Ngeheheeeh ... tak sabar ya?
💜💜💜
Chyara mau pulang.
Mau kabur, atau kalau bisa menghilang. Andai saja pintu doraemon benar-benar ada, Chyara akan mewajibkan diri untuk punya. Berapapun harganya asal bisa dikredit seperti lipstik di Bang Aryah, Chyara akan berusaha memilikinya. Karena jujur saja ia membutuhkannya untuk saat-saat seperti ini.
Wanita itu menghela napas. Tangannya yang memegang gagang pintu masih gemetar. Asataga Tuhan, apa yang baru saja terjadi? Otak Chyara dengan kapasitas dan kulaitas berpikir pas-pasan itu bersusah payah mencernanya.
Dia dan Dirantara hampir ... hampir ....
Chyara menggelengkan kepala. Bahkan otaknya tak bisa merangkai kata itu. Terlalu ... berdosa.
"Gimana ini?" tanya Chyara pada pintu di depannya. Setelah berlari keluar dari kamar Dirantara, Chyara malah memasuki kamat mandi tamu. Sekarang dia kebingungan sendiri harus melakukan apa.
"Chyar pulang aja kali ya? Tapi gimana ngomongnya? Kalo diam-diam nanti Kak Dirant malah nyusul. Terus kalo ketauan Nenek Chyar mau bilang apa? Ya Allah, buat dosa aja ribet banget. Belum lima menit azabnya udah turun."
Chyara membentur-benturkan kening di pintu. Ia tak menyangka mereka akan melakukan hal tadi. Niat Chyara benar-benar hanya ingin mencuri kesempatan melihat Dirantara terlelap. Namun, saat lelaki itu membuka mata, niat Chyara lenyap tak bersisa. Pengendalian diri wanita itu rubuh ketika melihat tatapan penuh kerinduan Dirantara.
Sudah tiga tahun, ternyata reaksi tubuh Dirantara masih sangat responsif saat berdekatan dengannya. Kenanga tentang bagaimana bergairahnya lelaki itu di masa lalu langsung menbanjiri ingatan Chyara dan ... memperngaruhinya. Mereka berdua adalah godaan berbahaya untuk diri masing-masing.
"Ya Allah, kok tambah panas. Chyar nyari penyakit banget. Jangan dibayangin napa." Chyara segera menuju wastafel. Wanita itu membasuh wajahnya. Saat melihat tatapan dirinya di cermin Chyara kembali meringis. Ada semu merah di pipinya.
Suara ketukan di pintu membuat Chyara terlonjak. Suara panggilan Dirantara dari luar membuat kaki Chyara lemas.
"Azabnya nggak berenti-berenti ya Allah," rintih wanita itu. "Chyar janji mau tobat, tapi bantuin. Please ...." Setelah mengumpulkan serpihan keberaniannya, Chyara menuju pintu dan membukanya.
"Aku lapar, mau makan apa?"
"Eh?" Chyara mengerjap. Bukan ini yang ada dibayangannya sebelum membuka pintu tadi. Sikap santai Dirantara dan pembahasan tentang makanan, apa lelaki itu amnesia atau sedang mengujinya. Atau jangan-jangan lelaki iymtu menganggap apa yang mereka lakukan tadi adalah bagian dari mimpi. Dirantara kan sedang tidur saat Chyara mengahampiri.
Tapi kan anu-nya berdiri .... "Astagfirullah ...."
"Apanya yang astagfirullah?"
"Anu?"
"Anu eh bukan eh keras."
"Keras?"
Chyara mau mati saja. Mulutnya benar-benar tak bermoral.
"Apa yang keras Chyara?"
Ya Allah, Chyar bisa nggak mati terus masuk surga langsung? Sumpah semangat hidup Chyar bablas.
"Chyara ... apa yang keras?"
Cara Dirantara memanggilnya sungguh membuat jantung jumplitan. Sekujur tubuh Chyara merinding.
"Pe-perut. Perit La-lapar. Beneran ... lapar ba-banget."
Chyara ingin menangis karena ide cemerlang itu muncul di kepalanya. Apapun alasan Dirantara tak membahas soal akasi hisap-menghisap di atas sofa durjana itu, Chyara menysukurinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE 2
RomanceDirantara hanya masa lalu untuk Chyara. Iya, setidaknya ia memutuskan hal itu karena tahu jika bersama hanya akan menghasilkan duka. Namun, mengapa, saat lelaki itu kembali dengan segala pengabaian yang terarah pada Chyara, hati wanita itu malah ta...