😭🤣
💜💜💜
"Loyangnya udah Bi Isah olesin?"
"Udah, Mbak. Terus kita apain."
"Saya tuang adonannya dulu." Chyara meminta Bi Isah memindahkan loyang yang telah diberi olesan minyak. Dengan telaten Chyara menuang adonan ke dalam loyang.
"Belum dikukus aja baunya harum sekali," puji Tante Dwi yang memang bertugas sebagai ... pemantau.
Tante Dwi tidak terlalu hebat dalam urusan kue. Jadi hanya duduk diam dan menikmati adalah peran rutinnya sebagai penonton jika sedang ada kegiatan memasak bersama.
"Iya, Tante. Chyar buat nggak banyak gula. Manisnya dari pisang."
"Aduh, Om juga pasti suka sekali. Nggak sabar Tante."
"Saya juga nggak sabar, Bu," ucap Bi Isah. "Sudah lama banget Mbak Chyar nggak masak-masak bareng kita."
Ya gimana mau masak bareng, dapur kita udah beda, pikir Chyara agak sedih.
"Pokoknya mulai hari ini, kamu harus lebih sering masak-masak kayak gini."
"Iya, Tante. Insyaallah nanti Chyar anterin."
"Anterin apa?"
"Ya kue-kue kalau lagi buat."
"Aduh, Mbak Chyar," sela Bi Isah. "Maksud Ibu itu, Mbak Chyar masak kayak gini lho, di sini, bareng-bareng kayak dulu. Benar kan, Bu?"
"Iya. Kamu masak di dapur ini, seperti dulu. Tante itu suka liat kamu masak. Gesit, luwes, rapih. Nggak ada yang berceceran."
Chyara tersenyum saat mendengar Bi Isah juga mengiyakan.
"Lagian ya, kita kan jadi bisa ngobrol puas seperti ini. Iya kan, Bi?"
"Iya, kayak dulu. Senang deh Bibi. Kalau Mbak Chyar ke sini, Ibu jadi mau masuk dapur lagi. Betah gitu nungguin masak."
"Tante kangen lho sama kamu. Kamu dari kuliah jarang ke sini."
"Maafin Chyar, Tante."
"Ya nggak perlu minta maaf juga. Tante tahu kamu juga sibuk sama cafe mu."
"Duh itu nggak pernah sepi kan, Mbak?"
"Alhamdulillah, Bi." Chyara menaburkan kismis di atas adonan. "Mau ditambahin potongan cokelat di atas, Tante?"
Tante Dwi menggeleng. "Nggak, pake kismis aja. Biar nggak kemanisan."
Chyara kemudian membawa loyang ke dalam panci kukus. Ia mengatur nyala api agar sesuai.
"Dengar-dengar dari Bi Isah kamu punya banyak pelanggan tetap."
"Beneran, nggak bohong saya." Bi Isah tersenyum menggoda. "Mbak Chyar jadi primadona. Kapan lagi ada penjual kopi yang manis banget, terus humble kayak dia."
"Wush, bahasa Bi Issah canggih. Gaul."
"Duh, punya anak remaja itu bikin Bibi pinter bahasa gaul sekarang, Mbak."
Mereka bertiga tertawa.
"Rahman salah satunya ya?"
Chyara langsung menatap Tante Dwi terkejut. Ia tak menyangka obrolan ringan tadi menjadi makinin intens.
"Itu sih semua orang tahu kali, Bu." Bi Isah menimpali. Sejujurnya Bi Isah juga ingin tahu reaksi Chyara, karena di pundaknya ada beban yang tak pernah pergi. "Itu berondong yang jadi pegawai Mbak Chyar, bikin banyaak anak cewek dateng. Anak saya aja yang maagh, tetap ke sana mau beli minum katanya. Untung Mbak Chyar nggak cuma nyediain kopi. Tapi kan kalau yang cowok-cowok kita tahulah siapa yang bikin tertarik."
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE 2
Roman d'amourDirantara hanya masa lalu untuk Chyara. Iya, setidaknya ia memutuskan hal itu karena tahu jika bersama hanya akan menghasilkan duka. Namun, mengapa, saat lelaki itu kembali dengan segala pengabaian yang terarah pada Chyara, hati wanita itu malah ta...