Teman Masa Kecil Tukang Fitnah

5 0 0
                                    

"Nila, kau apakan dia? " Tanya Marco, tajam. Lalu mengusap pipi seorang wanita yang ditampar.

Padahal cerita aslinya wanita itu lah yang menampar dirinya sendiri untuk menfitnah Nila dan Marco, percaya begitu saja.

"Aku? " Nila menunjukan dirinya sendiri menatap tajam seorang Marco sang kekasih.

Sedangkan wanita di sampingnya menatap Nila dengan senyum penuh kemenangan.

Nila pun hanya tersenyum kecut melihat sang kekasih Marco mengusap lembut pipi sang wanita yang katanya seorang teman kecil.

Ingin rasanya mengelak tapi itu tidak mungkin karena Marco sudah termakan wanita teman masa kecilnya itu.

Setelah lama berpikir...
"Marco, " panggil Nila.

"Ya, " jawab Marco, ketus.

Sambil tersenyum misteri Nila memandang wanita yang terlihat lembut itu ternyata ular berbisa.

"Mau gak aku buat reka ulang lagi bagaimana cara aku menamparnya? " Tanya Nila, geram.

Marco hanya diam tidak menjawab.

"Baik, kau lihat ini. "

Nila pun melayangkan tangannya ke pipi wanita tak tahu malu itu dengan keras tak tanggung-tanggung kanan dan kiri.

"Aduh, Kak Marco. Sakit! " Keluh wanita itu manja.

"Nila, apa yang kau lakukan?! "

"Aku kan hanya mempraktekan yang dia katakan kalau aku lah yang menamparnya. "

"Kau itu memang menamparnya, Nila! "

"Lho... kenapa kamu jadi nyolot, Marco? Kan sudah kureka ulang adegannya kalau aku benar-benar menamparnya, impas kan? "

"Kau! "

Marco mau membalas menampar balik Nila sayangnya, Nila yang memang jago bela diri itu menangkap tangan kokoh Marco.

Setelah itu..

Pla.. aaak!

Tamparan keras itu sekarang berpindah ke wajah Marco.

"Bagaimana, Marco? Enak gak ditampar? " Tanya Nila dengan senyuman penuh kemenangan.

Marco pun mengusap pipinya yang sudah merah akibat tamparan dari Nila.

"Kak Nila, apa yang kamu lakukan pada Kak Marco? "

"Diam kau, jalang! " Sentak Nila, lantang. "Apa kau ingin kutampar untuk kedua kalinya, gundik! " Bisik Nila yang membuat wanita itu kaget.

"Nila! "Marco sudah tidak sabar lagi.

" Kau juga diam, brengsek! "Bentak Nila semakin keras.

Lalu, dia pun mendekati Marco dan membisikan sesuatu di telinganya.

" Belajar lah untuk tidak gegabah dalam menghadapi persoalan dan kau, memang tidak pantas untuk kupertahankan! "Bisiknya lalu mendorong kasar Marco.

Antara marah dan kesal yang bersemayam di hati Nila, dia kecewa karena Marco tidak memihaknya malah sebaliknya dia memihak wanita lain.

Beberapa menit kemudian...
" Nona, anda sudah ditunggu Ayah anda di rumah, "info sang ajudan.

Nila pun tersenyum penuh arti..

" Baiklah, katakan pada Ayah kalau sebentar lagi pulang, "titah Nila menatap tajam kedua manusia yang baginya tidak berguna itu.

" Baik, Nona, "sahut ajudan kedua.

Beberapa menit kemudian...

" Nila. "Sebuah suara bariton memanggilnya.

" Apa kau tidak merasa bersalah sudah menampar Runi yang kedua kalinya! "Tunjuknya, sengit.

Padahal yang dilihat dari kenyataannya itu semua rencana busuk wanita bernama Runi itu.

" Oh... namanya Runi ya? "Nila mendekati Runi, lalu..

"Apa kau menggunakan guna-guna, Runi? Sehingga Marco lebih percaya padamu. "

Sekali lagi Runi terjengkit kaget.

"Nila, kau sudah keterlaluan! "

"Mengapa, Marco? Kamu marah ya? Apa merasa tersindir? "

Runi pun menempel ke dalam dada Marco layaknya lem.

"Kau.... Oke, Nila kita putus! " Ucap Marco tanpa ampun.

"Kau lebih memilih wanita tukang fitnah ini? "

"Kalau iya, memangnya mengapa? Dia jauh lebih baik darimu. "

"Oya? Seyakin itu kah kau padanya? " Nila tertawa mengejek. "Gak apa-apa sih karena kalian itu cocok, sama-sama pe cun dang! "

Beberapa menit kemudian...
"Sudah, Nona. "

"Baiklah, aku akan pulang menemui Ayah, tapi.... " Nila menjeda kalimatnya, menatap tajam balik Marco.

"Apa, Nona? " Sang ajudan penasaran.

"Panggil semuanya kemari, " perintah Nila tanpa dibantah.

"Baik, Nona. "

"Kau punya kekuatan apa untuk memberi kami pelajaran, Nila? " Ejek Marco, merendahkan.

Sayangnya, Nila tidak terpengaruh dengan ejekan pria pengecut itu.

"Kita lihat saja nanti, " sahut Nila, tenang.

Beberapa detik kemudian...
"Nona, apa yang dapat kami lakukan untuk anda? "

"Aku minta pada kalian semua, beri mereka pelajaran! "

"Baik, Nona. "

Bugh...

Bugh...

Bugh..

Para ajudan Nila yang berjumlah banyak itu menghajar habis Marco dan Runi hingga babak belur.

Tanpa perasaan bersalah dengan wajah yang puas dia berjalan meninggalkan dua pasangan yang wajahnya sudah tidak dikenali lagi itu.

"Emang enak! " Sanggahnya sambil tersenyum mengejek tepat di depan mereka. "Makanya, jadi perempuan itu mulutnya dijaga! " Ketus Nila menarik rambut Runi, keras.

"Aduh! " Keluhnya.

Setelah itu...

Nila bersama dengan para ajudannya benar-benar meninggalkan pasangan yang tidak tahu malu itu.

"Oh.. iya, akan kupersilakan kalian melaporkan aku ke Polisi  tapi sebelum kalian melapor, aku sudah melapor dengan rekaman bukti kalau dia sudah berani menfitnahku, " ungkap Nila sebelum pergi. "Good bye. "

Tamat..






Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang