Teruslah pura-pura bahagia, hingga kamu lupa sedang menderita.
Chyara meletakkan garpunya. Mata wanita itu berbinar-binar saat kalimat quote material itu melintas di kepalanya. Itu sangat pas untuk diposting pada aku media Purple. Chyara baru hendak berdiri dari kursi saat menyadari bahwa ponselnya tidak ada. Bakan sejak tadi pagi. Terakhir, Chyara memegang benda itu saat sedang diceramahi Nenek Halimmah di telepon.
"Astaga dragon, Chyar lupa. ketinggalan di rumah Pak Mantan!" Chyara menepuk keningnya. Ia bukan orang pelupa, bahkan cenderung sangat teliti soal barang-barang. Namun, kebaperannya karena ucapan Nenek Halimmah semalam yang dibarengi kepanikan karena kemungkinan menginap membuatnya melupakan banyak hal. "Gimana ini? Masak Chyar ke sana lagi?"
"Dasar brokoli! OKB nggak tahu diri!"
Chyara yang sedang kebingungan menatap heran pada sang nenek yang memasuki dapur sambil mendumel. "Nenek lagi apa?"
"Lagi kayang."
"Hah?"
"Kamu nggak liat Nenek lagi ngomel? Pake acara nanya lagi apa?"
"Nenek kok bisa ngomel?"
"Bisalah. Ini gara-gara si brokoli. Pengen tak hihhhhh ...." Nenek Halimmah meletakan cabe dan sayuran lainnya di meja dapur. Kekesalannya karena harga cabe naik dan tak mendapat kortingan dari Kang Ujang, tak seberapa ketimbamg emosinya gara-gara Bu Suar.
"Brokoli? Sayuran? Nenek nggak dapat beli brokoli di Kang Ujang? Lagian tumben-tumbenan mau masak brokli, biasanya juga Nenek doyan kangkung."
Nenek Halimmah menatap cucunya sengit. Dia kemudian duduk dekat Chyara. "Nenek emang nggak suka brokoli, banyak ulatnya. Pas banget kayak si brokoli tuh di depan. Otaknya banyak ulat, hihhh!"
"Hah?"
"Hah heh hah heh. Bisa nggak kamu mikirnya lebih cepat? Ngomong sama kamu itu PR banget. Nenek tambah emosi jadinya."
"Ya makanya Nenek kenapa mau beli brokoli kalau nggak suka?"
"Siapa yang mau beli, Chyara. Ya Allah gini amat daya tangkap cucu hamba."
"Nenek ih ...."
"Habis kamu ini bikin gemas. Boro-boro mau beli yang ada Nenek malah mau pergi amuk si brokoli."
"Gimana ceritanya Nenek amuk sayuran?"
"Bukam sayuran, tapi si Suar. Suar Brokoli!"
Chyara mengerjap, tapi kemudian tetawa. Nenenknya memang kreatif saat menyematkan julukan pada orang lain. "Nek, nggak boleh body shaming lho."
"Dari pada si Suar, fitnah kamu."
"Fitnah gimana?"
"Ya, katanya kamu masang dua kaki. Sama Dirantara juga Rahman. Emangya kamu cewek, eh janda apaan? Kamu nggak ada laki pun bisa cari makan sendiri. Dikira anaknya apa yang dikit-dikit minta suami."
"Nek, nggak boleh gitu. Istighfar. Kan lya nggak ikut ngomong, jadi nggak salah apa-apa. Jangan diseret juga. Kasihan."
"Kamu juga nggak pernah ngomong apa-apa, tapi kenapa itu si Brokoli nyerepet terus?"
"Nggak tahu."
"Ya Allah ...."
"Tapi bukan berarti kita harus kayak dia kan, Nek? Nenek nggak suka kelakuan Bu Suar, tapi masak mau ngelakuin hal yang sama? Terus apa bedanya Nenek sama dia kalo gitu."
Nenek Halimmah menghela napas kemudian beristighfar. "Kadang sabarmu itu keterlaluan tahu. Kamu bisa marah atau nggak sih jadi orang?"
"Bisa, tapi kan marah bikin capek. Chyar nggak suka capek."

KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE 2
RomanceDirantara hanya masa lalu untuk Chyara. Iya, setidaknya ia memutuskan hal itu karena tahu jika bersama hanya akan menghasilkan duka. Namun, mengapa, saat lelaki itu kembali dengan segala pengabaian yang terarah pada Chyara, hati wanita itu malah ta...