Part 20

7.8K 2.1K 200
                                    

Dirantara setengah berlari menaiki tangga rumah. Dia panik luar biasa. Mamanya menelepon dengan suara panik yang membuat lelaki itu langsung meninggalkan Larissa. Dirantara takut terjadi sesuatu pada  ibunya.

Pintu dibuka Bi Isah untuknya. Wajah pembantunya itu terlihat tak karuan.

"Mama mana, Bi?" tanya Dirantara dengan napas menderu? "Papa sudah ditelepon, Kak Intan gimana?" Dirantara memberondong Bi Isah yang tergagap." Bi, Mama tidak apa-apa kan? Tolong jawab saya."

"Mama di sini."

Dirantara langsung menoleh ke arah sumber suara. Mamanya duduk di sofa dengan pandangan getir. Wajah Tante Dwi memerah menandakan sudah menangis.

" Mama kenapa?"

"Duduk."

"Ma?"

"Duduk. Mama masih punya hak sebagai Ibu buat didengarkan perintahnya kan Mas?"

Dirantara merasakan firasat idak enak mendengar ucapan berapi-api ibunya.

"Jadi Larissa orangnya?  Yang selama ini dekat sama Mas? Yang Mas telepon-telepon dan minta buat bersabar?"

Dirantara yang baru saja duduk, langsung mendongak saat mendengar ucapan mamanya. Tante Dwi berdiri di hadapan sang putra dan terlihat begitu emosi.

"Dia yang maksa Mas buat pindah dari sini? Buat ninggalin Mama padahal tahu Mas putra satu-satunya? Dan Mas mau gitu aja?"

"Ma, Mas tidak paham Mama bicara apa."

"Mama lagi ngomongin putra Mama yang habis dicuci otaknya gara-gara cinta!"

"Ma, duduk dulu ya, kita bicara pelan-pelan."

Tante Dwi menepis tangan putranya. Ia memeluk dirinya sendiri seolah sedang diserang. "Mas lebih milih Larissa ketimbang Mama? Apa gara-gara itu dia milih kerja di sini? Jauh dari keluarganya karena Mas sudah kasi jaminan kalian akan menikah?!"

" Ma, Ya Allah, bisa tenang kan? Kita tidak bisa bicara kalau Mama emosi seperti ini."

"Tenang bagaiamana? Mama mau tenang saat semuanya udah jadi gini. Mama cuma pernah sekali ketemu si Larissa itu, tapi Mas seenaknya mau jadiin dia menantu Mama! Apa Mas nggak pernah mikirin perasaan Mama? Sedikit aja?"

Tante Dwi mengangkat tangan, untuk menghentikan putranya berbicara. "Mama tahu pernah salah besar sama Mas, tapi apa harus sebesar ini hukuman Mas buat Mama?"

"Ma, Mas sama sekali tidak pernah bermaksud buat hukum Mama. Mas juga tidak mengerti apa yang membuat Mama marah seperti ini."

"Larissa, Mas tadi sama dia kan?"

"Mama tahu dari mana?"

"Jadi benar?"

"Ma, Mas bukan anak kecil lagi. Mas berhak-"

"Menentukan dengan siapa Mas mau berumah tangga? Dengan meniadakan orang tua Mas?"

"Ma, cukup. Cukup!" potong Dirantara tegas. "Kita bicara saat Mama udah tenang."

"Mas mau kemana? Mau balik ke Larissa? Sebenarnya sudah sejauh apa hubungan Mas sama dia? tanya Tante Dwi menahan lengan anaknya.

"Maksud Mama apa?"

"Kalian pernah sama- sama di luar negri dan sekarang dia ke sini, bekerja, sedangkan Mas sudah menyiapkan rumah. Jadi bilang sama Mama, sejauh mana sebaarnya hubungan kalian, karena wanita nggak akan melangkah sejauh ini jika tidak ...."

"Astagfirullah ... Mama tidak hanya menghina seorang gadis baik-baik, tapi juga meragukan putra Mama sendiri. Istighfar, Ma karena Mas sudah menyerah."

"Mas, mau kemana?"

PURPLE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang