Zahwa dan Ikram adalah sepasang suami istri, mereka sudah menikah dua tahun yang lalu.
Mereka hidup bahagia walaupun hanya makan nasi dan garam juga tinggal di rumah reot.
Maklumlah, Ikram hanyalah seorang buruh pabrik, gajinya pun tidak mencukupi.
Akan tetapi Zahwa tidak pernah mengeluh, dia menerima apapun yang diberikan sang suami.
Suatu hari..
"Istriku, maafkan aku yang tidak bisa memenuhi kebutuhanmu karena, aku hanyalah seorang buruh, " ungkap Ikram pada sang istri, tak enak.Zahwa tersenyum, lalu...
"Tidak mengapa, Suamiku aku bersyukur apapun yang kau berikan, " balas Zahwa dengan suara lembut.
"Tapi, istriku aku tak mampu membelikanmu skin care, sepatu baru, tas baru, dan apapun keinginanmu, " ucap Ikram, lirih.
"Suamiku, aku memang butuh itu semua tapi, yang Kubutuhkan hanyalah dirimu, dirimu yang menemaniku hingga tua nanti, " sahut Zahwa, sungguh-sungguh.
Mendengar itu, Ikram menjadi terharu dia senang sekaligus bahagia memiliki istri bernama Zahwa.
Tak percuma dia menikahi Zahwa yang memang dari keluarga berada.
Walaupun sang istri dari keluarga berada, Ikram tak pernah menyusahkan istrinya justru dia lah yang mencari nafkah untuk Zahwa.
Istriku, perkataanmu sungguh membuatku terpana dan hampir saja melayang. " Zahwa tertawa kecil mendengar pengakuan suaminya.
"Suamiku, itulah kenyataan yang terjadi dalam hidup kita, sepatu, tas, perhiasan apapun semua itu tak berarti apa-apa kalau tak ada kau di sisiku dan aku gak bisa memaksamu untuk membelikan apapun keinginanku karena, aku tak ingin menjadi istri egois dan serakah, "ucap Zahwa yang diselingi pelukan erat dari Ikram.
Apa kau bisa bertahan hidup dengan suami sepertiku? Apa kau bahagia hidup melarat bersamaku? Sedang kau dari keluarga berada, " bisik Ikram masih memeluk Zahwa.
Dengan perlahan Zahwa melepas pelukan Ikram, dia memandang intens sang suami.
"Suamiku, dengarkan aku, " tekan Zahwa sambil membelai lembut wajah suaminya. "Aku gak pernah menyesal apapun yang Allah berikan untukku, Allah sudah memlilihmu untuk menjadi suamiku, aku tak pernah menyesal dengan kehidupanku yang sekarang ini asalkan bersamamu, aku bahagia, " ujarnya.
"Tapi, istriku bagaimana kalau aku selamanya tak bisa menjaminmu kekayaan? " Keluh Ikram, pelan yang disambut gelengan Zahwa.
"Suamiku, anggap saja aku buta dengan semua itu paling tidak pura-pura saja tidak tahu. "
"Maksudmu? "
"Iya, suamiku agar kau tahu, aku buta dengan semua itu karena sumber kekayaan itu berasal dari mu. " Ikram menatap tanya Zahwa.
"Begini, kau memang tak bisa menjaminku kekayaan harta tapi, ketulusan cintamu membuatku lupa akan itu semua seperti yang aku bilang tadi anggap saja aku buta biar kau tahu, suamiku cinta tak memandang harta kekayaan tak menjamin kebahagiaan, apa kau lupa? "
"Tentu saja tidak,istriku, " sanggah Ikram, cepat. "Namun, aku merasa bersalah padamu karena aku, kau hidup menderita, " jawab Ikram, tidak enak hati.
"Ini yang dinamakan takdir, suamiku, aku ingin menjalani ini semua denganmu tanpa rasa keluh, "balas Zahwa tersenyum lembut.
" Apa kau bisa bertahan? "
"Inilah yang dinamakan belajar, suamiku, belajar bagiku bukan hanya di sekolah tapi, di dalam kehidupan sehari-hari, seperti hal nya diriku yang harus belajar bertahan dengan kehidupan yang sulit. "
"Maafkan aku istriku. " lirih Ikram.
Zahwa mengembuskan napasnya, lalu...
"Mengapa harus minta maaf, suamiku? Toh.. aku cukup bahagia hidup bersamamu, selama ini hidupku penuh kemanjaan dan kemudahan sekarang aku harus belajar mandiri dan menjadi dewasa saat bersamamu. " Ikram menggeleng, cepat.
"Istriku, cukuplah menjadi dirimu sendiri, aku tak keberatan dengan kemanjaanmu aku lah yang seharusnya belajar menjadi suami yang baik tidak hanya menjadi ladang emas bagimu dan anak-anak kita tapi, menjadi ladang kebahagiaan, memberimu setetes kasih sayang, dan kau selalu ada di sampingku, " sahut Ikram sambil menggenggam tangan mungil Zahwa.
Zahwa terharu mendengarnya, wanita cantik itu bersender di bahu suaminya yang kekar.
"Aku akan selalu bersamamu, suamiku dan kita berjuang bersama-sama, " tutur Zahwa, lembut.
Hening pun tercipta beberapa menit, mereka saling menatap mesra lalu, asyik dengan pikiran masing-masing.
"Istriku, apa kamu tahu? " Zahwa mendongak memandang suaminya.
"Ternyata, Allah SWT tidak salah mengirimkanmu sebagai jodohku kamu bukan hanya cantik di luar tapi kau memiliki kecantikan hati. " Pipi Zahwa yang putih itu pun memerah.
"Allah juga gak salah mengirim aku suami yang baik hati sepertimu dan mampu berjuang untuk keluarganya, " balas Zahwa tak mau kalah sambil menyunggingkan senyum manisnya(tambah gula tuh) 😁
Ikram pun tersenyum lalu mengeratkan pelukannya dan beberapa detik kemudian, Zahwa sudah berada dalam gendongan Ikram.
Beberapa tahun kemudian..
Kehidupan Ikram dan Zahwa sudah mulai ada perubahan, sekarang jabatan Ikram bukan lagi buruh melainkan manager, mereka tak lagi tinggal di rumah reot.Dengan kesabaran dan doa sang istri, Ikram sukses membangun kebahagiaan ya.. memberikan sang Istri sebuah rumah di perumahan elite di Bekasi.
Walaupun menjadi orang yang sukses tak menjadikan Ikram sombong dan tak lupa pada kehidupan nya yang dulu.
Dia masih mengaliri Zahwa kelembutan cinta dan kasih sayang dan Zahwa, dia tetap menjadi istri yang baik hati.
Ikram juga memperlakukan Zahwa bak ratu, dia tak pernah mengeluh saat Zahwa membutuhkannya terutama saat dia sedang meeting.
"Sementara rapat ditunda dulu karena, ada hal penting yang tidak bisa aku kesampingkan, " ucap Ikram saat mendapat whatsapp mendadak dari istrinya.
"Baik, Pak. "
Setelah memakirkan mobilnya, Ikram pun memencet bel di samping kiri atas pintu dan tak lupa mengucapkan salam.
"Walaikum salam, " balas suara suara wanita agak keras. Namun, tak menghilangkan kelembutannya.
Beberapa menit kemudian..
Setelah menatap wajah tampan suaminya dia pun langsung berlari memanjat tubuh suaminya yang tinggi dan kekar, Ikram pun menangkap tubuh kecil istrinya.Zahwa pun mengeratkan pelukannya seolah tak ingin kekasihnya pergi.
Dengan sabar Ikram mengelus lembut punggung istrinya dengan penuh kasih sayang dan kemesraan.
"Istriku, betapa aku sangat mencintaimu, aku akan selalu menjaga perasaanmu agar tidak terluka dan tidak seorangpun yang boleh melukaimu terutama aku, " bisik Ikram, lembut.
Zahwa pun tersenyum dalam tidurnya, dalam pelukan Ikram, suaminya.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Inspiratif
Storie breviKumpulan cerpen dengan berbagai kisah cerita yang menjadikan pelajaran bagi kita semua. Di sini saya akan membawa kalian pada inspirasi tentang bagaimana caranya menjaga keutuhan persahabatan dan persaudaraan, hidup apa adanya, kebaikan dan ketulusa...