Part 23

8.1K 2.3K 379
                                    






Dirantara tersenyum saat melihat pemandangan di depannya. Chyara sedang sibuk di depan kompor. Tangan wanita itu aktif dengan spatula yang mengaduk isi wajan.

Jelas, Chyara tak menyadari kehadirannya. Sesekali, saat menoleh untuk mengambil bumbu, Dirantara bisa melihat ekspresi serius wanita itu.

Ini adalah hal yang sangat disukai Dirantara. Chyara yang mondar mandir di dapur menyiapkan makanan untuknya, mengurusnya.

Saat bangun tadi pun, Dirantara sudah melihat perubahan di dalam rumah
Benda-benda yang berserakan tadi sudah terususun rapi. Suara pengering dari mesin cuci menandakan bahwa pakaian kotor yang belum sempat dibawanya ke loundry, sudah diurus dengan baik.

Seandainya Dirantara terus bisa merasakan ini. Kepuasan dan kenyamanan dengan mengetahui bahwa dia belum benar-benar kehilangan.

"Astahfirullah ... jatuh eh jatuh ...!" Seruan kaget itu beriringan dengan suara klentang spatula yang jatuh ke lantai. Chyara buru-buru memungutnya lalu mencuci  benda itu, sebelum digunakan lagi untuk menggoreng makanan. "Kak Dirant kayak hantu aja tiba-tiba muncul," ujar Chyara yang kini membelakangi Dirantara.

Lelaki itu bergerak dari ambang pintu. Dia sengaja berdiri tepat di belakang Chyara. Dirantara bisa melihat punggung Chyara langung tegak dan tubuh wanita itu kaku. Napas Dirantara menerpa rambut wanita itu.

Saat berbulan madu dulu, mereka pernah melakukan ini. Di salah satu percintaan panas mereka. Chyara memasak, sedangkan Dirantara memeluknya dari belakang, sebelum kemudian membuat wanita itu harus mematikan kompor jika tak ingin bahan makanan mereka gosong.

"Aku tidak muncul tiba-tiba. Aku sudah mengamatimu dari tadi."

"Meng-meng apa?"

"Mengamati, Chyara." Dirantara sengaja mencondongkan tubuh. Hingga dada lelaki itu bersentuhan dengan punggung Chyara yang kaku. "Kamu masak apa?" tanyanya dengan suara rendah.

Dirantara bisa melihat kulit Chyara  merinding, sama seperti  pipinya yang memerah. Lelaki itu mampu membayangkan bagaimana rasa lidahnya saat  membelai kulit sensitif wanita itu.

"K-ka  ...."

"Kangkung?"

"Bu-bu ...."

"Buncis?"

"K-kak Dirant please!" seru Chyara  gugup. "Mundur!"

"Mundur?"

"I-iya!"

"Kenapa aku harus mundur?" Dirantara menunduk. Bibirnya menyentuh pundak Chyara yang setegang papan.

"Ka-kata orang, ka-kalo cewek sama co-cowok berduaan, yang ke-ketiga setan!"

"Setan tidak punya ruang di antara kita." Dirantara kini menoleh hingga pipinyalah yang bersadar di bahu Chyara. Bibir lelaki itu menyentuh pangkal leher Chyara. Saat itulah Dirantara menyadari bahwa tubuh Chyara menggigil. Leher wanita itu bergerak saat menelan ludah. Chyara tersiksa.

Bagus!

Dirantara kemudian menegakkan tubuh. Mundur seperti yang Chyara minta. Ini belum berakhir, tapi lelaki itu tahu tak bisa melakukannya secara ekstrem. Chyara adalah wanita manis dengan isi kepala berisi khayalan tak kalah manis, jika tak mau dikatakan agak tidak masuk akal. Jadi, Dirantara tidak mau menekannya hingga membuat rasa hormat Chyara hilang padanya.

Strategi dan kesabaran adalah dua hal yang menjadi senjatanya sekarang. Pelan-pelan, Chyara akan masuk ke perangkapnya. Dan ketika sadar wanita itulah yang tak mau keluar.

PURPLE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang