Maapin baru apdet sekarang, tadi malam pulang RS, langsung tepar.🔮
Chyara mau pulang. Ia mau menangis di kamarnya, sendirian dan sampai puas. Setelah kegugurannya, wanita itu akrab dengan bantal yang basah karena air mata. Malah, menangis salah satu caranya membagi duka, tentu saja pada diri sendiri. Karena setelah memutuskan atau tepatnya memaksa Dirantara melepaskannya, wanita itu tampak jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tampak.
Chyara memutuskan untuk tak membuat siaapun khawatir. Seambruk apapun hatinya di dalam, Chyara harus bertanggung jawab atas keputusannya.
Dirantara telah mengupayakan berbagai cara agar mereka kembali, dan Chyara menyadari, ia lah orang yang menutup semua akses lelaki itu.
Jadi, jika sekarang Dirantara bersikap dingin dan seolah tak tahan melihatnya, bagi Chyara itu hal yang wajar. Mengejutkan, tapi wajar. Chyara harus bisa hidup dengan fakta itu.
"Chyar, kenapa bengong di situ?"
Pertanyaan dari Tante Dwi membuat Chyara tersadar dari keterpakuannya. "Eh, iya, Tante?"
"Kita udah mau pulang. Tapi mau makan dulu. Tante lapar banget, Ya Allah." Tante Dwi beralih ke suaminya. "Pa, kita makan dulu ya. Nanti perut Mama sakit kalau nahan lapar sampai rumah."
"Iya, Ma. Mama mau makan di mana? Mumpung anaknya udah pulang, sekalian makan keluarga."
"Di mana aja deh, Pa, yang penting makan."
"Di restorn yang jual ikan bakar mau?"
"Mau."
Mereka kemudian memutuskan keluar dari bandara. Namun, masalah muncul bagi Chyara saat Tante Dwi meminta dirinya duduk di kursi belakang bersama Dirantara. Karena ternyata ada panggilan operasi darurat untuk Kak Intan dari rumah sakit. Alhasil, Kak Intan dan suaminya tidak jadi ikut pulang.
Chyara beraharap setengah mati Dirantara menolak. Atau Neneknya cukup peka dengan mau duduk di kursinbelakang dan membiarkan Dirantara duduk di samping Tante Dwi. Namun, hingga detik-detik terakhir semua orang tampak setuju dengan pengaturan itu.
Ketika Pak Jali--sopir baru keluarga Om Hasan-- menjalankan mobil, Chyara berharap memiliki pintu doraemon hingga bisa kabur dari dalam ruang mobil sempit. Duduk di samping Dirantara terasa jauh lebih menegangkan dari pada saat Chyara harus melewati Ujian Nasional.
Lelaki itu tak berbicara sedikitpun pada Chyara. Dia sibuk menjawab pertanyaan beruntun dari orang tua dan Nenek Halimmah.
Chyara yang sudah merasa ngenes sejak awal, memperbaiki posisi duduk, mengahadap depan dengan tangan terjalin di pangkuan. Bagus, Chyara sedang mengibaratkan ini sebagai percobaan sidang skiripsi. Dalam posisi duduk dan ekspresi wajah yang tegang setengah mati, Chyara sudah pas menggambarkan mahasiswi yang siap dibantai para penguji..
Suara ponsel Dirantara menjeda obrolah seru di mobil. Lelaki itu mengangkat telepon dan Chyara sebalnya memasang telinga.
"Aku udah sampai. Aku udah chat kan? Maaf, aku belum buka ponsel dari tadi. Iya, aku lagi di jalan. Ini lagi sama-sama. Kamu udah makan?"
Deg.
Hallo hati? Kamu belum mati kan? Chyara rasanya perlu melontarkan itu pada perasaanya.
"Ini Mama ngajakin makan. Iya, aku udah kangen banget."
Nggak, masih hidup kok. Soalnya nyeri banget.
Dan jawaban itulah yang akan terlontar dari perasaanya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE 2
RomanceDirantara hanya masa lalu untuk Chyara. Iya, setidaknya ia memutuskan hal itu karena tahu jika bersama hanya akan menghasilkan duka. Namun, mengapa, saat lelaki itu kembali dengan segala pengabaian yang terarah pada Chyara, hati wanita itu malah ta...