak dan menantunya yang gila akan jabatan dan kekuasaan.

"Kasihan mereka, " ungkap Oma Linda, sedih menatap dingin Nida dan Harlen satu per satu.

"Apa kalian sudah mengusir Naira dan memecat Pak Baskoro? " Tuduh Oma Linda membuat mata Nida membulat.

"Jadi, Mama? "

"Kalian pikir, Mama gak tahu apa?! "

"Ma, Naira itu wanita penggoda sehingga Eithan tergoda. " Nida pun seiya sekata dengan sang suami.

"Mas Harlen, benar, Ma mungkin saja Eithan kena pelet Naira. "

"Oh.. Iya? Kalian bicara seperti itu, dapat sumber dari mana? Apa kalian pernah melihat kamar mereka ada dupa ataupun semacamnya? " Harlen dan Nida saling memandang lalu, menggeleng.

"Lantas, mengapa kalian bisa menuduh Naira sekeji itu?! Hah?! Sentak Oma Linda tidak sabar.

" Kalian tahu tidak, di sini bukan hanya Naira yang salah Eithan putra kalian pun harusnya juga disalahkan, "Nida dan Harlen kaget.

" Ma, Eithan itu... "

'Brak...kkk! ' kedua suami istri itu terlonjak kaget.

"Kalau tidak tahu ceritanya, gak usah nyerocos, mengerti?! Sentak Oma Linda, melotot.

" Iy.. iya, Ma. "

"Apa begini ajaran kalian pada Eithan?! Mengajarkan Eithan tidak bertanggung jawab dan malah menjodohkan Eithan dengan Wina, di mana pikiran kalian? Di mana letak hati nurani kalian?! Mengapa kalian tidak memikirkannya masak-nasak? Dan apa pernah Eithan menyetujuinya? "

"Harlen yakin, Ma. "

"Apanya?! Buktinya, dia malah lari ke rumah wanita itu! Itu terbukti dia sangat mencintai Naira dan tidak ingin menikahi Wina. "

"Ha?! " Harlen dan Nida beranjak.

"Mau kemana kalian? " Cegah Oma Linda. "Apa kalian mau memisahkan mereka? Apa kalian ingin membuat Eithan menderita tanpa Naira, begitu? "

"Gak, Ma ini gak seperti Mama duga. "

"Lantas apa? "Harlen dan Nida tidak tahu harus berkata apa?

" Pokoknya, Mama gak mau tahu ya, bawa kembali Naira dan Ayahnya lalu, meminta maaf pada mereka berdua, "putus Oma Linda, tegas.

" Ha?! "Harlen dan Nida melotot kaget.

" Kalian keberatan?! "

"Eng.. enggak kok, Ma. "

"Bagus."


Beberapa minggu kemudian..
Eithan yang memang sangat mencintai Naira dengan tulus melamar Naira dengan suasana romantis.

"Naira, maukah kau menjadi istriku dan menemaniku untuk selamanya? " Eithan bersujud di hadapan Naira, Naira tersenyum bahagia.

Oma Linda dan sang Ayah juga keluarga lainnya tersenyum bahagia.

"Iya, saya mau, Tuan, balas Naira.

" He? Kok.. Tuan? "Protes Eithan, gemas.

" Apa dong? "

"Mas lah! Kan sudah mau jadi suami, masa masih panggil aku Tuan? " Bisik Eithan, gemas.

"Iya, Mas aku bersedia, " sahut Naira, tulus.

Eithan tersenyum puas lalu, memeluk Naira.. Erat.

Jerit bahagia pun terpancar dari wajah Ervan dan Eithan pun mengecup dan menggendongnya setelah itu, menggendong ibunya siapa lagi kalau bukan Naira.

Tamat.

Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang