Berakhir Sampai di Sini(Tamat)

34 1 0
                                    

Harlan adalah seorang presidr di Perusahaan Asuransi Jiwa, sudah hampir dua tahun dia memegang jabatan ini.

Suatu hari..
"Arga, keruangan saya sebentar." Titah Harlan.

Beberapa menit kemudian...
"Walaikum salam, masuk."

Arga masuk dengan langkah perlahan ke ruang atasannya.

"Ada yang bisa saya bantu,Pak?" Tanya Arga, sopan.

Sejenak Harlan terdiam dan memandang datar Arga.

"Hari ini saya mau ada acara minum teh di cafexxx dengan teman-teman lama saya." Kata Harlan.

"Pak, apa anda percaya kalau mereka sudah gak seperti yang Bapak kenal dulu?"

"Maksudmu?" Harlan memandang tajam Arga.

"Pak, kadang orang bisa saja berubah,Pak termasuk teman anda, dengan pakaian anda seperti ini saya takut membuat mereka minder." Arga mencoba menjelaskan.

"MasyaAllah, benar juga katamu, baik ambilkan saya kaos Tshirt Polo di locker kantor." Perintah Harlan.

"Baik Pak."

Beberapa jam kemudian..
Harlan sudah berganti baju santai kaos Tshirt Polo warna.merah walaupun begitu ketampanan Harlan masih menyisa.

"Apa perlu saya antar pakai mobil Advard,Pak?" Tawar Arga.

"Gak usah, kamu di sini saja menjaga perusahaan, biar saya pergi sendiri saja dengan mobil kamu." Tolak Harlan, santai.

"Ya..Allah, itu kan mobil jelek,Pak?"

"Apa masalahnya?mobil cuma alat transportasi saja." Harlan bersikeras.

"Mana kunci mobil kamu?" Pinta Harlan.

"Ini,Pak." Arga menyerahkan kunci mobilnya.

"Saya berangkat dulu, kalau ada apa-apa saya akan telepon kalian." Pamit Harlan.

"Baik,Pak."

Harlan mengucapkan salam yang dibalas oleh Arga.

Sampai di Cafe..
Perlahan Harlan memakirkan mobil Arga setelah mesinnya dimatikan dia turun dari mobil.

"Harlan?" Sapa seorang wanita cantik.

Harlan terkejut dan memandangi wanita cantik itu seolah teringat akan masa lalu.

"Nita?apakabar?" Sapa Harlan sambil tersenyum tipis.

"Baik, kamu pakai mobil ini ke acara minum teh kita?" Nita mengkerutkan dahinya.

"Mobil cuma alat transportasi, apa masalahnya?" Harlan bingung.

"Apa?kamu bilang alat trasportasi?mobil itu terletak pada pribadi sang pemilik kamu, pakai mobil butut ini terlihat kalau kamu itu dari dulu miskin, lihat juga kaos Tshirt kamu yang gak up to date." Sindir Nita sambil menarik kaosTshirt.

"Kamu berubah,Nit." Harlan kecewa.

Nita tertawa kecil.

Semua orang berubah,Lan termasuk aku gak kayak kamu yang gak punya perubahan sama sekali, ck." Nita berdecak kecewa sambil melipat kedua tangannya didada.

Harlan terkejut dan menelan pahit kekecewaannya pada sang teman di sma nya dulu.

"Kamu pikir ini jaman apa?"

"Aku tahu jaman sudah berubah, haruskah pertemanan kita berubah?" Tanya Harlan, kecewa.

"Cih..pertemanan?kamu gak pantes bilang begitu!" Sela Fajar yang baru saja tiba.

"Iya, benar-benar memalukan."

"Lebih baik kamu pulanglah saja."

"Untuk apa?aku sudah telanjur berada di cafe ini." Ujar Harlan.

Sampai di dalam Cafe..
Habis sudah Harlan dihina dan dihujat teman-teman lamanya.

"Harlan, kamu kira ini jaman apa?ha?pertemanan kita gak kayak dulu lagi, jaman sudah berubah kamu masih saja seperti yang dulu cara memandang pertemanan jaman sekarang gak ada uang pertemanan putus." Ucap Derbi.

"Jadi kalian memandang pertemanan dengan sebuah materi?!" Harlan kecewa.

"Cerdas sekali."

"Lihat saja perbedaan baju kami dan bajumu yang kuno itu...Beda kan?" Deveen membandingkan.

Sakit hati?tentu saja Harlan sakit hati dan kecewa akan sikap teman-temannya itu..

Segala hujatan dan caci maki dia terima dari mereka yang dulu pernah berjuang bersamanya.

Segelas air menampar wajahnya yang tampan.

"Kamu pikir kamu siapa?!" Sentak Randi.

Yang lain pun bersorak tanpa merasa bersalah.

Dua jam kemudian...
"Sekretaris Arga, mengapa anda ke simi?" Tanya Kelan, bingumg.

Arga hanya diam tidak memperdulikan pertanyaan Kelan setelah bertemu Harlan Arga dan lainnya membungkuk kan badan.

"Pak Presidr, maaf kami terlambat?" Arga tidak enak.

"Apa?presidr?" Sontak teman-teman lamanya yang menghinamya, kaget.

"Dia?"

"Beliau adalah presidr di perusahaan kami." Arga memperkenalkan Harlan, atasanya .

"Dia presidr rupanya?" Bisik yang lain.

Teman-teman lamanya yang tadi lancang menghinanya kini tertunduk malu.

"Harlan eh..Pak Harlan, kami tadi cuma bercamda kok." Ucap Derbi, takut

"Bercamda?" Ulang Harlan.

"Iya, Harlan dilihat dari pertemanan kita dulu, kami mohon maafkan kami." Ucap Edo sambil meraih tangan Harlan tapi ditepis oleh Harlan.

"Teman?baru sekarang bilang teman?apa kalian gak ingat tadi kalian bilang aku apa?!" Sentak Harlan.

"Maaf." Lirih Fajar.

Harlan membalik kan tubuh tinggi dan tegapnya ke arah Arga.

"Sekretaris Arga, apa dia yang ingin kerjasama dengan perusahaan kita?" Tanya Harlan sambil menunjuk Derbi.

"Iya,Pak dia." Jawab Arga.

"Baik, mulai sekarang putuskan hubungan kerjasama dengan dia dan perusahaannya !" Perintah Harlan.

Seperti tersambar petir,Derbi kaget setengah hidup.

"Baik,Pak." Sahut Arga.

"Harlan, kalau kita gak kerjasama bagaimana nasib perusahaanku?"

"Aku gak peduli karena kamu dan lainnya sudah keterlaluan jadi ini lah nasib kamu sekarang."

"Maafkan kami,Lan."

"Terlambat sudah, kalian pernah bilang kan gak punya teman miskin seperti aku?sekarang permintaan kalian terwujud." Ucap Harlan.

"Lan, aku mohon jangan begitu kami tadi cuma bercanda kok." Nita kini mengiba.

"Harlan, aku mo...

"Pertemanan kita, berakhir sampai di sini." Potong Harlan.

"Apa?!"

"Ayo..kita pulang." Ajak Harlan kepada semua bawahannya.

"Baik,Pak."

"Harlan."

Tapi Harlan mengambil sikap tak peduli dan mereka pun terduduk lemas tak terkecuali Derbi yang menyesali akan sikapmya.

Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur.
Tamat

Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang