Part 24

7.7K 2.2K 388
                                    


Maaf baru nongol. Insiden jatuh di tangga itu berbuah panjang. Dan berhubung Inak mah orangnya agak cengeng dan manzia, jadi pemulihannya rada lama.

Doain yak.

Inak usahain tetep apdet, karena sayang kelean. Untung kaki yang atit bukan jari. Alhamdulillah.

💜💜💜









Udara malam itu terasa menggigit. Bahkan bisa membuat menggigil. Angin yang berhembus mampu menebus jaket yang digunakan Rahman. Segelas kopi yang disediakan si cinta istri Bang Aryah hanya mampu menghangatkan tenggorokannya saja, tak sampai pada lambungnya karena harus melewati dadanya yang terasa beku akibat terlalu banyak menahan rasa sakit.

"Minum, Man. Patah hati lanjutainnya nanti, bisanya kopi si cinta itu bisa bikin patah hati makin pait, canda pait."

Rahman menatap Bang Aryah dengan lesu. Meski dari segi penampilan memang tampak sangat meragukan, tapi tak mampu disangkal bahwa Bang Aryah mirip dengan ensiklopedia soal seluruh infromasi setiap makhluk di sana. Jangankan manusia-manusia di Citra Baik, bahkan yang sudah pindah ke luar pulau dan luar negri saja, Bang Aryah tahu kabar mereka. Bang Aryah memiliki banyak sumber infromasi. Kadang Bang Rahman berpikir bahwa sebenarnya Bang Aryah   memiliki potensi untuk tergabung dalam Badan Intelejen Negara.

Bang Aryah dan Bu Surti adalah duo maut jika masalah perghibahan. Dayangnya jika Bu Surti berimage negatif, maka Bang Aryah memiliki infromasi yang lebih berimbang. Dia selalu mencari berita dari kedua belah pihak sebelum disebarkan ke khalayak luas. Menjunjung profesionalisme dan integritas.

"Udah kamu jangan kayak orang mau nangis gitu. Otot aja gede, tapi gara-gara cewek  mau nanges. Duh, malu, Man. Malu ... sama otot."

"Saya pulang nih!"

"Cie ngambek. Jangan gitu dong bestie, sini duduk deketan, Abang punya informasi yang bakal bikin kamu semringah."

Bang Rahma langsung menggeser kursinya, Tak memedulikan suara plastik yang beradu dengan lantai teras rumah bang Aryah.

"Duh si bucin, bagian ini aja semangat."

"Bang mau ngasi tau apa ngejek terus? Foto Abang yang lagi ngerokok masih saya simpan ya. Abang nggak mau kan saya kasi liat ke si cintanya Bang Aryah."

"Psttt ... jangan gede-gede. Nanti si cinta dengar, Abang nggak mau tidur di luar."

"Makanya Abang dapat infromasi apa?"

"Tau nggak, ternyata ... sainganmu itu-"

"Pak Dirant?"

"Yaiyalah, masak Pak Memet. Kamu kan bucin sama jandanya."

"Nggak perlu diperjelas kali, Bang."

"Ya, biar kamu makin sadar diri gitu loh. Bucin itu penyakit kalau perasaanmu bertepuk sebelah tangan."

Rahman menyeringai sebal sedangkan Bang Aryah terkikik tanpa dosa.

"Kamu tahu Mia?"

"Anak paling besarnya Bi Isah?"

"Iya, yang sekarang kelas dua SMA. yang pake scoopy item ke sekolahnya. Anak gadis yang sering nitip scoopynya di rumah Lestari, gara-gara dia dijemput sama pacarnya. Anak jaman sekarang ya, dikasi fasilitas sama orang tua, tetap aja maunya jadi penumpang di motor ayang."

"Fokus, Bang," pinta Bang Rahman lelah.

"Aduh maaf, galfok sayah. Gagal fokus. Jadi si Mia itu kan temenan sama anaknya si Surti."

Rahman mulai tetarik.

"Tau nggak, Emaknya Mia nggak bisa pulang nganterin makan malam, gara-gara Bu Dwi sakit."

PURPLE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang