Hantu Kepo

4 0 0
                                    

"Wah.. cowok yang duduk di sebelah ganteng ya, bestie, " puji Sisi pada Arana sang bestie dengan wajah girang nan bersemu.

"Ganteng? " Ulang Arana, dingin. Menatap datar sang bestie.

"Ya.. amplop, Arana! Kamu itu dari tadi gak lihat? " Heran Sisi sekaligus jengkel punya sahabat dinginnya minta ampun malah lebih dingin dia dibanding salju di Eskimo.

"Kamu tanya?" Ledek Arana.

"Ih... Kamu ini, buat aku jengkol deh! " Gerutu Sisi, cemberut.

Sayangnya, Arana tak peduli. Dia malah asyik berkutat dengan laptopnya.

Jari-jarinya pun menari indah dan lincah saat menekan tuts-tuts nya.

Sehingga dia tak sadar ada yang menatapnya, dalam.

"Arana, dia lihatin kamu tuh, " adu Sisi menggoyang lengan Arana.

"Ya, gak apa-apa lah. Dia kan punya mata, dia bisa bebas dong lihat siapa saja terutama yang tak terlihat, " sahut Arana, cuek.

"Maksud, you. Itu ai? " Tanya sesosok hantu yang tidak diketahui gendernya, kepo.

"You? " Tunjuk Sisi sambil cekikikan ala Mbak Kunti.

Sang hantu dengan gender misterius itu pun terlonjak kaget.

"Eh... kamu hantu apaan sih? Ganggu orang lagi kerja aja! " Ketus Arana, kesal.

"Astaga, Mbak. Jadi perempuan kok judes banget! " Protes sang hantu sambil menepuk pelan lengan Arana.

Sisi pun masih tertawa ala kuntilanaknya.

"Stop! " Cegah Arana dan si hantu, bersamaan.

"Eh? " Keduanya saling pandang dan menautkan alis setinggi mungkin.

Pria di sebelah pun hanya tertawa malu melihat tingkah pola dua wanita dan hantu yang tidak jelas gendernya itu.

"Hei.. ngapain kamu ketawa? Emang ada yang aneh? " Ketus si hantu banci

Pria itu masih saja tertawa...

"Eh.. gila ya nih orang! " Desis si hantu.

"Muka kamu itu lho, " tunjuk pria menyisakan tawa.

"Ih.. kenapa sih dengan muka aku? " Si hantu mulai jengkel.

"Culun banget, tahu gak? Sebagai hantu gak ada serem-seremnya sama sekali? " Sindir si pria tampan nan nornal. Ingat, normal!

"Kurang ajar! Eh... kacang goreng! Kau pikir di dunia ini kamu yang paling ganteng? " semprot si hantu, keras. Dengan suara banci.

Reaksi si pria itu pun dingin dan acuh.

"Hai... jawab perfanyaanku! " Tuding si banci, marah.

"Kamu kenapa? Gak mungkin dong kesurupan, kamu kan hantu, " sahut si pria yang beneran tampan, tenang.

Mendengar mereka salibg marahan dan panas , Arana pun jadi terganggu.

Lalu...

"Stop kalian! " Pekik Arana, kesal.

Dia pun menatap tajam si hantu.

"Terus, kamu! " Tunjuknya, sengit. "Kamu pikir orang takut gitu liat kamu? Dan kamu pikir, kamu bisa menandingi ketampanan dia apa? Ngaca dong! " Omel Arana yang tidak sadar mengatakan cowok di sebelahnya tampan.

"Apa katamu? " Ulang sang pria, tersenyum meledek.

"Eh... astaga! " Arana menutup mulutnya.

"Syukurin, makanya jadi orang ngomongnya ya bagus. Karma tuh! " Dumel si hantu penuh kemenangan.

"Cie.. ee.. Arana, " goda Sisi sambil merangkul si hantu.

"Apaan sih! " Protes si hantu, sewot.

Sedangkan Arana wajahnya sudah memerah menahan malu, merahnya pun kayak kepiting rebus.

Lalu, Sisi pun menarik paksa tangan si hantu dengan kencang.

"Eh... ngapain kamu tarik-tarik aku? "

"Sudah, gak usah protes. Biarkan saja mereka berdua. "

"Ngapain sih? " Tanya si hantu, kepo.

"Bukan urasanmu! " Jawab Sisi, ketus.

Setelah mereka pergi...
"Aku mau pulang dulu ya, " pamit Arana, menghindar.

Namun...
"Eits... kamu mau ke mana? Hmm? " Goda si pria tampan.

"Sudah ya, aku minta maaf. Tolong lupakan perkataanku yang tadi, " kilah Arana.

"Minta maaf? Emang kamu buat kesalahan apa sama aku? Kek nya gak ada deh. "

"Ehem, permisi... "

"Eits." Pria itu menahan Arana yang cantik pada tembok.

"Kamu mau ngapain sih? " Protes Arana, sewot.

Si pria bukannya menjawab malah menatap dalam Arana dan tersenyum misteri.

Beberapa menit kemudian...
"Hah?! "

Syu.. uut. ..

Dengan gesit Arana menghindari serangan bibir si pria yang mendadak.

"Eh... "

"Good bye, " pamit Arana, berlari kecil yang diiringi kekehan sang pria tampan.

"Fuih! Wanita itu, membuatku jadi penasaran. Sepertinya bukan wanita yang mudah didapat, bagaimana cara mendapatkannya ya? Wah.. tantangan nih" gumamnya disertai kekehan.

Tamat.


Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang