16

7.1K 2K 145
                                    


Chyara mengantuk sekali. Rasanya ia bisa tidur kapan saja. Namun, setelah apa yang terjadi tadi di rumah Dirantara dan mengingat insiden beberapa hari lalu ketika membantu lelaki itu berbelanja, Chyara memaksa diri untuk tetap terjaga.

Dirantara memang tak memperpanjang urusan di kamar tadi, entah mengapa. Mungkin saja lelaki itu sedang tidur dan merasa itu hanya bagian dari mimpi, Chyara benar-benar tak tahu.

Namun, kemarin Dirantara juga melakukannya. Maksud Chyara adalah lelaki itu selalu berhasil bersikap biasa saja. Sekarang, insiden lipstik belepotan dan tertinggal di lehernya  kemarin membuat Chyara menduga yang tidak-tidak. Tuhan memang tidak suka hambanya berprasangka buruk, tapi menyadari betapa besar gairah yang masih ada diantara mereka, Chyara tak mau mengambil resiko.

Dirantara orang baik, gantelman sejati, Chyara tak mau merusak bayangan itu karena hasutan dari setan di kepalanya.

"Kalau mengantuk, tidur saja."

Chyara menggeleng. "Nggak ngantuk kok."

"Nggak pinter bohong kok."

Chyara tersenyum saat mendengar Dirantara menggunakan bahasa informal. Selama ini lelaki itu cenderung menggunakan bahasa baku meski dalam obrolan biasa dengannya.

"Chyar nggak mau tidur."

"Kenapa?"

"Habis ini mau ke cafe."

"Kamu masih mau ke sana setelah seharian ini bekerja?"

"Chyar nggak kerja. Kapan coba kerjanya?"

"Merapikan barang tidak kamu anggap pekerjaan?"

"Ya nggak lah, kerja itu yang menghasilkan cuan ... cuan ... dan cuan."

Dirantara terkekeh mendengar nada lucu Chyara saat membahas soal uang. "Kamu masih suka uang ya?"

"Masih dong, Chyar sama uang itu bestian."

Dirantara tertawa terbahak-bahak. "Kamu lebih parah dari tuan crab."

"Ih, tapi Chyar nggak sedemit dia. Amit-amit. Chyar tuh suka uang soalnya tahu banyak hutang  Kak Dirant."

"Hutang? Hutang apa?" tanya Dirant penasaran. Dia melirik ke arah Chyara yang memperbaiki posisi duduknya sebelum kembali menghadap jalanam di depan. Perjalanan masih lumayan panjang.

"Ya hutang sama Kak Dirant lah."

"Hutang padaku?" Kali ini Dirantara benar-benar bingung. "Kapan kamu berhutang padaku?"

"Ya ampun, Kak Dirant pelupa banget deh."

"Aku serius, Chyara. Aku tak pernah merasa meminjamimu uang."

"Yang seratus juta dulu?"

"Oh ... itu kan memang kuberikan padamu."

"Begh, mana ada orang ngasi uang cuma-cuma sebanyak itu."

"Ada, aku."

"Tapi kan ...."

"Itu untuk menunaikan janjiku soal impianmu. Ingat, aku berjanji akan membantu mewujudkannya. Uang itu salah satu bentuk bantuan kecilku."

"Terus uang bulanannya gimana? Kak Dirant masih tetap ngirim sampai sekarang, padahal Kak Dirant tahu Chyar udah bisa cari uang sendiri."

"Memangnya kalau kamu bisa cari uang, aku tidak boleh mengirim uang lagi."

"Tapi Kak Dirant, itu harus dihentiin. Nggak bisa selamanya gini. Chyar tahu Kak Dirant itu orangnya baik kebangetan, nggak pamrih sama sekali. Tapi Chyar udah mandiri sekarang, lagian kalau udah punya pasangan nanti, ini bisa jadi masalah."

PURPLE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang