Mengerjai Teman Sok Kaya.

3 0 0
                                    

Suatu hari Lingga yang berprofesi Eksekutif muda di Perusahaannya sedang memakirkan mobil mewahnya di sebuah perbelanjaan karena sang Istri menitipkan nya belanja untuk kebutuhan anak mereka yang masih bayi.

Tiba-tiba tanpa sadar dia menabrak suatu benda.

"Apa itu? " Lingga terkejut.

Lalu, dia turun dari mobilnya dan dia semakin kaget ada mobil mewah satunya yang tertabrak mobilnya.

Dia pun merasa bersalah dan mencari sang pemilik sayangnya, sang pemiliik tidak meninggalkan nomor hape nya agar dia bisa bertanggujg jawab atas kecerobohannya.

Terpaksa Lingga menunggu sang pemilik datang tapi si pemilik mobil belum juga datang.

"Kemana ya? Lama amat yang punya mobil, " gerutu Lingga, gusar.

Beberapa menit kemudian...
"Sudahlah, lebih baik aku belanja segera. Kasihan anak dan istriku menunggu, " gumamnya, menyerah.

Setelah, beberapa jam belanja..
"Eh.. siapa itu? Berani sekali mejeng di mobilku.

Dengan langkah lebar Lingga menghampiri seorang pria yang tidak punya sopan santun itu.

" Apa yang ka.... Wiran? "Panggilnya dengan ekpresi terkejut.

Pria yang dipanggil namanya itu menoleh, lalu...

" Lingga? "Wiran pun sama terkejutnya.

" Iya, Ran. Ini aku teman kuliahmu dulu, "ungkap Lingga dengan wajah berseri. " Apa kabar? "

"Baik, " jawab Wiran menatap sinis Lingga dari bawah ke atas.

"Bagaimaana denganmu? Perasaan dari dulu kamu gak berubah deh masih miskin aja, " ejeknya.

"Astaga! Kenapa ini orang dari dulu masih sombong aja sih? " Gerutu Lingga dalam hati, sengit.

"Ya... mau bagaimana lagi, Ran? lagipula, aku ini terlahir dari keluarga tidak mampu, " cicit Lingga.

Wiran pun tertawa mengejek...
"Ya.. Pantas saja lah, kamu dari kuliah dulu sering banget naik angkot kalau gak, jalan kaki, " ejeknya. "Dasar orang miskin! "

"Maaf ya, Wiran. Aku sekarang sudah bekerja di sebuah Perusahaan. "

"Jadi apa? Ob? "

"Memangnya, kenapa kalau jadi ob? Mengganggumu kah? Bukannya itu pekerjaan halal. "

"Halal sih tapi pekerjaan itu kan pekerjaan rendahan apa kamu gak malu saat kamu bertemu dengan teman-teman kuliah kita kamu sedang bersih-bersih, "ledek Wiran tertawa kecil.

" Ngapain harus malu? Pekerjaan yang kamu anggap rendahan itu sangat berjasa dalam kebersihan andaikan tidak ada mereka, lingkungan sekitar pasti kotor sama tuh dengan mulutmu yang kotor! "balas Lingga, menyerang balik.

" Maksudmu! "

Kemarahan Wiran pun sampai di ujung rambut.

"Ya.. kau pikir saja sendiri lah, Fernando Jose. Apa maksudku? Masa aku yang disuruh mikir, " sahut Lingga, datar. Tersenyum jahil.

"Kau.... "

"Lalu, bagaimana denganmu? "Lirik Lingga.

" Aku? Tentu  saja jabatanku di Perusahaan lebih tinggi darimu, "jawabnya, pongah.

" Apa itu? "

"Manager di Perusahaan pusat. "tekan Wiran.

" Oh.. hebat dong. "Lingga mengacungkan jempolnya.

" Jelas dong, kamu lihat kan mobil yang ada di belakangku? "Pamer Wiran.

" Apaan? Ini kan jelas-jelas mobilku, awas nanti akan kukerjai kau! "Umpat Lingga dalam hati, kesal.

" Jadi ini mobilmu, Ran? "Tebak Lingga.

" Jelas iya dong, kamu iri kan? Aku punya mobil semewah ini. "

"Hebat kamu ya bisa punya mobil mewah seperti ini. "

"Iya lah, gak kayak kamu yang dari dulu selalu jalan kaki kalau gak tuh naik angkot. Kamu gak ada perubahan gitu, Ling? Masa dari kuliah dulu kamu selalu naik angkot? Cuih! Memalukan sekali. "

"Apanya yang memalukan, Ran? Lagipula jalan kaki itu kan sehat. "

"Alah! Itu kan alasan kamu karena kamu gak punya modal kan? Seenggaknya punya motor lah! Ups... maaf, aku lupa kalau kamu dari keluarga yang tidak mampu ya? " Sindir Wiran semakin menjadi. "Dasar, keturunan miskin! " Hinanya.

Mendengar keluarganya dihina, Lingga tidak dapat menahan emosinya.

"Wiran, kau boleh menghinaku bukan berarti kamu bisa menghina keluargaku! " Sentaknya, lantang. Menunjuk Wiran... Tajam.

"Mengapa? Emang kenyataan begitu kan? Kamu gak terima? "

"Orang tuaku gak ada sangkut pautnya denganmu, Wiran! Jangan mentang-mentang kamu anak pejabat terus seenaknya saja menghina orang yang berada di bawahmu! Bagaimana kalau memang itu terjadi padamu. "

"Oh... gak mungkin lah, Santiago! Lagipula aku kan pewaris tunggal kekayaan yang tidak akan habisnya, " sahut Wiran dengan nada sombong. "Gengsi juga kali kalau aku bilang Ayahku  dipotong jabatannya karena korupsi terus sebenarnya pekerjaanku tuh tukang batu, kan aku malu, " gumamnya dalam hati.

"Terus, kamu bisa seenaknya menghina orang lain yang derajatnya di bawah kamu? Begitu? " Cerca Lingga.

"Ya.. suka-suka aku lah! Aku kan orang kaya jadi bebas dong berbuat apa aja termasuk menghinamu! " Balas Wiran, menunjuk.

"Oh.. orang kaya? "

"Jelas, kamu lihat saja mobil di belakangku. " Lingga tersenyum sinis. "

"Mobil mewah ini? "

"Iya  lah! " jawab Wiran dengan nada tinggi. "Eits.. jangan dekat-dekat! Kalau tergores, aku takut kamu gak akan mampu menggantikannya, " desisnya menghalau.

Beberapa jam kemudian...
"Siapa pemilik mobil ini? " Teriak seorang pria, sengit.

"Ada apa, Tuan? " Tanya Lingga menghampiri.

"Kamu yang punya mobi ini! " Tanya balik pria itu, galak.

"Bu.. bukan, Tuan. Saya hanya lah orang miskin mana mungkin saya punya mobil sebagus itu, " jawab Lingga, meyakinkan.

"Hmmm.. iya sih. Lalu belanjaanmu itu? "

"Oh... ini? Aku memang disuruh majikan saya belanja ini, Tuan, " jawab Lingga, berbohong.

"Oh.. begitu? "

"Iya, Tuan. "

"Ternyata, kamu seorang pesuruh ya, Lingga? " Celutuk Wiran, mengejek.

Lingga hanya terdiam menatap datar Wiran dan tersenyum misteri.

"Jadi ini mobil siapa dong? " Lingga lalu memutar otak.

"Ini mobilnya dia, Tuan, " tunjuk Lingga.

"Apa! " Wiran kaget.

Pria itu pun menghampiri Wiran dengan amarah yang sangat.

"Oh... jadi kamu, pemilik mobil ini? tahu gak? Gara-gara mobilmu, mobilku jadi hancur! Ayo... cepat, ganti rugi! " Tuding pria itu, galak.

Sebelumnya, Lingga sudah lari meninggalkan Wiran yang terkena makian orang lain.

"Rasain kamu, Wiran! Aku kerjain kau! Makanya, jangan mengakui milik orang jadi milik  kamu. Itu lah akibatnya, emang enak? " Desis Lingga, puas.

Sedang di parkiran..
Wiran habis dikeroyok anak buah pria itu karena bersikeras tidak mau ganti rugi.

Tamat









Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang